8. Tarian Melayu (Sejarah)

Attayaya Butang Emas on 2010-10-02

1. Tari, keindahan dan upacara

Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan keindahan. Perasaan keindahan itu terlihat dalam ungkapan perasaan yang dituangkan melalui bentuk karya seni. Karya seni itu selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup dari penciptanya, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan. Demikianlah perasaan keindahan manusia itu sama di sepanjang zaman baik primitif, maupun sampai kepada zaman kemajuan.

Orang Melayu yang sebagian besar bermukim di daerah pesisir memiliki ragam kesenian yang sedemikian banyaknya, diantaranya adalah seni tari. Kalau membaca Kitab Pengetahuan Bahasa, karangan Raja Ali Haji (1858), tersebutlah sebuah perkataan tari yang digambarkan sebagai berikut: “pekerjaan seseorang dengan kesukaan maka menggerakkan tangannya atau kakinya dengan bertimbang dan beratur yang menjadi indah pada pemandangan adanya”

Tari, jika di perhatikan secara teliti akan kelihatan daripadanya berbagai anasir yang terkandung di dalamnya, diantaranya yang paling kuat adalah gerak dan irama.

Maka tersebutlah seorang ahli kritikus tari dari bangsa Amerika dalam kitab karyanya yang berjudul The Modern Dance mengemukakan, bahwa subtansi baku dari tari adalah gerak. Bahwa gerak adalah pemgalaman phisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan-denyutan di seluruh tubuh manusia untuk memungkinkan manusia hidup, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional.*)

Bahkan seorang ahli sejarah musik dan tari berkebangsaan Jerman yaitu Curt Sachs, dalam bukunya yang berjudul “History of the dance”, mengatakan:”.. bahwa perkembangan tari sebagai seni yang tinggi telah mencapai tingkat kesempurnaan, telah ada pada zaman pra sejarah. Pada fajar kebudayaan , tari telah mencapai tingkat kesempurnaan yang belum tercapai oleh seni dan ilmu pengetahuan lainnnya, bahkan pada zaman itu (pra sejarah) seandainya musik dipisahkan dari tari, musik itu tidak akan memiliki nilai artistik apapun”.**)

Peninggalan kebudayaan lama dari zaman perunggu ditemukan di daerah Kuwing, Kecamatan Bangkinang – berupa patung-patung perunggu hasil dari kebudayaan zaman perunggu. Patung-patung perunggu itu menggambarkan gerak-gerak tari dari penari yang ada di daerah tersebut. Benda-benda itu kemudiannya tersimpan di Musium Nasional, Jakarta.

Tari juga dikenal mempunyai hubungan yang sangat rapat dengan upacara-upacara (adat) yang ada di dunia, begitupun halnya di tanah Melayu. Tari dan upacara sememangnyalah sesuatu yang sudah bersebati.

Pada dasarnya kesepakatan dan kesepahaman terhadap tari ialah memiliki unsur-unsur gerak yang indah, gerak itu ditata dalam irama. Irama itu sendiri, tidak harus dari alat-alat musik tertentu, tetapi syair yang dilagukan atau bahkan hanya tepukan tangan atau hentakan kaki, pun dapat berperan sebagai irama. Sedangkan gerak-geraknya bukanya hanya geak keseharian, melainkan merupakan ungkapan perasaan atau kehendak manusia pelakunya. Manusia itu boleh diartikan sebagai persendirian atau dapat juga mewakili kelompok atau masyarakat.

Sebenarnya tari menyandang berbagai kegunaan, tergantung pada beberapa penyebab yang ikut menentukannya. Salah seorang ahli sejarah tari yang bernama Richard Kraus mengamati bahwa masyarakat, golongan usia dan jenis kelamin, hal-hal yang berhubungan dengan agama, dan penyebab lainngya yang serupa mengenai para penarinya, menjadi semacam sekat yang membedakan berbagai kegunaan tersebut.

*) Jan Martin, The Modern Dance, New York: Dance Horison, 1965, hal 8.
**) Curt Sachs, World History of the Dance, New York, 1963, hal 207-216.
More about8. Tarian Melayu (Sejarah)

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Sayang Serawak

Attayaya Butang Emas on 2010-05-30

SAYANG SERAWAK

Sayang serawak sungainya sempit
sayang serawak sungainya sempit
Hendak kubawa perahunya sempit
hendak kubawa perahunya sempit

Buah lah rengas lambung lambungan
Buah lah rengas lambung lambungan
Tinggallah kasih tinggallah junjungan
Tinggallah kasih tinggallah junjungan

More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Sayang Serawak

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Segantang Lada

Attayaya Butang Emas on 2010-05-28

SEGANTANG LADA

segantang lada namanya kepulauan Riau
segantang lada namanya kepulauan Riau
Ibukotanya di Pulau Bintan
Ibukotanya di Pulau Bintan

Hati gelisah dan risau
hatigelisah dan risau
Bila terkenang wajahmu tuan
bila terkenang wajahmu tuan


Ciptaan : Drs. Daud Kadir
More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Segantang Lada

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Lancang Kuning

Attayaya Butang Emas on 2010-05-26

LANCANG KUNING

Lancang kuning, lancang kuning berlayar malam hai berlayar malam
haluan menuju, haluan menuju ke laut dalam hai ke laut dalam
Lancang kuning berlayar malam
Lancang kuning berlayar malam

More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Lancang Kuning

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Makan Sirih

Attayaya Butang Emas on 2010-05-24

MAKAN SIRIH

Makan sirih ujunglah ujungan aduhai lah sayang
kurang lah kapur tambah lah ludah
Hidupku ini untunglah untungan aduhai lah sayang
sehari lah senang seharilah susah

More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Makan Sirih

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Patah Hati

Attayaya Butang Emas on 2010-05-20

PATAH HATI

Dua lah belas dayung lah petani
petik nenas di dalam kebun
Dua lah belas tidakkah beban memandang kami
siang berpanas malam berembun

More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Patah Hati

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Sri Mersing

Attayaya Butang Emas on 2010-05-16

SRI MERSING

langitlah cerah
Awan membiru
Angin berhembus menyayukan kalbu

Langitlah cerah
Kalaulah nak tahu untung nasibku
Bagai kaca terhempas ke batu


More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Sri Mersing

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Tudung Periuk

Attayaya Butang Emas on 2010-05-12

TUDUNG PERIUK

Tudung periuk pandailah menari
Hai.. anak raja Melaka
Kain yang buruk tinggalkan di kami
Hai... buat pegnapus si air mata






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Tudung Periuk

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mak Inang Kayangan

Attayaya Butang Emas on 2010-05-10

MAK INANG KAYANGAN

Kalau menguning padi di sawah ... 2x
Beras di pekan tak laku lagi ... 2x
Sudah dapat gading bertuah ... 2x
Tanduk tidak berguna lagi ... 2x






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mak Inang Kayangan

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Selendang Mak Inang

Attayaya Butang Emas on 2010-05-08

SELENDANG MAK INANG

Selendang Mak Inang... selendang
Anaklah raja turun ke taman... sayang
Berlenggang mak inang... berlenggang
Angkatlah kaki kiri dan kanan... sayang






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Selendang Mak Inang

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Serampang Laut

Attayaya Butang Emas on 2010-05-06

SERAMPANG LAUT

Angin berhembus di malam sepi
Angin berhembus di malam sepi
Burung merbah duduk mengeram
Burung merbah duduk mengeram

Jangan menumpang biduk kami
Jangan menumpang biduk kami
Biduk tiris menanti karam
Biduk tiris menanti karam






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Serampang Laut

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Siti Payung

Attayaya Butang Emas on 2010-05-04

SITI PAYUNG

Putuslah tali jala merapung
Putus di sempar si ikan raya
Putuslah hati tempat bergantung ... alaaaaah Siti Payung
Orang tak mau sayang... orang tak mau apalah nak daya






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Siti Payung

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Embun Menitik

Attayaya Butang Emas on 2010-05-02

EMBUN MENITIK

Embun menitik diwaktu subuh
Titik menimpa ... sayang ... titik menimpa si pohon Pauh
Kalau kukenang nasib diriku ... Kalau kuingat nasib diriku
Hidup dirantau orang ... hidup dirantau orang menangung rindu






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Embun Menitik

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Gunung Banang

Attayaya Butang Emas on 2010-04-28

GUNUNG BANANG

Selat Melaka lautnya pun tenang
Haiii lautnya pun tenang
Disitulah banyak berlabuh perahu Bugis
Haiii perahu Bugis






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Gunung Banang

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Jalak Lenteng

Attayaya Butang Emas on 2010-04-26

JALAK LENTENG

Pukul gendang kulit biawak
Sedikit tidak... sedikit tidak berdentum lagi hai berdentum lagi
Kemana untung ... kemana untung hendak kubawa
Sedikit tidak... sedikit tidak beruntunglah lagi

Sakit sungguh kena jelatang
Sakit tak boleh... Sakit tak boleh kubawa mandi hai kubawa mandi
Sakitlah sungguh ... sakitlah sungguh hidup menumpang
Sakit tak boleh... sakit tak boleh kehendak hati






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Jalak Lenteng

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mas Mirah

Attayaya Butang Emas on 2010-04-24

MAS MIRAH

Anaklah burung terbangnya malam
Terbangnya hinggap di pohonnya lalang
Hatiku sedih merindulah dendam
Orang kunanti aduhai Mas Mirah tak kunjunglah datang

Tinggi gunung biar kudaki
Asalkan jangan di waktu subuh
Kering lautan biarlah kuganti
Asalkan tuan, berhatilah sungguh






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mas Mirah

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mega Mendung

Attayaya Butang Emas on 2010-04-22

MEGA MENDUNG

Mendung si mega mendung
Mendung datang dari utara
Mendunglah datang
Mendunglah datang dari utara
Termenung jangan termenung sayang
Kalau termenung rusak binasa







More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mega Mendung

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Selendang Delime

Attayaya Butang Emas on 2010-04-20

SELENDANG DELIME

Dengarlah tuan kami syairkan
Selendang Delime nama syairnya
Umpat dan keji jangan amalkan
Supaya s'lamat dunia akhirat






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Selendang Delime

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Musalmah

Attayaya Butang Emas on 2010-04-18

MUSALMAH

Ahaaaaiiii... sayang Musalmah
Sayang Musalmah memakai sanggul
Ahaaaiii... turun ke sawah
Turun ke sawah menanam padi

Ahaiii... turun ke sawah
turun ke sawah menanam padi
ahaaaiii... hendak dijual
Hendak dijual ke Pekan Lama

Emas sekoyan dapat kupikul
Aku tak sanggup menanggung budi
Emas sekoyan dapat kupikul
Aku tak sanggup menanggung budi

Jangan selalu menanggung pilu
Keraplah kali jadi bencana
Jangan selalu menanggung budi
Keraplah kali jadi bencana






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Musalmah

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Pulut Hitam

Attayaya Butang Emas on 2010-04-16

PULUT HITAM

Pulutlah hitam 2x
Makan berkuah 2x
Makan bersama 2x
Dalam perahu 2x

Patutlah sudah patutlah susah
Hatiku resah 2x
Sama bersama 2x
Menahan rindu 2x






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Pulut Hitam

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Bukit Timbalan

Attayaya Butang Emas on 2010-04-14

BUKIT TIMBALAN
Gazal

Lemah tulangku menanam padi
Nenas juga di ladang orang
Lemah tulangku menanam budi
Emas juga dipandang orang






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Bukit Timbalan

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Anak Kala

Attayaya Butang Emas on 2010-04-12

ANAK KALA

Raden Ayu bagus mimpinya
Raden Ayu bagus mimpinya
Bagus memotong lenganlah baju
Bagus memotong lenganlah baju

Jika kayu sama tingginya
Jika kayu sama tingginya
Bagaimana angin hendak lalu
Bagaimana angin hendak lalu





More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Anak Kala

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Cecah Inai

Attayaya Butang Emas on 2010-04-10

Cecah Inai


Tetawak di palu langkah dibuka
Mengikut gendanglah sayang ledang
Bertabur dengan hai si beras kunyit
Pertanda mempelai datang

Tetawak di palu langkah dibuka
Mengikut gendanglah sayang ledang
Bertabur dengan hai si beras kunyit
Pertanda mempelai datang






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Cecah Inai

7. Musik dan Nyanyian : Lagu-lagu Melayu

Attayaya Butang Emas on 2010-04-08

LAGU-LAGU MELAYU

Pada awal lagu-lagu Melayu memang lebih banyak dipergunakan sebagai kelengkapan dari teater tradisional yang ada, juga sebagai pengiring dalam tarian (joget), termasuk juga dalam suatu upacara tertentu. Artinya, lagu Melayu belum berdiri sendiri sebagaimana yang dikenal sekarang.

Sesuai dengan perkembangan dan perjalanan waktu. Barulah lagu-lagu Melayu itu dimasukkan dalam aturan seni suara (vocal). Dan sejak itu banyaklah lagu-lagu yang diperbuat khusus untuk disenandungkan. Tidak lagi hanya sebagai lagu-lagu yang hanya merupakan bahagian kelengkapan sesuatu acara, seperti teater tradisional, tarian (joget) dan upacara tertentu, melainkan juga lagu-lagu yang diperbuat dalam permainan kanak-kanak, untuk menidurkan anak (mendodoi) bahkan lagu-lagu tersebut banyak diperbuat sebagai penyampai rasa (jiwa) pencipta atau penggubahnya, baik dalam mengenang nasib sampai kepada dunia percintaan. Bahkan kemudiannya sebagai penyampai sesuatu misi kepentingan.

Dalam lagu-lagu Melayu juga dikenal dengan berbagai rentak, seperti rentak Joget, Inang, Asli, Langgam dan Zapin. Tetapi sebuah lagu yang dianggap sebagai bundanya lagu Melayu adalah Lagu Do(e)ndang Sayang. Berikut ini hendaklah disajikan beberapa buah lagu Melayu yang terkenal tidak hanya disalah satu kawasan atau negeri Melayu saja, melainkan di berbagai negeri Melayu.

Lagu “Kuala Deli” gubahan Tengku Cubit, sebenarnya berasal dari tari Ayoyo Megeni dengan tempo cepat 2/4, dibuang refreinnya lalu diberinya tempo lambat 4/4 dengan pantun:

Kuala deli airnya tenang,
Tempat bermandi si anak dara,
Tempat jatuh lagi dikenang,
Inikan pula tempat berdua.

Kuala deli airnya biru,
Disitu tempat ikan berenang,
Lagi sekampung menanggung rindu,
Kononlah pula dirantau orang.




More about7. Musik dan Nyanyian : Lagu-lagu Melayu

7. Musik dan Nyanyian : Nobat DiRaja

Attayaya Butang Emas on 2010-04-06

NOBAT DIRAJA

Di antara alat-alat musik tradisional Melayu ada seperangkat alat musik Melayu yang disebut Angkatan Nobat Diraja, di mana alat-alat musiknya dianggap sakral dan lagu-lagunya tidak boleh dimainkan sembarangan, bahkan alat-alat musiknya tidak boleh dilangkahi dan pemain-pemainnya adalah orang-orang yang masih berketurunan untuk itu atau keluarga dari orang-orang yang telah di tunjuk untuk menjadi pemusik Nobat Diraja.

Sejak abad ke-13, raja-raja di Pasai sudah memakai musik nobat, dan beberapa kerajaan Melayu pada waktu dahulu yang memakai musik nobat adalah Kerajaan Riau-Johor-Lingga, Kerajaan Siak, Pelalawan, Kerajaan Panai, Bilah, Asahan, Kualuh dan Kota Pinang. Adapun di Kerajaan Riau, musik nobat adalah merupakan salah satu alat kebesaran (regalia) kerajaan. Tanpa musik nobat, tiadalah syah seorang raja itu dinobat tabalkan.

Sedangkan Nobat itu sendiri adalah bahasa Persia yaitu “nau” dan “bat”. “Nau” berarti Sembilan, sedangkan “bat” berarti alat musik (instrument). Maksudnya adalah 9 alat musik, karena jumlah alat musik nobat itu sendiri berjumlah Sembilan.

Alat-alat tersebut ialah :
  • Satu buah gendang besar yang disebut “Negara” (nekara, nahara, Negara) berkulit di satu sisi saja. Dalam bahasa Arab disebut “Naqarat”. Bahasa Turki “Kudum” dan India “Nakara”. Alat gendang ini dipukul dengan sebatang kayu.
  • Satu buah alat tiup seperti terompet yang disebut dengan nama “Nafiri” yang panjangnya kira-kira 33 inci.
  • Duah buah “Serunai” panjangnya 17 inci.
  • Dua buah gendang panjang yang 2 sisi kulitnya disebut “gendang Nobat” (20 inci).
  • Dua buah “kopok-kopok” atau semacam Kesi.
  • Satu buah “Gong Maha Guru” yang digantungkan di sebatang buloh untuk upah semangat.

Angkaran Nobat dimainkan ketika Raja akan ditabalkan atau Raja akan dimakamkan, atau Raja akan berangkat dalam suatu upacara resmi atau pada Hari Raya dan Pembukaan Puasa.

Pada masa kegemilangan kerajaan Riau-Johor, lagu-lagu nobat yang dimainkan adalah menurut peraturan yang dikeluarkan oleh Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Maka, siapa saja mendengarkan tiupan Nafiri hendaklah dengan serta merta duduk, seakan-akan Raja sendiri yang sedang berdiri dihadapannya. Setelah tidak terdengar tiupan, barulah boleh berjalan semula. Adapun yang boleh dibunyikan nobat ialah kepada Sultan, Yang Dipertuan Muda, Bendahara dan Temenggung saja (masing-masing 32 kali, 11, 9 dan 7 kali tiupan Nafiri).

Adapun lagu-lagu Nobat Sultan ialah:
  1. Lagu “Iskandar Syah Zulkarnain” (Lagu Ria yang diiringi dengan lagu perang), dimainkan ketika Raja berarak ke Balairungseri untuk ditabalkan.
  2. Lagu “Ibarahim Khalilullah”, lagu yang dimainkan ketika Raja ditabalkan dan Sitiadat Menjunjung Duli.
  3. Lagu “palu-palu”, ketika Raja bersiram tabal sesudah dipalu lagu “Perang”.
  4. Lagu “Sri Istana”, ketika Raja memakai pakaian kebesaran Kerajaan.
Menurut ceritanya, lagu dan adat istiadat ini diperoleh turun temurun sejak Raja Perempuan menobatkan Sri Tri Buana menjadi raja di Singapura (Tumasik). Menurut Hikayat Raja-Raja Pasai, lagu nobat yang datang dari tanah Arab melalui India (Malabar) ketika hendak menabalkan Merah Silu Raja Samudra Pasai bergelar Sultan Malik As-Saleh pada awal abad 13.


More about7. Musik dan Nyanyian : Nobat DiRaja

7. Musik dan Nyanyian : Jenis alat-alat musik Melayu yang lain

Attayaya Butang Emas on 2010-04-04

Jenis alat-alat musik Melayu yang lain

Suling bambu, Bansi (flute), Kecapi (sebangsa mandolin terbuat daripada kayu yang talinya 3 buah dengan dipetik), Canang (gong kecil), berbagai alat musik Nobat yaitu : Nafiri (terompet panjang), Nengkara, Gendang Nobat dan alat musik tradisional lainnya yang sudah jarang terlihat seperti Medali (suling dari gading) yang mulutnya pipih, ujungnya yang satu ditutupi, serdam (suling bambu pendek, mulutnya berlobang dan pipih). Bangsa yang berasal dari bahasa Sansekerta “Vamci”, adalah bambu panjang. Kemudian juga dikenal beberapa alat musik seperti gambus dan juga alat musik dari barat, seperti Arkodion, biola dan lainnya.

Syahdan hanya 3 alat musik istimewa yang khusus untuk raja-raja, yaitu: Nafiri, Lengkara, dan Nobat yang dimainkan ketika Raja berarak. Keistimewaan alat musik Nobat pada kerajaan Melayu tercermin juga pada tinggi rendahnya derajat negeri Melayu itu di dalam pergaulan dengan kerajaan atau suku bangsa lain.



More about7. Musik dan Nyanyian : Jenis alat-alat musik Melayu yang lain

7. Musik dan Nyanyian : Nama alat-alat Musik Melayu (Sejarah)

Attayaya Butang Emas on 2010-04-02

Nama alat-alat Musik Melayu :

1. Rebab

Termasuk alat musik kordofon (lute type) yang kegunaannya sebagai musik melody solo. Di jaman dahulu kala di Persia terdapat rebab bertali satu yang digunakan untuk mengiringi diklamasi yang disebut “rebab ul Shaer”.

Rebab berasal dari Timur Tengah, kemudian ke Persia dan India, barulah kemudiannya mencapai di kepulauan nusantara (Al-Farabi 870-950 M, di dalam bukunya “Kitab Al-Musiqi al Kabir”) pada abad 11 M, alat musik rebab telah dilukiskan pada dinding Candi Borobudur.

Perkataan rebab pada orang Arab adalah “rabab” yang disempurnakan dengan alat gesek, kemudian tersebar luas melalui Khalifah Islam di Cordoba (Spanyol) di abad ke 8 M. Lalu menyebar ke Eropah Barat sehingga berbentuk cello dan kemudian menjadi biola seperti yang diketahui sekarang. Melalui Turki dan Asia Tengah, ia masuk ke Persia, India, Tiongkok, kemudian ke Asia Tenggara.

Di Afganistan ia disebut “rubab”, tetapi dalam bahasa Persia disebut “rabab” yang artinya kumpulan alat-alat musik gesek. Sedangkan di India ada alat musik yang namanya “sarod” berasal dari rebab yang dibawa dari Timur Tengah.

Rebab mempunyai peranan yan tinggi, sebagaimana halnya biola di negeri Barat, demikian jugalah rebab di tanah Melayu. Penghormatan terhadap rebab dimungkinkan karena alat ini mempunyai keterkaitan dengan upacara yang bersifat gaib. Suara rebab dapat terdengar tinggi. Karena kedudukannya yang dianggap tinggi, rebab sering diukir dan dihias baik kepalanya (kecopong) maupun batangnya (shaft). Batang pinggang ramping dan biasanya terbuat dari kayu leban, panjang 3 kaki 6 inci, biasanya diukir dari ujung kepala sampai akhir batanya. Tali (dawai) rebab ada 3 dan 2 buah dimainkan sekaligus bersama-sama. Nadanya E, A dan E tinggi, ada juga G, D, A.

Gesekannya terbuat dari kayu yang diukir dan bercemara, kemudian dimainkan seperti menggesek cello. Batangnya memanjang melalui badannya yang disebut “tempurung” dan muncul lagi di bawah sebagai kakinya. Lebar di atas kira-kira 8 inci, yang dibawah 4 ½ inci dan tebalnya 2 inci, tempurung biasanya terbuat dari kulit kerbau. Ada juga yang disebut “susu” yang melengket pada kulit yang kegunaannya untuk menekan suara (resonance). Cemara untuk gesekan terbuat daripada ekor kerbau atau sabut kelapa. Pemain rebab meletakkan ibu jari kanannya di samping kepala gesekan dan jari ke 2 dan ke 3 dibawah, lalu jari ke 4 dan 5 mengeraskan tali. Tali gesekan dimainkan pada bagian atas tempurung. Belakang daripada rebab itu menghadap kepada pemainnya.

2. Gendang Panjang

Di India disebut “dhol”. Gendang panjang ini kedua sisinya ditutupi kulit. Selalu dimainkan dua buah, yang besar disebut “induk” dan yang agak kecil bentuknya disebut “anak”. Panjangnya rata-rata 21 inci terbuat darpada kayu merbau yang kerasa dan tahan lama. Atu sisinya lebih kecil daripada sisinya yang lain. Gendang anak kulitnya terbuat dari kulit kambing sedangkan gendang induk kulitnya terbuat dari kulit kerbau. Kulit yang terletak di kedua sisinya itu diikat dengan rotan yang dibelitkan.

Untuk memainkan gendang panjang ini diperlukan keahlian tangan dan jari-jari lincah, kecepatan, dan pandai meningkah menurut irama. Di dalam musik untuk mengiringi silat. Biasanya gendang panjang ini dipukul dengan buah rotan.

3. Gedombak

Gedombak dalam bahasa Arab disebut “darabuka”, di Turki menyebutkan “deblak”, di Siam menyebutkan “thon”, sedangkan di Persia menyebutnya “dompak”. Gendang ini berbentuk kerucut dengan kepalanya bulat besar di taruh kulit kambing, sedangkan ekornya terbuka guna utnuk mendengarkan suara dengan cara membuka dan mengatupkannya. Di beberapa negeri Melayu, gedombak ini hanya dipergunakan dalam musik Melayu utnuk Menora, Wayang Orang (Kelantan, Patani) tetapi di Serdang dan di Kepulauan Riau pernah juga dipakai dalam musik Makyong. Gedombak besar disebut “induk” dan yang kecil disebut “anak”.

4. Geduk

Geduk adalah jenis gendang yang dua sisinya berkulit, tetapi hanya satu sisi yang dimainkan, sedangkan sisinya yang lain diletakkan di bawah. Memainkannya dengan kayu pemukul (stick). Gendang induknya 15 inci besarnya dan gendang anaknya 12 inci dengan garis tengahnya 9 inci. Untuk memperkuat rotan pada pengikat kulitnya, ditambahkan lagi satu barisan ganda kayu. Geduk ini di pakai pada permulaan Wayang Kulit Melayu atau Makyong.

5. Gong

Gong termasuk di dalam golongan idiophone atau bahasa Sankritnya Ghana vadya. Gong sudah lama tercantum pada ukiran candi-candi di tanah Jawa Timur, tetapi tidak terdapat di candi-candi Jawa Tengah. Gong yang diperbuat dari perunggu ini, sudah dikenal lama baik melalui persuratan naskah-naskah maupun dalam ukiran di candi. Di Candi Kembar di Muara Jambi, dalam suatu penggalian sejarah telah diketemukan sebuah gong yang bertuliskan Cina yang diduga dari abad ke 13 M, dimana terdapat nama seorang pejabat kerajaan.

Di Tiongkok pada pemerintahan Raja Hsuan Wu pada tahun 500-516 M telah dikenal gong yang saat itu disebut “sha-lo” dan memiliki bunyi yang sangat keras jika dipukul, gong ini berasal dari Hsi Yu yaitu sebuah daerah antara Tibet dan Burma. Kemungkinan besar ada kesamaan dengan gong yang berada di Korea (cing dan di Assam caro). Menurut penelitian, India juga mengenal gong, tetapi mendapat pengaruh dari Asia Tenggara yang mendapatnya pula dari China. Ketibaan gong di nusantara dapat dipetik dari kronik dinasti Tang (618 – 906 M) buku 222, bahwa raja P’oli naik gajah dengan iringan gendang dan gong.

Untuk orang Melayu, sejenis Gong yang agak tebal sisinya disebut Tetawak yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian joget. Juga dipergunakan untuk mengiringi teater tradisional semacam Makyong. Untuk Menora, Mendu, Wayang Kulit Melayu dipakai 2 buah gong. Yang induk bernada C dan gong anak bernada G. disamping itu sejenis gong kecil yang lantang suaranya disebut Canang yang dipakai untuk menyampaikan berita.

Gong yang lebih kecil disebut Telempong atau Kromong berdiameter 6 ½ inci diletakkkan pada sebuah alat dengan mukanya ke atas yang dipukul dengan kayu. Kegunaan telempong ini ialah mengulangi melodi dasar.

Ada juga Gong yang besar yang disebut “Mong” bernada C yang dipakai bersama-sama 2 buah Tetawak dan Mong menyelinginya. Gong dianggap mempunyai tenaga gaib sehingga pantang dilangkahi. Gong Melayu terbuat dari gangsa dan berbusut. Gong yang tidak berbusut (gong ceper) menunjukkan pengaruh dari Siam atau Cina.

6. Serunai

Alat musik yang tergolong alat tiup ini sudah tua sekali usianya, dan sudah ada sejak zaman Mesir Kuno, ianya juga telah dipakai di tanah Arab sekitar 3000 tahun yang lalu. Mulanya dipakai oleh balatentara, tetapi sejak 1000 tahun kemudian sudah pula mulai dipakai untuk mengiringi tarian, lagu-lagu pada upacara perkawinan atau menyambut tamu agung dan sebagai tanda waktu.

Diantara bahasa Ara disebut “Zuma”, Cina menyebutnya “Sona”, di India menyebutnya “Sahnay”, bahasa Persia “Surnay”. Alat ini berkembang ke Eropah Barat dan menjadi cikal bakal dari oboe dan klarinet sekarang. Kemudian sampai ke Turki, ke Persia, terus ke Timur jauh dan ke Asia Tenggara melalui India. Dari bentuk Serunai ini, ada lagi diciptakan di India dengan jenis yang lebih besar dan disebut dengan “Nagasvaram”.

Serunai dimainkan dengan menjaga aliran udara melalui lobangnya dan mendapatkan nada (pitch) dengan menutup lobang-lobang yang ada. Panjang batangnya sekira 18 inci, kemudian ada “lidah Serunai” yang terbuat dari daun kelapa atau nibung yang juga disebut “pipit”. Sedangkan pipit yang satu lagi dibiarkan tergantung diikatkan dengan benang di alat tersebut sebagai serap. Pipit masuk ke mulut dan menghembus dengan pipi digembungkan.

Umumnya ia tidak memainkan melodi, tetapi hanya sebagai obligato accompaniment pada sesebuah orkes atau pada nyanyian. Ada 7 lobang dan sebuah di sebelah bawah. Meskipun kesemuanya ada 8 lobang, tetapi hanya 5 lobang yang dapat dimainkan sekaligus dengan berbagai nada di mana nada umumnya adalah C. Tiga lobang di atas bernada G, A dan B. Lobang ke 5 dan ke 6 bernada D dan E, sedangkan lobang ke 7 merupakan nada antara. Jika lobang yang berada di sebelah bawah ditutupkan, maka nada akan naik satu oktaf.

Biasanya dalam lagu untuk pengiring silat dan inai, serunai dimainkan dengan hembusan panjang dengan bergaya tanpa melodi tertentu. Dan Serunai ini termasuk pada alat-alat Nobat Diraja Melayu.

7. Gambang

Adalah jenis alat musik yang menyerupai ataupun sama dengan Saron (Jawa) dan Garantung (Batak). Yang memiliki 7 bilah kayu dengan nada 7, diletakkan di atas suatu tempat semacam puan dan bilah-bilah kayu itu dipukul dengan kayu. Ada juga gambang yang lebih dari 7 nada atau lebih dari satu oktaf dan dimainkan selaku melodi, tetapi alat musik sudah jarang terlihat ini.

8. Ceracap

Ceracap ialah dua bilah bambu yang panjangnya kira-kira 35 cm, dan dipukulkan bersama-sama menurut irama ketokan tertentu seperti orang bertepuk tangan. Ia merupakan alat perkusi tambahan yang sering juga dipergunakan untuk musik Makyong.

9. Kesi

Kesi adalah sepasang cymbal kecil terbuat dari campuran tembaga juga dengan ukuran 2 inci dan disatukan dengan tali untuk pegangannya, kemudian saling dipukulkan menurut tempo tertentu. Kesi ini juga sering dipergunakan dalam musik Makyong. Dan alat ini kemungkinan berasal dari Hindia Belakang. Alat ini juga dikenal di Laos, Burma dan Cina.

10. Gendang Joget (ronggeng)

Gendang joget (ronggeng) ini berbentuk bulat seperti rebana besar, badannya terbuat daripada batang kayu Nyiur yang berukuran antara 40 cm dan ditutupi kulit kambing atau kulit anak lembu di sebelahnya saja, dan sebelah yang lain sengaja tidak berkulit.

Kulit tersebut diikutkan kepada dinding kayu dengan rotan halus. Untuk menegangkan kulitnya jika akan dimainkan maka satu rotan bulat kecil di tekankan masuk antara kulit dengan dinding kayu sekelilingnya dari arah lobang sebelah dalam. Rotan tersebut biasa disebut “sedak”.

Untuk mengiringi nyanyian ataupun tarian biasanya dipergunakan 2 buah gendang, yang besar disebut induk dan yang agak kecil disebut anak. Yang pertama biasanya memberikan pukulan yang tetap, sedangkan “anak” memberikan pukulan dengan irama beragam menyelingi gendang induk. Untuk itu diperlukan kelincahan jari-jemari meningkah. Di antara semua jenis gendang, gendang joget (ronggeng) inilah yang paling terkenal. Ada yang mengatakan bahwa gendang ini berasal dari Timur Tengah, tetapi ada pula yang mengatakan berasal dari orang Portugis.

11. Rebana

Juga disebut “Tar” (bahasa Arab). Di Cina Selatan menyebutnya “Daira”, di Maroko disebut “Bendir”. Alat gendang rebana ini menyerupai gendang joget, dan hanya satu sisinya yang ditutupi kulit kambing yang dipakukan kepada dinding kayu bulat, ditambah pula dengan gemerincing bulat. Ada juga yang jenis besar disebut Rebana (mini) disebut “Kompang” dan dimainkan mengiringi Rodat. Ketika mengiringi pengantin atau tamu agung yang tiba. Iramanya bertingkah (inter locking).





More about7. Musik dan Nyanyian : Nama alat-alat Musik Melayu (Sejarah)

7. Musik dan Nyanyian : Alat-alat Musik Tradisional Melayu

Attayaya Butang Emas on 2010-03-28

Alat-alat Musik Tradisional Melayu

Musik Melayu tidaklah mempunyai satu cara tertentu, melainkan menggunakan kepada 5 bunyi (skala Petatonik) atau 7 bunyi (Heptatonik) saja, dan tiadalah pula menurut aturan tertentu. Hal ini boleh dilihat dari cara memainkan serunai yang di tiup, dari satu daerah dengan kawasan Melayu yang lain sangatlah berbeda, ianya lebih kepada selera masing-masing peniup. Mungkin hal yang sedemikian itu, merupakan salah satu kesulitan untuk menciptakan cara notasi pada semua alat musik Melayu, untuk diturunkan kepada keturunan berikutnya.

Mungkin disebabkan karena peniruan atau pengaruh, maka banyaklah alat musik tradisional Melayu yang mempunyai persamaan dengan negeri-negeri lain di Asia. Misalnya canang (gong kecil) juga ada di Muangthai yang disebut Khong Wong Yai, di Birma juga ada, demikian juga di Sabah melalui alat kulintangnya. Demikian jugalah halnya dengan serunai, ada di banyak negeri-negeri Asia.

Jenis alat seperti rebab, kecapi (alat musik bertali atau chordophone), ceracap yang menggunakan buloh (idiophone) dan alat gendrang dari perunggu (membranophone) sudah dikenal sejak zaman kebudayaan Dongson di Asia. Kemudian pula gendang menggunakan satu muka seperti gendang ronggeng, rebana dan lain-lainnya adalah mendahului gendang-gendang yang bermuka dua seperti gendang silat, gendang nobat dan lain-lain.

Disebabkan zaman dahulu itu tidak menggunakan notasi tertulis, maka untuk memudahkan ingatan dalam memainkan alat tersebut, misalnya di dalam suatu irama tertentu atau untuk membedakan tinggi rendahnya bunyi nada (pitch), dipakailah suku kata yang menentukan tibre gendang seperti “tak” (bunyi tertutup atau bass yang dimainkan gendang induk), dan “pong” (pada bunyi nyaring yang dimainkan oleh gendang anak). Seperkara demikian juga ada pada cara memainkan musik India (Tala) dengan rumusan suku kata seperti “ta”, “ka”, “dhin”, “na”, “tom”, “ki”, “ri”, “dha” dan juga dengan memakai gerakan-gerakan tangan (petikan jadi, lambaian tangan, tangan tertutup dan terbuka serta lain-lainnya) sebagai pembagian metrumnya. Pemain gendang haruslah menghafal suku kata suku kata itu di luar kepala. Hal ini juga berlaku pada musik Karo dan Mandailing.

Pada musik tradisional Melayu, lebih diberikan kepada keahlian sebenarnya hanya mempunyai peranan sampingan saja dari keseluruhan musik Melayu. Oleh karenanya hanya ada 3 buah alat musik Melayu yang paling penting yaitu:
  • Gendang
  • Rebab (kemudian digantikan oleh biola)
  • Gong atau Tetawak (kemudian digantikan peranannya oleh bass).
  • Barulah kemudiannya diikuti oleh alat-alat musik lainnya seperti Serunai, bermacam-macam jenis gendang, telempong, kesi (cymbal), ceracap dan alat-alat perkussi lainnya.



More about7. Musik dan Nyanyian : Alat-alat Musik Tradisional Melayu

7. Musik dan Nyanyian : Perkembangan Musik Melayu

Attayaya Butang Emas on 2010-03-26

Perkembangan Musik Melayu

Pada mulanya musik diselenggarakan dengan tepuk tangan, tepukan badan secara berirama, kemudian ketukan pada kayu ataupun buloh. Meningkat pula pada alat-alat yang kemudian dikenal dengan gendang, lalu berkembang kepada alat musik tiup dan gesek.

Kalau pada awalnya musik hanya mengiringi upacara kepercayaan (animisme), maka kemudiannya dalam perkembangan musik Melayu sudah merupakan bahagian dari berbagai kesenian, termasuk kesenian teater tradisional Melayu seperti Makyong, Menora, Bangsawan, Mendu dan di dalam tarian-tarian sebagai suatu bahagian yang tidak terpisahkan

Bersebab kawasan Melayu itu berada di pesisir, yang berada pada jalur lalu lintas ramai yaitu Selat Melaka dan Laut Cina Selatan, maka tiadalah mengherankan jika masyarakat Melayu paling banyak mendapatkan pengaruh bangsa-bangsa lain seperti Cina, Siam, Arab, India Selatan, Persia, Portugis dan dari suku-suku yang bertetangga seperti Batak, Jawa, Bugis dan lain-lainya. Perihal yang sedemikian itu juga sangat dirasakan dalam perkembangan musik Melayu dari mulai peralatan musik sampai kepada tarian dan lagu-lagu Melayu itu sendiri. Sehingga sulitlah untuk menentukan mana yang asli dan mana yang modern, mana yang mendapat pengaruh Barat atau mana yang musik tradisional.

Syahdan adalah diperbuat orang pada pengelompokan antara yang asli, tradisional dan yang modern, seperti:
  1. Musik asli, seperti nyanyian dan tetabuhan yang dilakukan oleh dukun atau pawang. Ataupun musik atau lagu-lagu tertentu di dalam musik Nobat Diraja, dan nyanyian kematian.
  2. Musik tradisional, seperti yang dimainkan di dalam mengiringi teater Makyong, Mendu, Menora, Silat dan Zapin.
  3. Musik modern, seperti musik yang mempergunakan alat-alat musik Barat, walaupun lagunya Melayu Asli, begitu juga dengan gerak tari-tarian yang mengikutinya.

Oleh keadaan yang sedemikian itu, bolehlah dikatakan bahwa Musik Tradisional Melayu itu adalah musik yang belum mendapat pengaruh Barat seperti biola, bas, gitar, piano, akordeon dan lain sebagainya. Tetapi masih menggunakan alat musik seperti yang lazim yaitu gong, rebab, serunai, gendang, rebana, suling dan lain-lain.

Pewarisan musik tradisional tidaklah dilakukan seperti musik Barat yang menggunakan notasi, melainkan diwariskan secara dari mulut ke mulut dan diajarkan dengan cara memberi contoh.

More about7. Musik dan Nyanyian : Perkembangan Musik Melayu

7. Musik dan Nyanyian

Attayaya Butang Emas on 2010-03-24

Apakah nyanyi?

Takrif atau definisi kata nyanyi dengan merujuk kamus Raja Ali Haji kitab pengetahuan bahasa (1858) ialah ‘mengeluarkan suara serta huruf dan serta dengan lagunya dengan had timbangannya’.

Kemudiannya, seperkara kepada seni music atau nyanyian ini, di dalam beberapa catatan kitab lama ada juga sering diperkatakan, terutamanya tentang tarian dan lagu-lagu joget. Kononnya, Raja Haji Yang Dipertuan Muda IV dalam setiap menghadapi pertempuran pun sering membawa kelompok kesenian joget sebagai hiburan dan penambah semangat kepada prajurit-prajuritnya.

Music adalah gambaran kepada jiwa yang bersifat universal, seperti juga halnya dengan bahasa dan lelucon (humor). Ikatan kepada music dalam kehidupan adalah jiwa, music tiada berguna jika tanpa jiwa. Melalui music akan dapat menjelaskan sesuatu perasaan. Oleh karenanya music mempunyai banyak peranan dan arti dalam kehidupan sesuatu suku bangsa. Ianya tidak hanya sekedar sebagai hiburan ataupun nilai keindahan, melainkan music juga menyatu dalam berbagai ragam kebudayaan, kepercayaan dan masyarakat itu sendiri.





More about7. Musik dan Nyanyian

6. Bangsawan : Pementasan

Attayaya Butang Emas on 2010-03-22

Pementasan

Wayang Bangsawan dipandang sebagai seni pertunjukkan yang memasuki ambang modernisasi karena banyak hal. Kata modern itu sendiri itu pada masanya dulu dikaitkan dengan western. Namun, nilai-nilai tradisional masih tetap bersebati di dalamnya.

Pertunjukkan Wayang Bangsawan bermula dengan dimainkannya sebuah lagu pembuka yang biasanya khas bagi setiap perkumpulan. Bersamaan dengan itu, layar depan pun disibak dan layar ini tak pernah ditutup sampai permainan berakhir. Artinya, setelah layar depan disibak, adegan demi adegan berjalan terus-menerus dan layar street selalu berperan sebagai penyelang. Di depan layar street inilah pemain (pemain) yang sedang melakukan perjalanan (dalam kota; kalau perjalanan dalam rimba, layar latar pun disesuaikan) bermonolog atau saling memersilahkan temannya berjalan sambil menyanyikan “Lagu Sila-Sila” atau lagu berjalan yang liriknya lebih kurang berbunyi:

A:
Sila [lah] sila berjalan pergi
Di sini tak guna lengah lagi
Sila[lah] sila berjalan pergi

B.
Sila[lah] sila berjalan pergi
Di sini tak guna lengah lagi
Sila[lah] sila berjalan pergi

A/B:
Silakan, tuan, silakan!

Setelah layar depan dibuka kadang-kadang dipertunjukkan semacam tableau yaitu gambaran suatu adegan dengan seluruh pemain dalam keadaan mematung tetap diiringi musik, yang kira-kira menggambarkan isi cerita. Bagian ini dihapus dengan menurunkan layar street. Dan, terlihatlah ruang istana. Pemain terlebih dulu memerkenalkan peran apa yang dimainkannya. Pemegang peran raja, misalnya akan mengatakan, “betalah yang bernama Raja Mirzan Syah yang bertahta di dalam negei Nizampur, dsb….”. sesudah itu sang raja kadang-kadang menyanyikan lagu yang berkisah tentang dirinya. Lalu, lakon pun berlangsung dalam akting, dialong, nyanyian, tarian, dan bagi khadam-khadam terkadang berpantomime. Baru setelah cerita berakhir, layar depan ditutup kembali. Hampir semua lagu yang ada dalam khazanah lagu Melayu dan pengaruh asing dinyanyikan dalam pertunjukkan ini, yang dipakai dalam seni pertunjukkan lainnya. Pelakon lebih banyak memanfaatkan bakat alamnya dan kaya dengan berimprovisasi.

Tentang khazanah lagu Melayu, selain dari yang dikenal dalam berbagai bentuk kesenian, juga perlu diperhatikan karangan Khalid Hitam dalam Tsamarat al-Mathuluh fi Anwar Al-Qulub (A. Samad Ahmad, 1985) yang mencatat senarai lagu-lagu dalam Nobat Kerajaan Riau-Lingga. Orkestra Diraja itu mengenal dua lagu asal yaitu:
- Lagu Iskandar Syah
- Lagu Arak-Arak
- Lagu Perang
- Lagu Palu-Palu
- Lagu Seri Istana
- Lagu Lampam
- Dan lain-lain.

Seni pertunjukkan Wayang Bangsawan yang mencapai puncak pada tahun 1920-an, kemudian berhadapan dengan suatu bentuk seni pertunjukkan yang lain, yang baru sosok dan penampilannya yaitu Tonil (dari kata toneel) yang menjadi cikal bakal sandiwara modern mara dengan pesat lebih-lebih menjelang Perang Dunia II dan pada masa dan ketika yang tepat menggantikan kedudukan Wayang Bangsawan dipentas seni pertunjukkan.


More about6. Bangsawan : Pementasan

6. Bangsawan : Pemeran (pemain)

Attayaya Butang Emas on 2010-03-20

Pemeran (pemain)

Jika dibandingkan dengan Opera Barat, memang kemampuan bermain musik, menyanyi dan berperan dalam Wayang Bangsawan tak dapat disetarakan. Oleh karenanya ada sebagaian orang yang mengata dengan mencemeeh, bahwa wayang bangsawan adalah opera Barat yang tiada kesampaian. Namun, perlu diketahui bahwa para pendukung opera Barat terdiri atas para profesional. Sedangkan anak wayang Bangsawan lebih banyak mengambil pemain dengan cara tangkap muat, dan dengan kemampuan secara alami, lalu mengadakan latihan ala kadarnya. Yang lebih teroknya ketika pemain tidak dilengkapi untuk membuat dialog serta berimprovisasi sendiri.

Lagipula berbeda dengan opera Barat, dalam Wayang Bangsawan bukan semua dialog harus dinyanyikan. Artinya, jalan cetia diantarkan dengan akting, dialog dan “dialog yang dinyanyikan”. Ada pula nyanyi dan tari, tetapi jenis ini tampaknya sebagai pelengkap saja.

Peringkat para pemain tak semata-mata ditentukan oleh peran yang dipegangnya, tetapi oleh kemahiran membawakan peran itu selama jangka waktu tertentu. Misalnya, peringkat yang diberikan selama setahun berlangsung, atau peringkat yang didapat selama perkumpulan Wayang Bangsawan itu berdiri. Peringkat seperti Seri Panggung sering melekat menjadi gelar, jauh setelah perkumpulan Wayang Bangsawan itu bubar. Demikian juga peringkat (dan peran) Anak Muda (Hero), kadang-kadang disebut setelah si penyandangnya menjadi orang tua.

Pemeran berdasarkan peringkat/ peranan ialah, sebagai berikut:
  • Seri Panggung (peringkat yang diberikan kepada pemain wanita terbaik dan tercantik, atau primadona dari bahasa Italia: prima ‘yang pertama atau utama; donna ‘wanita’)
  • Anak Muda (peringkat iti diberikan kepada lelaki yang gagah dan senantiasa memegang peran utama atau Hero)
  • Raja-raja
  • Permaisuri-permaisuri
  • Puteri-puteri
  • Putera-putera
  • Menteri-menteri
  • Saudagar-saudagar
  • Hulubalang-hulubalan
  • Jin-jin
  • Pendeta / guru
  • Inang dan Dayang
  • Khadam-khadam
  • Nenek Kebayan atau yang sejenisnya
  • Dan lain-lain



More about6. Bangsawan : Pemeran (pemain)

6. Bangsawan : Peralatan Permainan

Attayaya Butang Emas on 2010-03-18

Peralatan Permainan

Adapun alat musik yang mengiringi lagu dan nyanyian dalam Wayang Bangsawan ialah seperangkat orkestra, makin lengkap makin baik. Dengan demikian para pemain di tuntut kemampuan bernyanyi yang memadai.

Perlengkapan lainnya dalam setiap pertunjukkan Wayang Bangsawan ialah Layar sebagai dekor. Jumlah layar dalam pementasan bangsawan lebih ditentukan kepada cerita yang akan dimainkan. Tetapi berikut ini bolehlah diberikan beberapa jenis layar yang biasanya dipergunakan.

  • Layar Depan (layar ini terkadang dilukis nama perkumpulan).
  • Layar Street (bahasa Inggris: street. Layar ini sering dipakai untuk menggambarkan gambar latar belakang jalan, dll).
  • Layar Istana (balai Penghadapan, Balairong).
  • Layar Taman.
  • Layar Gunung dan Hutan (layar tebuk).
  • Layar Gubuk (layar tebuk).
  • Layar Gua (layar tebuk).
  • Layar Laut atau Danau (Tasik).
  • Layar Awan (menggambarkan kayangan).
  • Dan lain-lain.



More about6. Bangsawan : Peralatan Permainan

6. Bangsawan : Perjalanan Abu Muhammad Adnan

Attayaya Butang Emas on 2010-03-16

Abu Muhammad Adnan

Abu Muhammad Adnan meninggal dunia tahun 1926, memang sepatutnya diperhatikan karena perannya dalam kesenian dan kebudayaan pada waktu dulu. Nama pena Abu Muhammad Adnan itu dipakainya dengan penuh kasih karena bersempena dengan nama anak sulungnya yang meninggal pada usia yang sangat muda.

Ia bukanlah seorang yang banyak terlibat dalam urusan Wayang Bangsawan. Akan tetapi, sebagai seniman (pelukis, pematung, dan pengarang) di samping sebagai seorang pejabat di Mahkamah Kerajaan, ia sering diminta oleh kumpulan Wayang Bangsawan di istana untuk memberikan bahan-bahan cerita dan memberikan saran utnuk dekorasi. Dalam simpanan Yayasan Indera Sakti Pulau Penyengat ada contoh-contoh gambar (dengan pensil) yang dibuat oleh Abu Muhammad Adnan untuk model tata busana para pelakon Wayang Bangsawan untuk cerita-cerita tertentu mulai dari raja, menteri, penjahat, orang asing, jin sampai khadam.

Abu Muhammad Adnan (di tempat tinggalnya) lebih dikenal dengan nama Engku Haji Lah (nama sebenarnya Raja Haji Abdullah) juga mengarang buku pelajaran Bahasa Melayu Riau seperti (1) Pembuka Lidah dengan Teladan Umpama yang mudah, (2) Penolong bagi yang Menuntut akan Pengetahuan yang Patut, dan (3) Pembukaan bagi yang Berkehendak dengan Huraian yang Pandak. Kesempatan memberikan pelajaran bahasa itu dipakai dengan memberikan bahan-bahan cerita kepada kelompok Wayang Bangsawan istana yang memerlukan bantuannya dalam banyak hal. Karena bacaanya yang luas (perpustakaan pribadinya berisi buku-buku berbahasa Arab, Perancis, dan Melayu) pada pelbagai kesempatan, baik yang ia tuliskan dalam buku-buku karangan dan buku-buku hasil terjemahannya. Tersebutlah sekalimat ungkapan beliau yang berbunyi: “Apabila diarahkan dengan jitu, al-khayalan akan merangsang pikiran sehingga hasilnya pun akan menjadi berfaedah, bermanfaat, bermakna”.

Di antara tokoh-tokoh dalam cerita Wayang Bangsawan tampaknya penokohan Jin dan Khadam merupakan tokoh-tokoh yang paling melekat dalam ingatan penonton. Ini dibuktikan dengan melekatnya nama panggung kepada seseorang yang pernah memainkan peranan Jin dan Khadam sehingga terdapat nama orang-orang seperti Raja Mamud Jin, Mat Tahir Jin, Pak Usin Kadam dan sebagainya. Nama panggung seorang pemeran senantiasa lebih dirasakan akrab jika dibandingkan dengan pemakaian nama kelahiran.


More about6. Bangsawan : Perjalanan Abu Muhammad Adnan

6. Bangsawan : Suatu Perjalanan Seni

Attayaya Butang Emas on 2010-03-14

Perjalanan Seni

Seorang penulis, Ch. E. P. Van Kerchkhoff, pada 1886 menyatakan dalam sebuah tulisan berkala pada masa itu bahwa karya-karya sastra Melayu sering diangkat ke atas pentas seni pertunjukkan, antara lain mencatat, ada enam buah syair dan dua buah hikayat yang telah dimainkan dalam bentuk drama. (Lihat Nafron Hasjim, 1981 / 1982).

Khusus mengenai perjalanan seni pertunjukkan Wayang Bangsawan, dahulunya di Kepulauan Riau asa beberapa cerita yang diangkat dari cerita Syair dalam lakonan bangsawan (sekitar abad ke-19), paling tidaknya dijadikan ilham atau bahan cerita, yaitu:
  • Syair Menyambut Sultan Bintan, awal abad ke-19 (N.N)
  • Syair Siti Zuwaiyah, circa 1820 (Tuan Bilal Abu).
  • Syair Haris, circa 1830 (Tuan Bilal Abu).
  • Syair Sultan Yahya, 1840 (Daeng Wuh).
  • Syair Perang Johor, 1844 (N.N)
  • Syair Abdul Muluk, 1849 (Raja Ali Haji/Shalihat)
  • Syair Madi, 1849 (Yamtuan Abdullah).
  • Syair Kumbang Mengindera, 1850 (Raja Safiah).
  • Syair Sultan Mahmud di Lingga, 1857 (Encik Kamariah).
  • Syair Kahar Mahsyur, 1858 (Yamtuan Abdullah).
  • Syair Syarkam, 1858 (Yamtuan Abdullah).
  • Syair Encik Dosanan, 1858 (Yamtuan Abdullah).
  • Syair Saudagar Bodoh, (1861 Raja Kalsum).
  • Syair Hikayat Raja Damsyik, 1864 (Haji Ibrahim).
  • Syair Hikayat Tukang Kayu yang Bijaksana dengan Tukang Emas yang Durjana, 1894 (Haji Abdul Rahim).
  • Syair Kisah Keling dengan Ba’yah dan Rahimah, 1894 (Haji Abdul Karim).
  • Syair Pahlawan Farhad, tanpa tahun (Abu Muhammad Adnan).
  • Ghayat Al-Muna, tanpa tahun (Abu Muhammad Adnan).
  • Syair Seribu Satu Hari, cetak 1918 (Abu Muhammad Adnan).
  • Syair Syahinsah, cetak 1922 (Abu Muhammad Adnan).
  • Syair Khadamuddin, cetak 1926 (Aisyah Sulaiman).
  • Dan lain-lain.



More about6. Bangsawan : Suatu Perjalanan Seni

6. Bangsawan : Cerita di Berbagai Daerah

Attayaya Butang Emas on 2010-03-12

Cerita di Berbagai Daerah

Adalah beberapa cerita (jika dimainkan) yang di anggap mempunayi pengaruh magis ataupun angker dapatlah disebutkan di sini, utnuk beberapa tempat atau kawasan:
  • Di Sumatera Utara (Medan), memainkan cerita “Puteri Hijau”
  • Di Kedah, kisah “Marong Mahawangsa” (Raja Bersiung) dan “Mahsuri di Pulau Langkawi”
  • Di kepulauan Riau, cerita “Opu Lima Bersaudara” “Meriam Sumbing di Pulau Mepar” dan cerita yang lain.
  • Di Indragiri cerita “Rakit Kulim”
  • Di Siak cerita “Raja Kecil”
  • Di Dumai cerita “Puteri Tujuh”
  • Di Kalimantan (Pontianak) kisah “Pangeran Syarif Hasyim”
  • Dan masih banyak yang lainnya


More about6. Bangsawan : Cerita di Berbagai Daerah

6. Bangsawan : Pelaksanaan Cerita

Attayaya Butang Emas on 2010-03-10

Pelaksanaan

Dalam pelaksanannya, untuk memainkan cerita-cerita Melayu asli ini selalu didahului dengan upacara kenduri kecil yaitu membaca do’a selamat dengan hidangan sekadarnya. Biasanya hidangan yang dimakan bersama itu ialah “pulut kuning” yaitu nasi pulut yang dikuningkan dengan kunyit serta lauknya yang terdiri atas telur, ikan atau ayam panggang/rendang dan pisang.

Nasi pulut dalam piring atau pinggan ditindih dengan daun pisang yang sudah dipotong bundar sebesar pinggan dan di atasnya diletakkan lauknya. Setidak-tidaknya hidangan untuk kenduri kecil itu terdiri atas sepiring pulut kuning dan sesisir pisang (dengan atau tanpa lauk) yang dimakan bersama dan dibagi rata sedikit seorang, setelah do’a tolak bala selesai dibacakan.

Kenduri tolak bala yang dilaksanakan sebelum pertunjukkan itu dilakukan di atas panggung dan upacara sederhana itu tak boleh dilupakan. Adapun dasarnya ialah karena menurut kepercayaan masyarakat setempat, cerita-cerita Melayu asli yang akan mereka lakonkan di atas pentas sebentar lagi, ialah mengenai datuk-nenek para pemain itu sendiri, selain datuk-nenek juga hamper semua anggota masyarakat menonton cerita itu. Jadi, pementasan cerita-cerita yang berunsur sejarah atau yang dianggap oleh masyarakat setempat berunsur sejarah, maka dilakukanlah hal yang sedemikian itu.

Seandainya terjadi suatu kecelakaan dalam memainkan cerita-cerita jenis tadi, orang yang selalu dikesalkan ialah pimpinan permainan karena dianggap lupa melaksanakan kenduri membaca tolak bala. Seperkara pada pekerjaan ini berlaku di semua negeri-negeri Melayu.


More about6. Bangsawan : Pelaksanaan Cerita

6. Bangsawan : Cerita

Attayaya Butang Emas on 2010-03-08

-Cerita

Cerita-cerita yang dimainkan oleh wayang Parsi semuanya berasal dari India (dan Timur Tengah seperti rangkaian kisah Seribu Satu Malam dan lain-lain)
Ada catatan yang membuktikan bahwa kalau perlu seorang yang pandai mengarang membuatkan cerita untuk pertunjukkan Wayang Bangsawan ini. Karena itulah, pertunjukkan Wayang Bangsawan yang menjadi-jadi sekitar 1920-an sering membawa cerita-cerita seperti:
  • Siti Zubaedah (cerita yang sangat penting karena meninggalkan jejak yang jelas dalam seni pertunjukkan Mendu selain dari Hikayat Dewa Mendu.
  • Gul Bakawali
  • Ken Tabohan (Tambuhan)
  • Jula Juli Binatang Tujuh
  • Saiful Yazan
  • Mara Karma
  • Bidasari
  • Selindun Delima
  • Bestaman
  • Abdul Muluk ( ceritanya mengilhami seni pertunjukkan “Dul Muluk” di Sumatera Selatan.

Cerita-cerita Melayu asli yang dijadikan bahan oleh Wayang Bangsawan antara lain:
  • Hang Tuah Lima Bersaudara
  • Sultan Mahmud Mangkat Dijulang
  • Laksemana Bintan



More about6. Bangsawan : Cerita

6. Bangsawan : Pendahuluan Cerita

Attayaya Butang Emas on 2010-03-06

BANGSAWAN

Pulau Pi(e)nang, di Semenanjung Tanah Melayu dahulunya meupakan sebuah kota yang cukup banyak dihuni oleh penduduk yang berasal dari India (selatan). Ke tempat inilah pada tahun 1870-an datang suatu rombongan Wayang dari India dan cukup lama menetap di situ. Karena corak seni pertunjukkan mereka belum pernah dikenal sebelumnya oleh masyarakat setempat, perkumpulannya sangat cepat terkenal dan menjadi anutan. Penduduk menamakan kelompok kesenian itu “Wayang Indra Sabor”. Meskipun pertunjukkan dilakukan dalam bahasa India, dan banyaklah penonton yang bukan orang India tiada memahami bahasanya; tetapi hal yang sedemikian tiadalah menjadi rintangan untuk menyenanginya. Sayangnya perkumpulan di diminati banyak orang ini, akhirnya harus gulung tikar. Penyebabnya tiada diketahui dengan jelas.

Jenis-jenis pertunjukkan pentas Melayu yang pernah dicatat oleh seorang peneliti pada suatu masa dulu (Walter William Skeat, 1900). Terdiri atas:
o Lekun atau Lakun
o Mendura atan Manohra
o Makyong
o Wayang Kun
o Mek Mulong
o Bangsawan Parsi Indra Sabor
o Mendu
o Wayang Makau, dan
o Wayang Kulit



More about6. Bangsawan : Pendahuluan Cerita

5. Mendu : Jalan Cerita Mendu

Attayaya Butang Emas on 2010-03-04

JALAN CERITA MENDU

Hilang riwayat timbullah cerita


Pada zaman dahulu kala adalah sebuah kerajaan yang bernama Antarpura yang diperintahkan oleh seorang raja yang bijaksana, raja bergelar Langkedura. Rakyat seisi negeri dalam keadaan aman tentram dan berkehidupan makmur. Ini semua adalah berkat pimpinan raja yang bijaksana. Di samping itu, raja Langkedura mempunyai seorang puteri yang cantik jelita bernama Siti Mahdewi. Kecantikannya sudahlah termasyhur sampai kemana-mana negeri.

Tersebutlah pula sebuah kerajaan Antarsina yang diperintah oleh Maharaja Laksemalik. Baginda belum mempunyai seorang permaisuri. Inilah kekurangannya selain cara pemerintahannya jauh berbeda dengan raja Langkedura. Rakyat sangat takut kepada baginda karena garangnya.

Berita kecantikan puteri Siti Mahdewi sampai ke telinga raja Laksemalik. Berita ini dibawa oleh saudagar dari Yunan yang baru saja pulang berniaga di negeri Antarpura dan hendak menjadikan Siti Mahdewi sebagai permaisurinya. Utusan pinangan pun dikirim, Pahlawan yang gagah perkasa jadi utusan.

Setelah berhari-hari tibalah pahlawan utusan di negeri Antarpura langsung menyerahkan surat pinangan. Mendengar isi surat itu, Raja Langkedura tanpa berpikir panjang langsung menolaknya. Baginda menyuruh Datuk Kerani membuat surat balasan. Maka pulanglah utusan ke negerinya.

Sejak keberangkatan Pahlawan utusan, Raja Laksemalik sangat gelisah tak sabar rasanya menanti. Terbayanglah Siti Mahdewi yang cantik rupawan jadi Permaisuri idaman hatinya. Tapi apa hendak dikata, setelah utusan tiba membawa surat balasan, dunia bagaikan berubah menjadi gelap gulita, hati hancur bagaikan kaca. Rasa malu merasuk di dada. Tanpa memikirkan akibatnya, Raja Laksemalik memerintahkan hulubalang menyiapkan laskar perangnya untuk menyerang kerajaan Antarpura.

Maka terjadilah peperangan antara dua kerajaan itu. Karena angakatan perang raja Laksemalik lebih kecil dari kekuatan angkatan perang raja Langkedura jauh lebih besar, maka Laksemalik mengalami kekalahan. Seluruh angkatan perang Laksemalik mengundurkan diri. Akibat kekalahan itu raja Laksemalik berangkat ke padang percintaan memanggil sahabatnya yang sakti yaitu Pendekar Bandan. Kepadanyalah dimintai tolong. Pendekar Bandan sanggup menolong dan berjanji akan membuatkan suatu masalah. Pendekar Bandan berangkat menuju negeri Antarpura dan menunggu puteri di taman bunga.

Dari kejauhan terdengarlah tawa ria inang dan dayang berhibur diri bersama puteri. Tanpa menduga celaka akan menimpa. Tiba-tiba hari menjadi gelap gulita. Dengan ilmu sihirnya Pendekar Bandan maka berubahlah wujud diri sang puteri menjadi seekor gajah putih. Suasana gembira seketika berubah menjadi sedih. Inang serta pahlawan menjadi bingung. Akhirnya kembalilah ke istana membawa gajah putih itu. Segala kejadian diceritakan kepada raja. Hancurlah hati raja Langkedura karena puteri buntat intan gunung payungnya sudah berubah menjadi binatang. Karena tiada jalan lain, baginda memerintahkan pahlawan supaya membawa gajah putih itu ke hutan dan membunuhnya. Pahlawan menjunjung titah dan membawa gajah itu ke hutan. Akan tetapi tak sampai hatinya membunuh gajah itu, lalu ditinggalkannya saja di dalam hutan. Sambil meratap sedih tinggallah gajah putih itu di dalam hutan kesendirian.

Tersebutlah kisah dua dewa bersaudara, yaitu Dewa Mendu dan Angkaran Dewa dari kayangan dibuang ke bumi, mengembara di hutan belantara. Konon, dari cerita burung bayan dan burung cahcah, Dewa Mendu mendapat tahu tentang puteri Siti Mahdewi yang berubah menjadi gajah putih.

Pada suatu ketika bertemulah mereka dengan gajah putih yang memohon supaya Dewa Mendu sudi menolongnya. Terbitlah rasa kasihan di hati Dewa Mendu, sedangkan adiknya Angkaran Dewa melarang supaya jangan mendekati gajah putih itu, karena dikhawatirkan celaka menimpa diri. Sebaliknya Dewa Mendu tiada memperdulikan apa yang akan terjadi. Dengan suara yang lantang Dewa Mendu membangkit asal: “kalau sebenarnya aku anak mambang Dewa Kesakti, aku bernama Dewa Mendu orang bestari, ayahku bernama Semadun Dewa dan Datukku bernama Dewa Angkasa orang yang sakti. Minta diturunkan kesaktian untuk mengobat gajah putih ini! Asal sirih pulang ke gagang, asal pinang pulang ke tampuk, asal manusia kembali menjadi manusia.”

Serta merta, berubahlah wujud gajah putih itu menjadi seorang puteri yang cantik. Tercenganglah Angkaran Dewa melihati puteri itu, bergetarlah hati untuk memiliki. Kemudian puteri itu mengajak Dewa Mendu dan Angkaran Dewa menemui ayahnya.

Setibanya di istana puri maka terperanjatlah baginda melihat keadaan yang tiada dapat dipercaya itu. Maka seisi negeripun menjadi gempar dengan kejadian itu dan suasana gembira meliputi sekota negeri Antapura.

Dengan rasa syukur yang tiada terperi, diambillah keputusan oleh raja Langkedura untuk menjodohkan puteri Siti Mahdewi dengan Dewa Mendu, keramaianpun lalu diadakan untuk beberapa lama, seisi negeri bersuka ria.

Setelah selesai mengadakan upacara perkawinan selama empat puluh hari empat puluh malam, raja Langkedura bermaksud hendak barsara karena ia tahu dirinya sudah cukup tua. Akhirnya bulatlah hati, baginda mengangkat menantunya Dewa Mendu memegang tampuk pimpinan pemerintahan di dalam kerajaan Antarpura. Upacara pengangkatan Dewa Mendu dirayakan dengan tiada kurang besarnya dan resmi lah Dewa Mendu menjadi Raja Muda di kerajaan itu.

Gambaran ringkas dari cerita Hikayat Mendu di atas, berdasarkan buku Henri Chambert-Loir, Hikayat Dewa Mendu – Epopee Malayse, EFEO, Paris, 1980.



More about5. Mendu : Jalan Cerita Mendu

5. Mendu : Tokoh-tokoh

Attayaya Butang Emas on 2010-03-02

Tokoh-tokoh

Tokoh-tokoh pendukung lakon dalam seni pertunjukkan Mendu terdiri dari:

o Lang-lang buana (Datuk sekalian dewa)
o Dewa Duangsa (Ayah Dewa Mendu)
o Semadun Dewa ( Ayah Anggaran Dewa)
o Dewa Mendu ( Tokoh Utama)
o Anggaran Dewa (Adik sepupu Dewa Mendu)
o Dewa Kilan Cahaya (Anak Dewa Mendu)
o Dewa Seri Kilat (Anak Anggaran Dewa)
o Raja Langkadura (raja negeri Antapura)
o Raja Laksemalik (raja negeri Antasina)
o Raja Majusi (raja negeri Antapuri)
o Raja Bakhillani ( raja negeri Ikhwani)
o Raja Khormansyah (raja negeri Antaberanta)
o Raja Syahkubat (raja negeri Antaperman)
o Siti Mahdewi (puteri Raja Langkadura)
o Lela Mengerna (puteri Raja Majusi)
o Khairani (puteri Raja Bakhillani)
o Mayang Mengurai (puteri Raja Khormansyah)
o Siti Diawan (puteri Raja Syahkubat)
o Nenek Sejanggi (sahabat Dewa Mendu)
o Nenek Pendekar Bandan (sahabat Anggaran Dewa)
o Nenek Buta Raksasa (sahabat Raja Laksamalik)
o Nenek Bargas (sahabat Raja Laksamalik)
o Nenek Kepala Tujuh (sahabat Nenek Buta Raksasa)
o Nenek Kebayan
o Jin Tiga Serupa (abang Jin Tiga Senama)
o Jin Tiga Senama (adik Jin Tiga Serupa)
o Menteri (ada pada setiap kerajaan)
o Pahlawan (ada pada setiap kerajaan)
o Bidan (ada pada setiap kerajaan)
o Dukun (ada pada setiap kerajaan)
o Tukang Tenung, Nujum (ada pada setiap kerajaan)
o Inang (ada pada setiap kerajaan)
o Dayang-dayang (ada pada setiap kerajaan)
o Si Lamat
o Si Laba
o Si Ngongok (Mungok), dan lain-lain




More about5. Mendu : Tokoh-tokoh

5. Mendu : Versi Rangkaian Cerita

Attayaya Butang Emas on 2010-02-28

Versi Rangkaian Cerita

Rangkaian cerita Mendu, sangatlah panjang. Menurut salah satu versi yang masih ada di Siantan, seperti berikut:
  • Raja Langkadura keluar untuk memeriksa keadaan di dalam negerinya Antapura
  • Kisah jatuhnya Dewa Mendu dari kayangan di hutan dalam kawasan kerajaan Raja Langkadura.
  • Kisah jatuhnya Anggara Dewa – adik Dewa Mendu – dari kayangan juga di hutan dalam kawasan kerajaan Raja Langkadura. Tempat jatuhnya berlainan dengan tempat Dewa Mendu.
  • Raja Laksamalik memeriksa keadaan seluruh kawasan negerinya yang bernama Antasina.
  • Kisah pertemuan antara Dewa Mendu dengan Anggaran Dewa di dalam hutan.
  • Kisah tentang Raja Langkadura hendak melihat puterinya yang bernama Siti Mahdewi.
  • Dewa Mendu sedang menduga pikiran adiknya apakah si adik akan mematuhi semua petunjuk dan nasihatnya.
  • Kisah Raja Laksemalik mencarikan jodoh yang sepadan buat pahlawan negeri Antasina.
  • Pahlawan kerajaan Antasina menjalankan perintah Raja Laksamalik dengan menyamar sebagai saudagar kain pergi ke negeri-negeri yang bersempadan dengan negerinya.
  • Raja Langkadura membuatkan sebuah mahligai buat anaknya Siti Mahdewi dengan memerintah para tukang
  • Raja Langkadura memeriksa apakah mahligai itu sudah siap atau belum. Rupanya mahligai itu sudah siap sempurna. Ia lalu membawa anaknya ke atas mahligai itu.
  • Pahlawan Kerajaan Antasina melihat Siti Mahdewi memasuki mahligai. Ia segera pulang ke negerinya untuk memberitahukan hal itu kepada rajanya.
  • Raja Laksamalik menerima kedatangan pahlawannya yang baru datang dari negeri Langkadura. Setelah mendengar kabar yang dibawa Pahlawannya, ia lalu memanggil seorang Kerani untuk membuatkan surat pinangan kepada Raja Langkadura.
  • Pahlawan kerajaan Antasina pergi ke negeri Antapura membawa surat peminangan dari Raja Laksamalik.
  • Raja Langkadura di balai penghadapan dengan menteri-menterinya. Ia menyatakan kerunsingan hatinya, lalu datang menghadap Pahlawan Kerajaan Antasina membawa surat peminangan sayangnya peminangan itu ditolak oleh Raja Langkadura. Pahlawan itupun pulang ke negerinya dengan marah.
  • Kisah dua orang anak muda yang membawa nasib ke dalam hutan. Mereka merasa penat lalu beristirahat. Si Abang tertidur. Dijaga oleh adiknya. Kemudian datang Nenek Sejanggi hendak mengganggu si abang. Perbuatan si nenek itu dihalangi oleh si adik. Mereka berkelahi dan Nenek Sejanggi dapat dikalahkan. Si Nenek minta ampun dan berjanji akan membantu anak muda itu kalau mendapat kesulitan dengan cara memanggil namanya. Nenek itu lalu pergi. Selanjutnya si adik pula yang tertidur, dan abangnya yang menjaga. Lalu datanglah Nenek Pendekar Bandan hendak mengganggu si adik yang sedang tidur. Perbuatan si nenek dihalangi oleh si abang. Maka terjadilah perkelahian antara keduanya. Nenek Pendekar Bandan dapat dikalahkan ia minta ampun dan berjanji akan membantu anak muda itu kalau mendapat kesulitan dengan menyebut namanya. Kedua anak muda itu adalah Dewa Mendu dan adiknya Anggaran Dewa.
  • Raja Laksamalik menerima Pahlawannya yang membawa kabar tidak menyenangkan. Raja Laksamalik merasa sakit hati lalu memanggil sahabatnya Nenek Buta Raksasa untuk menyihir Puteri Raja Langkadura yang bernama Siti Mahdewi. Setelah si Nenek Buta Raksasa pergi, Raja Laksamalik pun masuk ke dalam istananya.
  • Nenek Buta Raksasa memasuki taman bunga puteri Raja Langkadura dan memasang sihir di sana.
  • Tuan Puteri Siti Mahdewi di dalam mahligai bermimpi melihat taman bunga yang sangat menggoda indahnya. Ia lalu mengajak para inang dan dayang pengiringnya bermain-main di taman dengan terlebih dahulu meminta izin kepada ayahandanya.
  • Raja Langkadura sedang menceritakan tentang mimpinya kepada para menterinya. Kononnya ia bermimpi bahwa mahkotanya jatuh kepangkuannya. Kiranya tak seorang pun menteripun yang dapat mengetahui tabir mimpi itu. Tiba-tiba datang Siti Mahdewi meminta izin pergi bermain ke taman bunga. Raja Langkadura memerintahkan Pahlawan negerinya menjaga anaknya yang hendak bersukaria di taman bersama inang dan dayang.
  • Nenek Buta Raksasa bersembunyi di balik semak melihat rombongan tuan puteri Siti Mahdewi mendekati tempat sihir itu di pasang.
  • Dalam taman bunga ketika Siti Mahdewi dan sekalian inang dan dayang sedang bersuka-suka, tiba-tiba hari menjadi gelap. Lalu ketika terang kembali tuan puteri Siti Mahdewi telah tiada, ditempatnya duduk tadi, berdiri seekor gajah putih. Kekuatan sihir Nenek Buta Raksasa telah mengubah puteri itu menjadi gajah putih. Pahlawan dan sekalian inang serta dayang bergegas kembali ke istana.
  • Raja Langkadura masih membicarakan mimpinya kepada para menterinya. Tiba-tiba datang pahlawannya diiringi oleh sekalian inang dan dayang sambil menangis sejadi-jadinya. Pahlawan itu memberitahukan bahwa puteri Siti Mahdewi telah menjadi seekor gajah putih. Raja Langkadura pun pingsan. Setelah sadar, baginda raja mengambil keputusan akan membunuh gajah putih karena malu puterinya berubah menjadi gajah putih. Seorang Menteri dan seorang Pahlawan lalu diperintahkan membawa gajah putih itu ke tepi hutan dan membunuhnya di sana. Diperintahkan pula supaya membawa pulang darahnya sebagai bukti.
  • Menteri dan Pahlawan kerajaan Antapura membawa gajah putih ke tepi hutan. Menteri itu terlalu kasihan untuk menyembelih gajah putih. Karena itu dilepaskannya gajah itu supaya lari ke dalam hutan. Untuk mendustai sang raja, bahwa gajah putih itu dibunuh, ia menyembelih seekor kambing dan darah kambing itulah dibawanya pulang ke istana sebagai bukti.
  • Raja Langkadura menerima kedatangan Menteri yagn memperlihatkan darah kambing.
  • Tuan Puteri Siti Mahdewi membawa nasib ke dalam hutan. Di dalam hutan ia bertemu dengan seekor burung yang menceritakan kepadanya bahwa ada dua orang muda adik beradik yang berada di padang saujana di arah matahari mulia mati yang dapat mengembalikan tuan puteri kembali pada bentuk yang sebenarnya. Gajah putih itupun berjalan menuju tempat yang ditunjukkan burung tadi. Setelah sampai dan bertemu dengan kedua orang muda itu – yaitu Dewa Mendu dan adiknya Anggaran Dewa – gajah putih itupun menceritakan keadaan dirinya. Dewa Mendu pun menolong Siti Mahdewi dengan kesaktiannya sehingga menjadi manusia kembali.
  • Raja Langkadura memerintahkan supaya mengumpulkan kayu api untuk mengadakan makan minum sampai seratus hari kematian anaknya. Kerja itu diserahkan kepada tiga orang, yaitu Si Lamat, Si Laba dan Si Ngongoh. Ketiganya berangkat ke dalam hutan dan raja itupun masuk ke istananya.
  • Ketiga orang itu bertemu dengan Siti Mahdewi diiringi oleh dua orang muda. Si Lamat dan dua orang muda. Si Lamat dan dua orang kawannya membawa tuan puteri dan dua orang muda itu kembali ke istana.
  • Raja langkadura sedang duduk di balai penghadapan. Tiba-tiba datang Si Lamat, Si Laba dan Si Ngongah mengiringi Siti Mahadewi dan dua orang muda. Setelah mendengar sendiri apa yang telah terjadi, Raja Langkadura sangat bersenang hati. Ia lalu memerintahkan Datuk Menteri mengawinkan puterinya dengan Dewa Mendu.
  • Hari besar perkawinan antara Dewa Mendu dengan tuan puteri Siti Mahdewi.
  • Dewa Mendu lalu diangkat menjadi Raja Muda di negeri Antapura.

Versi lainnya :
  1. Raja Muda Dewa Mendu memeriksa keadaan negerinya kepada para Menteri dan Pahlawan Negeri dalam keadaan aman.
  2. Nenek Buta Raksasa dalam perjalanan pulang sangat bersenang hati karena sihirnya telah mengena. Tuan Puteri Siti Mahadewi telah menjadi gajah putih.
  3. Raja Laksamalik memerintahkan Pahlawannya untuk mencari ganti puteri Siti Mahdewi.
  4. Pahlawan kerajaan Antasina menyamar menjadi saudagar lain ke beberapa negeri. Akhirnya sampai ke negeri tempat Raja Muda memerintah.
  5. Raja Muda merasa hatinya tak sedap. Kemudian datang Pahlawan kerajaan Antasina yang menyamar sebagai saudagar kain, minta izin berjualan di negeri itu. Setelah mendapat izin ia pun pergi.
  6. Dan …… teruslah berpanjang-panjangan ceritanya …..




More about5. Mendu : Versi Rangkaian Cerita

5. Mendu : Susunan Urutan Pertunjukan

Attayaya Butang Emas on 2010-02-26

Susunan Urutan Pertunjukan

Dari serangkaian penggalan dari uraian tentang Mendu ini, dapatlah disusun urutan pertunjukkan Mendu ini, yaitu:
- Tambur Peranta
- Madah dari Syeh Mendu
- Berladun
- Wayat
- Cerita Mendu (akting, dialog, tari dan nyanyi)
- Beremas





More about5. Mendu : Susunan Urutan Pertunjukan

5. Mendu : Pakaian dan Peralatan/Properti

Attayaya Butang Emas on 2010-02-24

Kesemua pendukung mengenakan pakaian yang semarak, lengkap dengan mahkota (lelaki dan perempuan) serta selepang dan polet (epaulet) dan jumbai-jumbainya, disesuaikan dengan peranannya masing-masing. Biasanya dalam pementasan Mendu ini tidak memiliki penata rias khusus, melainkan setiap pemain bersolek sendiri atau saling membantu di antara pemain.

Salah satu properti yang merupakan penokohan cerita senantiasa mempunyai dua penokohan yang saling bertentangan yaitu tokoh baik dan jahat (protagonis dan antagonis), digambarkan secara tajam, putih dan hitam, kanan dan kiri. Yang berada dipihak baik ialah Raja Langkadura, Dewa Mendu serta Mahadewi (dalam hikayat bernama Tuan Puteri Lela Ratna Kumala). Sedangkan pihak jahat adalah Raja Laksamalik dari negeri Antasina atau Antarsina atau Antarcina.







More about5. Mendu : Pakaian dan Peralatan/Properti

5. Mendu : Pementasan

Attayaya Butang Emas on 2010-02-22

Pementasan

Dahulunya pertunjukkan Mendu dimulai dengan suatu upacara mistis yang senantiasa ditentang oleh golongan tua (ulama). Upacara yang kononnya menurunkan dewa-dewa itu sudah hampir tidak dikenal lagi sekarang ini. Upacara ini dimulai tepat setelah beduk magrib, inilah pula sebabnya "beduk peranta" diharapkan tidak disebut “beduk” tetapi dengan nama tambur saja.

Permainan dimulai dengan terdengarnya "tambur peranta" berbunyi. Pemimpin yang disebut Syeh Mendu memberi tanda, isyarat atau semboyan perintah kepada penabuh tambur. Hal yang sedemikian kurang lebih dengan gendang tambur joged pembukaan yang disebut “Buka Tanah”. Mudah dibaca, dan bunyi-bunyian memainkan Lagu Ladun.

Semua pemain keluar seorang demi seorang atau sepasang demi sepasang untuk Berladun yaitu melangkah ke depan dengan gerak tari diiringi Lagu Ladun. Lirik yang mengiringi tari Berladun dan Lagu Ladun itu dapatlah diberikan contohnya sedikit, seperti ini:

Sila(lah) ladun saudara, sila(lah) ladun
Kami ladunkan, ladun ada di tanah barat
Sila(lah) lakon, kami lakonkan
Lakon(lah) ada (hijayat) di dalam hikayat:

Mintak(lah) teribik (timah) menuang timah
Timah dituang (pelita) api pelita
Mintak(lah) tabik (semua) tuan semua
Kami uraikan (cerita) pantun dan cerita

Ladun(lah) bukan sebarang(nya) ladun
Ladun(lah) datang dari(nya) barat
Lakon(lah) bukan sebarang(nya) lakon
Ladun(lah) ada di dalam(nya) surat


Sesudah itu menurut jalan cerita, para pelakon melakukan Wayat yaitu beriwayat atau bercerita tentang raja-raja yang menggulirkan cerita, seperti:

Hilang(lah) wayat (cerita) timbul(lah) cerita
Zaman dahulu (cerita) empunya cerita
Hilanglah wayat (cerita) timbul(lah) cerita
Dahulu(lah) wayat (cerita) sekarang cerita

Ampun tuanku (ampun) beribu(lah) ampun
Patik(lah) menyembah harap(lah) diampun

Raja(lah) bernama Maharja Langkadura
Duduk(lah) memerintah di negeri Antapura

Dari(lah) jauh (menyembah) patik(lah) menyembah
Sampai(lah) dekat (duli) menjunjung duli

Sudah(lah) lama (bercinta) kami bercinta
Bercintakan tuanku (tahta) di atas tahta
Nyata(lah) rupa (menteri) hulubalang menteri
Sekarang(lah) baik (diri) menyatakan diri
…..(dan sebagainya……………)


Kemudiannya permainan Mendu memasuki cerita, berselang seling rangkaiannya, mengalir lancar, adegan demi adegan tak putus-putus, tarian-tariannya pada tempatnya yang tepat, sampai cerita itu selesai sepenggal demi sepenggal.

Sebagai penutup setiap penggal cerita dalam seni pertunjukkan Mendu, dilakukan upacara Beremas, semacam tarian bersama yang dipandang sebagai tari tolak bala. Kononnya pada waktu itulah mereka melepaskan mambang dan peri mengundurkan diri dari panggung tempat bermain.


More about5. Mendu : Pementasan

5. Mendu : lagu-laguan dan Alat Musik

Attayaya Butang Emas on 2010-02-20

Lagu-laguan

Sedangkan untuk lagu-lagunya, baik yang mengiringi tari ataupun yang dipergunakan untuk yang lainnya, yaitu:

• Lagu Nomor Satu, lagu pembukaan
• Lagu Nomor Dua, lagu penyeling
• Lagu Hilang, Wayat, berisi riwayat ringkas raja-raja
• Lagu Raja, dibawakan oleh pemegang peranan raja
• Lagu Tinggi Malam
• Lagu Si Lakau (Lakau), suasana percintaan
• Lagu Ladun, lagu salam pembuka
• Lagu Sinar Bulan
• Lagu Daman
• Lagu Mak Lemang
• Lagu Indah Kayang
• Lagu Anak Misah
• Lagu Air Tawar
• Lagu Setangkai Bunga
• Lagu Anak Ikan
• Lagu Tarik Lembu
• Lagu Jalan Konon, lagu dalam adegan perjalanan
• Lagu Madah
• Lagu Perang
• Lagu Nasib Serawak
• Lagu Nasib, lagu dalam suasana sedih
• Lagu Pucuk Labu
• Lagu Berasyik
• Lagu Wangkang
• Lagu Sengkawang (Singkawang)
• Lagu Kangkung
• Lagu Dayang Sendung
• Lagu Air Tawar, lagu bersenang-senang dalam pesta kawin atau ketika berada di dalam taman.
• Lagu Leman Lamun, lagu yang didendangkan menyelingi dialog pemain
• Lagu Wahai Pahlawan
• Lagu Beremas, dalam acara penutupan

Adapun lagu atau nyanyian tersebut diiringi oleh alat-alat musik yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
- Biola
- Tambur/Beduk
- Gong
- Gendang






More about5. Mendu : lagu-laguan dan Alat Musik

5. Mendu : Tari-tarian

Attayaya Butang Emas on 2010-02-18

Tari-tarian

Tari-tarian dalam seni pertunjukkan Mendu ialah:

• Tari Ladun
• Tari Berjalan Konon
• Tari Setangkai Bunga
• Tari Air Mawar
• Tari Pngku Anak
• Tari Anak Muda
• Tari Perang
• Tari Keluar Masuk
• Tari Kasih Sayang
• Tari Beremas







More about5. Mendu : Tari-tarian

5. Mendu

Attayaya Butang Emas on 2010-02-16

MENDU

Menurut para peneliti, seni pertunjukkan Mendu lahir dari suatu ikhtiar yang terus menerus dari masyarakat pendukungnya dan merupakan hasil perhubungan antara bentuk-bentuk kesenian yang sedia ada dalam masyarakat dengan bentuk kesenian atau ragam seni pertunjukkan lainnya.

Ada yang mengatakan bahwa nama Mendu itu sendiri dulunya sebagai nama lain untuk “Wayang Parsi Indra Sabor” yang merupakan induk Wayang Bangsawan. (Rahmah Bujang 1975). Hal ini disebabkan cerita yang paling sering dimainkan oleh seni pertunjukkan dari India itu ialah cerita yang mirip dengan cerita dalam Hikayat Dewa Mendu. Karya sastra Hikayat Dewa Mendu sangat luas penyebarannya, sampai ke daerah Kham di Kamboja. (Henri Chambert-Loir, 1980). Dari mulai tahun 1870-an, dari Pulau Pinang di Semenanjung Tanah Melayu, seni pertunjukkan yang berpengaruh luas ini mencapai kesultanan Pontianak di Kalimantan Barat.

Sementara itu, Kampung Baruk di Bunguran Timur, Pulau Tujuh, Kepulauan Riau, merupakan kawasan yang awal sekali memelihara seni pertunjukkan Mendu. Ada beberapa tokoh yang boleh dicatat sebagai orang yang terus berjuang dalam memelihara dan mengembangkan kesenian ini, yaitu Nikmat. Seorang tokoh lainnya yang membawa kesenian ini ke Bunguran Barat, adalah Bujang atau dipanggil orang dengan Bujang Sunsang. Adapun nama-nama yang lain pada waktu dahulu ialah Zahari, Dolah Hitam, Bujang Kepak dan Busu yang kesemuanya masih mempunyai hubungan keluarga.

Perkembangan seni pertunjukkan Mendu ini terus berkembang dalam kehidupan san semangat masyarakat pendukungnya boleh dilihat dari seringnya seni pertunjukkan ini dimainkan, juga banyaknya perkumpulan Mendu yang ada pada waktu itu. Dari seluruh wilayah Pulau Tujuh, barangkali hanya di Tambelan, Serasan dan Jemaja saja seni pertunjukkan ini, kalaupun ada; tidak memperlihatkan waran yang khas. Sedangkan Mendu yang terdapat di Bunguran Timur, Bunguran Barat, Midai, Pulau Laut dan Siantan, semuanya mempunyai warna dan gaya tertentu yang memperlihatkan keragaman yang marak dari para pendukung di masing-masing kawasan tersebut untuk menyempurnakan karyanya.

PERSIAPAN

Permainan Mendu adalah menjalankan cerita pentas (baik pentas yang ada atau tidak) yang diantarkan dengan dialog. Akting, tarian, nyanyian dan musik. Akting dan dialog yang dilakukan dengan gerak dan gaya, yang sewaktu-waktu dapat menjadi tarian. Walaupun demikian unsur tari dalam seni pertunjukkan Mendu bukan sekadar tempelan atau selingan saja, melainkan sebagai unsur yang bersebati dengan unsur-unsur seni lainnya yang utuh pada pertunjukkan Mendu.



More about5. Mendu

4. MakYong : Pementasan

Attayaya Butang Emas on 2010-02-14

Pementasan

Setelah selesai semua persiapan lahir dan batin, barulah permainan Makyong dapat dimulai. Bunyi-bunyian memainkan Lagu “Be(r)tabik” dan Pak Yong (disebut juga Cik Wang) perlahan-lahan bangki dari duduk, bertelekan pada kedua lututnya, kemudian membuka cerita sambil menyanyi. Salah satu diantara “Lagu Be(r)tabik” atau disebut juga “Lagu Duduk” yang boleh dinyanyikan oleh siapa saja pemain Makyong, meskipun sudah mengalami sedikit perubahan tak terlalu jauh dengan yang dicatat W.W. Skeat (1900:652) sebagai berikut:

Abang e-o dondang dan dondang dondang we dondang yong de-de-he-he-de-de abong hilang rayuk timbul tersebut zaman dang d’ulu yong we de-de-de abong ada d’ulu ada sekarang hubung berhubung hikayat ma’yong yong we de-de abong es(i)apa menengar hikayat ma’yong s’apa b’las s’apa b’las s’apa tak rawan yong we de abong we bagei burong cendrawangsih bagei ular we cintamani yong we de abong we bagei ambun ke tujuh titek jadi pengasah di badan hamba yong we de de-de agong we cari di laut tujoh hari berjalan jauh yong we de abong we tujoh hari berjalan jauh rezeki tak putus sepanjang jalan yong we de abong we ruyak hilang berita timbul tersebut sebuah negeri yong we de abong we negeri baru bersalin duduk beradu di balei besar yong we de….


Cerita pun mengalir, lagu disambut dengan lagu, lagu seorang (solo) dan lagu beramai (chorus) berselang-seling disesuaikan dengan jalan cerita adegan demi adegan tiada putus-putus, dinyanyikan oleh yang jadi raja sampai yang jadi inang dan dayang. Sebentar-sebentar terdengar dialog berlagu, “Awang de-de-de-de oi, Mak Senik hendak berkaba(r) bilang ya Awang!”. “O ya lah Awang de-de-de oi!”

Pak Yong dan Pak Yong Muda menggunakan rotan untuk memukul Awang kalau ia datang terlambat apabila dipanggil atau sekali-sekali ia mempermainkan-mainkan perintah tuannya. Dengan rotan pemukul itu Pak Yong atau Pak Yong Muda memperlihatkan kekuasaannya. Dengan menggunakan daya improvisasi yang spontan dan mantap selendang yang dipakai pemain perempuan kadang-kadang di tangan si Awang dapat berfungsi untuk menggambarkan gelombang di laut atau lainnya, seperti juga kayu pemukul mong dapat dipakai sebagai tongkat sakti.

Sekarang ini masa main sebuah cerita Makyong berlangsung sekitar dua setengah jam saja. Dulu Makyong dimainkan sampai setengah malam setiap malam. Ada cerita Makyong baru selesai setelah lima belas malam. Dari seluruh cerita yang ada dalam permbedaharaan seni pertunjukkan Makyong di Kepulauan Riau, ada satu cerita yaitu “Cerita Nenek (Gajah) Dang Daru” yang baru dimainkan dengan memakai “Semah Besar” karena masyarakat pendukung kesenian itu percaya apabila cetia tersebut dimainkan ribut besar akan turun. Ketua tersebut mengambil tali layar atau tali sampan sebelah haluan, membuat simpul yang dihakikatnya sebagai menyimpul kekuatan angin ribut. Setelah permainan Makyong selesai simpul harus cepat-cepat dilepaskan. Kalau tidak, angin ribut itu akan tertahan lama dan bila lepas akan sangat dahsyat sekali. Wallahu a’lam bis sawab.



More about4. MakYong : Pementasan

4. MakYong : Persiapan Batin

Attayaya Butang Emas on 2010-02-12

-Persiapan Batin

Sebelum pementasan diperbuat adalah beberapa syarat yang hendak dikerjakan oleh Ketua Panjak yang sebenarnya juga bertindak sebagai Pawang.

Upacara meminum air yang bertakung di dalam gong (yang dinamakan dengan hormat sebagai kolam kesaktian), seperkara pada pekerjaan ini untuk Makyong di Kepuluan Riau tidak dilakukan (dinyatakan oleh Jeanne Cuisiner, 1939) mungkin sekali disebabkan telah terjadinya menyusutan pada wadah budaya yang kurang sempurna pemeliharaannya.

Bagian lain yang juga sudah tak ada lagi dilaksanakan ialah pada pembacaan Serapah Membuka Panggung yang berbunyi:

Assalammualaikum, ibu dari bumi bapa ke langit,
Jangan bertulang papa segala Pak Yong,
Makyong, Peran Tua, Peran Muda
Janganlah menggoda siksa pada kaum kawan Makyong
Dengan karena bukan aku mati mengadu bijak pandai perah,
Itupun tidak dari takluk sini
Jikalau aku mati dari sini,
Aku hendak daripada harap adik
Kakak tuan penghulu
Dan janganlah siapa aniaya dengki khianat
Pada sekalian kawan PakYong,
Semua sekali dengan Peran Tua dengan Panjak
Pengantin Sakai dengan seri gemuruh, seri berdengung
Jangan beri rusak binasa cacat cela dan jangan beri berpenting
Ralu bercocok tikam panas hangat pun jangan
Cerah cirit dan sangkak sebak itu pun jangan
Dan janganlah beri bermuntah cerah itu pun jangan
Berbiat patah itu pun jangan
Nak minta segar likar adat zaman sediakala
Nak minta sejuk dingin seperti ular cintamani.

Assalamualaikum hai Awang Itam raja di bumi
Mu jangan terkejut tergemam
Dan mu jangan berpuguh juah
Karena mu berjalan ikut urat tanah
Dan mu beradu di pintu bumi
Dan bukannya aku mari mengadu bijak itu dengan mu
Karena aku ‘nak tumpang manja dan berkirim diri sendiri
Maka aku ‘nak mintalah kepadamu
Berundur bertiga langkah
Empat bucu pembaruan
Dan mu jangan ke sana ke sini
Aku ‘nak kirim Pak Yong Mak Yong,
Sekalian Peran Tua Muda dengan Panjak Pengantin
Aku tabukan baik akan dirimu
Dan janganlah aniaya dengki khianat
Dan mu jangan bertimpah langgar
Dengan sekalian Pak Yong, Mak Yong, dan Panjak
Pengantin dan Peran Tua dan Muda
Dan kesemua sekali dengan orang yang menengok
Dan kesemua sekali dengan tuan rumah, tuan kampung
Dan mu jangan beri pening ralu, bercocok tikam, dan berketik
Gigi dan bergatal miang, panas pedis pun jangan
‘nak minta biar sejuk dingin
Seperti ular cintamani

Assalamualaikum
Aku ‘nak goncang dari gelanggang sini
Empat pendahap dan empat penjuru alam
Mana-mana yang keramat empat pendahap
Empat penjuru alam yang di sini
Janganlah terkejut tergemam dan janganlah berpuguh juah
Dan janganlah murih marah
Karena bukannya hamba mengadu bijak
Dan takluk di sini dalam kampung sini
Mak hamba mari ‘nak melepas daripada harap hajat
Adik kakak tuan penghulu di sini
Mak ‘nak tumpanglah daripada nenek
Yang keramat sini serta manja
Dan bermaudu ‘hendak berkirim diri sendiri
Serta hendak berkirim Makyong, Pak Yong
Kepada nenek yang keramat di sini
Kesemua sekali dengan Panjak Pengantin
Dan Peran Tua dan Peran Muda
‘Nak minta jangan dengki aniaya khianat pun
Dan janganlah beri rusak binasa
Budak nenek berlak pajan
Dan ‘nak mintalah daripada nenek jangan beri rusak binasa bercela
Cacat sekalian pulak Makyong
Dan ‘nak minta biar sejuk dingin seperti ular cintamani
Assalamua’alaikum
‘Ku ‘nak guncang daripada nenek ‘ku yang bernama Petra Guru
Guru awal mula menjadi
Jadinya itu dengan jasad jadi
Maka guru bertapa di dalam baluh bulan
Dan guru beramal di dalam kandung matahari
Dan guruku berbajukan manik bijir
Dan guruku berdarah putih. Bertulang tunggal,
Beroma sunsang, berurat kejur, bertengkuk itam,
Lidah fasih air liur pun masin.
Dengan karena nenekku orang bersisi sakti
Sebarang pinta sebarang menjadi
Dan barang kehenak barang boleh
Maka nenekpun jangan bertulah papa
Kedapatan siksa pada sekalian
Pak Yong, Makyong, sekalian Panjak Pengantin
Dan Peran Tua dan Peran Muda
Dan minta nenek luhur kaki, kaki hamba sujud
Dan hulur tangan, tangan hamba jabat
Hamba hendak minta penawar putih mendung bersila daripada nenek
Yang sendi-sendi keramat
Hamba ‘nak minta nenek turunkan tiga titik serta dengan kesaktianmu
Hamba ‘nak percik sekalian Pak Yong, Makyong,
Peran Tua, Peran Muda kesemua sekali dengan Panjak Pengantin
Dan nenek janganlah beri rusak binasa
Dan nenek janganlah berlak pajan
‘Nak minta jangan lah beri rusak binasa cacat cedera
Sekalian Pak Yong, Makyong
Dari anjung tujuh istana tujuh mahligai tujuh,
Istana yang atas, istana yang awalan-awal,
Mula menjadi dengan jasad jadi
Maka aku ‘nak bukalah pintu anjung istana yang tujuh,
Pintu yang berselak.
Aku ‘nak buka dari luar lantas ke dalam anjung tujuh istana tujuh
Maka terbukalah dengan pintu hawa nafsu
Dan terbuka sekali dengan sir pintu iktikad
Dan pintu cinta berahi dan tercinta-cinta siang menjadi malam,
Makan tak kenyang tidur tak cedera,
Ingat tak ingat, dengan tak dengar, tengok tak tengok,
Maka aku gerak dari luar lantai de dalam anjung tujuh istana tujuh
Jangan du’raib tidur beradu
Jaga seseorang, jaga kesemua, mendengar khabar tuturku
Jaga mendengar petuturanku
Karena tuturku tiada gaib dan berasaku tiada lelap,
Jajaranku tiada luput
Maka jagalah Pak Yong menjembakkan Pak Yong
Jaga Makyong menjembah Makyong
Jaga peran bersama peran
Jaga juru-gong besama jugur-gong
Jaga pengantin bersama pengantin,
Jaga Panjak bersama Panjak
Jangan berlak pajan, jangan berusak binasa,
Dan jangan beri sumbing runting bercacat cela
Sekalian Pak Yong, Makyong
Segala kawan Mak Yong mana yang di dalam perbaruan.


Mantera tersebut di atas ini dinamakan juga “serapah Besar” (Pak Man, Mantang Arang, 1972). Bahan: Walter William Skeat, Malay Magie, Macmillan and Co.Ltd. London, 1990, hlm. 649-650.

Juga upacara “Menghadap Rebab” kononnya dulu merupakan suatu syarat, tetapi seni pertunjukkan Makyong yang masih ada di Kepulauan Riau tak melakukannya lagi. Pada upacara inilah canggai-canggai dikenakan pada jari para pemain perempuan yang harus memakainya.

Walaupun begitu, ketua Panjak seni pertunukkan Makyong di Mantang Arang masih melakukan upacara “Membuka Tanah”. Sebelum permainan dimulai ia meletakkan seperangkat alat
“semah” (sajian untuk roh halus) yang terdiri atas:
  • Sebutir telur ayam,
  • Segenggam beras basuh,
  • Segenggam beras kunyit,
  • Segenggam bertih,
  • Sebatang rokok daun (nipah)
  • Sebutir nyiur (sudah ditebuk tetapi masih penuh airnya),
  • Sirih sekapur lengkap (sudah ada dalam lipatan sirih itu kapur secolet, gambir secebis, pinang siris),
  • Kemenyan,
  • Tempat bara yang sedang hidup (menyala) baranya.

Kemudian Ketua Panjak itu membaca serapah yang berbunyi:
Assalamualaikum
Tabik orang di laut
Tabik orang di darat
Aku “nak membubuh paras dan tanda di sini
Aku minta tanah yang baik
Bismillahir rahmanir rahim
Bam tanah jembalang tanah
Aku tabu asal engkau mulai menjadi bintang timur
Berundurlah engkau dari sini
Jangan engkau mengahalang
Pekerjaan aku di sini
Hub!


Sementara itu, para pemain Makyong sibuk bersolek seadanya. Untuk memasang kain dan baju serta berbedak-berpantis, mereka boleh saja tolong menolong. Akan tetapi, solek yang lebih penting mereka lakukan ialah solek batin. Pemain perempuan yang sedang memasang kain biasanya membaca mantera:

Pucuk gelinggang daun gelinggang
Setalam digulai manis
Setapak aku mengatur lenggang
Aku dipandang….(dialamatkan kepada penonton) manis
Kurs semangat hati…..(ditujukan kepada penonton)
Tunduk kasih sayang kepada aku
…………………………………………………….


Selesai memasang kain tentulah dia membedaki wajahnya sambil membaca dua mantera “seri Muka” yang berbunyi bergini:

1. Bismillahir ramanir rahim
Pucuk lontar daun lontar
Kulangkah sehari-hari
Cahayaku naik seri deta
Aku pakai cahaya bidadari
Kurs semangat insan Nabi Adam
Tunduk kasih cinta berahi ‘kau pada aku
Kun payakun

2. Sirih kuning mambang kuning
Tanam seriloka aku makan sri mas kuning
Tudung tetap tudung bercembul
Anak tedung merah mata
Mengilap di ujung rambut
Aku pakai pemanis mata
Cahaya naik ke tubuh
Kiri jalan kanan jalan
Anak buaya merenang tasik
Seribu orang berjalan
Aku seorang dipandang cantik
……………………………………………..

Pemain-pemain perempuan (terutama yang menyanyi) biasanya mengamalkan mantera yang bernama “perindang Suara” supaya suara terdengar merdu bersembilu. Salah satu bunyi “perindang Suara” itu berbunyi:

Bismilahir rahmanir rahim
Burung lalu burung hinggap
Daun sejarah berderai gugur
Air surut berbalik pasang
Berkat aku memakai perindang Nabi-Allah Daud
Seluruh umat Muhammad
Pada suaraku
Hatinya terpaut
……………………………………………..


Dalam pada itu, para pemain lelaki yang ingin permainannya tidak dipandang canggung sehingga menjadi bahan ejekan, mungkin mambaca mantera pembungkam seperti ini:

Yakni nama bumi
Habibua nama langit
Kadirussalam nama siang
Tegak sujud alam yang empat
Tegak aku seperti bulan dan matahari
Dipandang orang sekampung ini




More about4. MakYong : Persiapan Batin

4. MakYong : Tari-Tarian

Attayaya Butang Emas on 2010-02-10

-Tari-Tarian

Ada bermacam-macam gerak tari yang terdapat dalam seni pertunjukkan Makyong. Inilah tari yang dipertunjukkan itu.

a.Untuk Pak Yan:
  • Menjunjung Sembah,
  • Tari Asyik,
  • Tari Ula(r) Sawa,
  • Tari Pakai Baju (dan kain)
  • Tari Gedombak,
  • Tari Menggulung Tali,
  • Tari Menyiram Bunga,
  • Tari Basuh Tangan,
  • Tari Sabuk,
  • Tari Elang Menginap,
  • Tari Memanggil Awang, dan
  • Tari Tanduk.

b.Untuk Awang
  • Tari Awang Mengojoi (Tari Jalan Keluar),
  • Tari Kaba(r) Bilang,
  • Selendang Awang (Selapis),
  • Tari Elang Mengiap,
  • Tari Senandung,
  • Tari Be(r)jalan Masuk Adik Hitam, dan
  • Tari Be(r)jalan Jauh.

c.Untuk Bunda (Mak Senik)
  • Tari Gemalai,
  • Tari Be(r)jalan Masuk,
  • Tari Selodang Mayang,
  • Selendang Mayang,
  • Tari Kelantan,
  • Tari Gelansa,
  • Tari Kaba(r) Bilang,
  • Tari Wak Onggoi
  • Tari Segi Tiga,
  • Tari Sabuk,
  • Tari Tanduk, dan
  • Tari Saridam.

d. Untuk Inang Pengasuh
  • Sama dengan tari-tari untuk Awang ditambah dengan Tari Tudung.

e. Tari-tari lainnya
  • Tari Kijang Emas Tanduk Kencana (kata kencana kadang-kadang diucapkan dengan pelat setempat sehingga berbunyi rencana),
  • Tari Batak, dan
  • Tari Jin (atau disebut juga Tari Cakar).








More about4. MakYong : Tari-Tarian

4. MakYong : Lagu-lagu

Attayaya Butang Emas on 2010-02-08

-Lagu-lagu

Makyong diperlengkapkan dengan pelbagai lagu. Berikut ini disajikan jenis-jenis lagu dalam pertunjukkan seni Makyong.

  • Lagu Bertabuh
  • Lagu Be(r)tabik
  • Lagu Gedombak
  • Lagu Memanggil Awang
  • Lagu Gaduh Tuan Susah Mana
  • Lagu Selendang Awang
  • Lagu Gaduh Tuan Susah Mana
  • Lagu Selendang Awang
  • Lagu Kelantan
  • Lagu Tinggi-Tinggi Merendah Duduk
  • Lagu Siap Simpan Pakaian Badan
  • Lagu Bangun Inang
  • Lagu Kabar Bilang
  • Lagu Berjalan Dekat (atau disebut) Lagu Bejalan Masuk
  • Lagu Berjalan Jauh (atau disebut) Lagu Bilang Berjalan
  • Lagu Saridam
  • Lagu Encik (H)itam Dodoi Sayang
  • Lagu Wak Onggoi
  • Lagu Te(r)kejut Kami Tengah Tidur
  • Lagu Hilang Royak Berita Nak Timbul
  • Lagu Dari Jauh Silau Terpandang (atau disebut juga) Lagu Selendang Mayang
  • Lagu Gemalai
  • Lagu Ketipong Bolong
  • Lagu Ikan Kekek
  • Lagu Alip Dunia
  • Lagu Anak Indung (atau disebut juga) Lagu Raja Beradu
  • Lagu O Oi
  • Lagu Selendang Mayang
  • Lagu Senandung
  • Lagu Timang Burung
  • Lagu Selendang Awang (dua lapis)
  • Lagu Maulidal
  • Lagu Timang-Timang Anak
  • Lagu Bong Oi (dua lagu)

Lagu-lagu joget yang terdiri atas :
(1) Serampang Laut,
(2) Dondang Sayang,
(3) Be(r)tari Rawai,
(4) Me(Ber) lemang,
(5) Serampang Pantai,
(6) Tanjung Keling Tepi Laut,
(7) dan lain-lain.




More about4. MakYong : Lagu-lagu

4. MakYong : Alat Musik

Attayaya Butang Emas on 2010-02-06

-Alat Musik

Berbagai macam alat bunyi-bunyian yang dipakai dalam seni pertunjukkan Makyong. Di antara alat musik atau bunyi-bunyian itu sebagai berikut.

  • Gendang Pengibu
  • Gendang Penganak
  • Gedombak (dua buah)
  • Geduk
  • Gong atau Ketawak (dua buah; satu ketawak jantan, yang satu lagi betina)
  • Mong (dua buah; satu jantan dan satu lagi betina
  • Breng-breng
  • Cecrek
  • Serunai
  • Rebab
  • Anak ayam
  • Biola Bambu







More about4. MakYong : Alat Musik

4. MakYong : Pakaian

Attayaya Butang Emas on 2010-02-04

Pakaian

Pakaian dalam seni pertunjukkan Makyong tidaklah terlalu mengikut kepada peraturannya. Awang kadang-kadang berpakaian sehari-hari (pakaian masa kini) dengan diberi kain samping jenis pelekat.

Begitu juga dengan pakaian pemain perempuan tidak, hanya hendaklah dibedakan dengan jelas antara raja-raja dengan orang kebanyakan.





More about4. MakYong : Pakaian

4. MakYong : Peralatan Lain

Attayaya Butang Emas on 2010-02-02

Peralatan Lain

Di samping topeng, masih ada peralatan lain yang diperlukan dalam seni pertunjukkan ini. Inilah daftar peralatan itu:

  • Rotan (untuk pemukul)
  • Parang
  • Keris
  • Kapak
  • Panah
  • Tongkat kayu (untuk dijadikan tongkat sakti)
  • Canggai (arti sebenarnya kuku yang panjang). Canggai disini ialah kuku palsu yang panjang sekali dibuat dari bahan yang berkilat seperti emas.
  • Dan lain-lain







More about4. MakYong : Peralatan Lain

4. MakYong : Topeng-topeng

Attayaya Butang Emas on 2010-02-01

Topeng-topeng

Permainan Makyong menggunakan topeng. Ada bermacam-macam topeng yang dipergunakan dalam seni pertunjukkan ini.

  • Topeng Nenek Betara Guru
  • Topeng Nenek Betara Siwu
  • Topeng Awang Pengasuh
  • Topeng Inang Tua
  • Topeng Inang Muda (Inang Pengasuh)
  • Topeng Wak Perambun
  • Topeng Mamak-mamak
  • Topeng Wak Pakih Jenang
  • Topeng Wak Dukun
  • Topeng Pembatang
  • Topeng Raja Jin
  • Topeng peran Hutan
  • Topeng Peran Agung
  • Topeng Peran Raya
  • Topeng Tok Mersing Mata Api
  • Topeng Nenek Gergasi
  • Topeng Semang
  • Topeng Kijang Berma Sakti
  • Topeng Kuda Kayu Sakti atau Kuda Hijau Pelana Kuning
  • Topeng Apek Kotak
  • Topeng Beruk Putih
  • Topeng Garuda
  • Dan lain-lain







More about4. MakYong : Topeng-topeng

4. MakYong : Cerita

Attayaya Butang Emas on 2010-01-30

Cerita-cerita dalam MakYong

Sebagai seni pertunjukkan, makyong memainkan cerita-cerita. Cerita dalam seni pertunjukkan MakYong ini, antara lain, disenaraikan ini.

  • Raja besar terdiri atas rangkaian (1) Raja Besar, (2) Raja Gondang dan (3) Raja Bungsu Sakti
  • Wak Perambun atau Perak Seton atau Sepancung Daun
  • Wak Peran Hutan
  • Raja Lak Kenarung atau Berma Sakti
  • Megat Sakti
  • Temenggung Era Wangsa
  • Puteri Mayang Emas
  • Puteri Ratena Emas
  • Timun Muda
  • Raja Bijak Laksana
  • Selindung Bulan atau Nenek Dang Daru atau Cahaya Bulan
  • Dan lain-lain




More about4. MakYong : Cerita

4. MakYong : Penokohan

Attayaya Butang Emas on 2010-01-28

-Penokohan

Tokoh-tokoh pemegang peranan dalam seni pertunjukkan Makyong adalah sebagai berikut:
  • Pak Yong
  • Pak Yong Muda
  • Makyong
  • Puteri
  • Awang
  • Inang Pengasuh
  • Inang Tua
  • Hulubalang
  • Mamak-mamak
  • Dan lain-lain







More about4. MakYong : Penokohan

4. MakYong : Dalam Catatan

Attayaya Butang Emas on 2010-01-26

Makyong dalam Catatan

Cukup banyak catatan tentang Makyong dibuat oleh seorang penulis Riau yang telah mengarang Syair Perkawinan Anak Kapitan Cina. Karya ditulis oleh Encik Abdullah pada 1277 Sanah Hijriyah atau tahun 1860 Masehi di Pulau Penyengat ini, antara lain, menggambarkan suatu upacara perkawinan besar-besaran seorang anak kapitan Cina yang karena perhubungan baiknya dengan penguasa Melayu (Engkau Puteri Raja Hamidah) dirayakan dengan cara Melayu di salah satu pusat Kerajaan Riau-Lingga. Beberapa petikan disajikan berikut ini.

………………………………………………………
Menyuruhkan orang membuat panggung
Serta berbuat bangsal makyong
Suatu tempat orang menyabung
Wayang kulitnya dua panggung

Siang dan malam barmain wayang
Orangnya ramai bukan kepalang
Makyong menari joget menembang
Sekalian melihat hatinya bimbang
Sekalian orang disuruh kampungkan
Pelantar yang buruk disuruh buatkan
Menyuruh berhadir segala kelengkapan

Demikian perintah permaisuri
Di hadapan selasar makyong menari
Said Husin muda bestari
Dialah memerintah di dalam puri

Orang melihat terlalu banyak
Hendak menanti orang berarak
Melihat makyong sudahlah jelak
Hendak melihat pengantin pulak
Seketika duduk bermohon keluar
Serta berjalan turun ke selasar
Melihat makyong menari berbanjar
Kapitan melihat terlalu gemar

Baginda menari memberi titah
Orang kita baiklah dikerah
Selain makyong suruh bawalah
Aturkan betul janganlah salah

Kemudian nasik berastakona
Diusung oleh muda teruna
Kemudian bandangan lebing sempurna
Serta makyong dengan penjawatnya
Makyong menari sambil berjalan
Serta menari sambil berjalan
Serta dengan bunyi-bunyian
Orang melihat berlari-larian
Ada laki-laki ada perempuan


Dari petikan di atas dapat diketahui bahwa seni pertunjukkan Makyong pada tahun 1860, telah menunjukkan betapa Makyong begitu diminati dan terkenal.
Untuk tempat bermain Makyong dibuatkan suatu tempat khusus yang disebut bangsal. Dan, yang dimaksud dengan permaisuri ialah Engkau Puteri Raja Hamidah, yang mengadakan perhelaan perkawinan anak kapitan Cina Tanjungpinang dengan dilaksanakan secara Melayu di Pulau Penyengat yang pada masa itu menjadi tempat kedudukan resmi para Yamtuan Muda Riau.




More about4. MakYong : Dalam Catatan