4. MakYong : Cerita

Attayaya Butang Emas on 2010-01-30

Cerita-cerita dalam MakYong

Sebagai seni pertunjukkan, makyong memainkan cerita-cerita. Cerita dalam seni pertunjukkan MakYong ini, antara lain, disenaraikan ini.

  • Raja besar terdiri atas rangkaian (1) Raja Besar, (2) Raja Gondang dan (3) Raja Bungsu Sakti
  • Wak Perambun atau Perak Seton atau Sepancung Daun
  • Wak Peran Hutan
  • Raja Lak Kenarung atau Berma Sakti
  • Megat Sakti
  • Temenggung Era Wangsa
  • Puteri Mayang Emas
  • Puteri Ratena Emas
  • Timun Muda
  • Raja Bijak Laksana
  • Selindung Bulan atau Nenek Dang Daru atau Cahaya Bulan
  • Dan lain-lain




More about4. MakYong : Cerita

4. MakYong : Penokohan

Attayaya Butang Emas on 2010-01-28

-Penokohan

Tokoh-tokoh pemegang peranan dalam seni pertunjukkan Makyong adalah sebagai berikut:
  • Pak Yong
  • Pak Yong Muda
  • Makyong
  • Puteri
  • Awang
  • Inang Pengasuh
  • Inang Tua
  • Hulubalang
  • Mamak-mamak
  • Dan lain-lain







More about4. MakYong : Penokohan

4. MakYong : Dalam Catatan

Attayaya Butang Emas on 2010-01-26

Makyong dalam Catatan

Cukup banyak catatan tentang Makyong dibuat oleh seorang penulis Riau yang telah mengarang Syair Perkawinan Anak Kapitan Cina. Karya ditulis oleh Encik Abdullah pada 1277 Sanah Hijriyah atau tahun 1860 Masehi di Pulau Penyengat ini, antara lain, menggambarkan suatu upacara perkawinan besar-besaran seorang anak kapitan Cina yang karena perhubungan baiknya dengan penguasa Melayu (Engkau Puteri Raja Hamidah) dirayakan dengan cara Melayu di salah satu pusat Kerajaan Riau-Lingga. Beberapa petikan disajikan berikut ini.

………………………………………………………
Menyuruhkan orang membuat panggung
Serta berbuat bangsal makyong
Suatu tempat orang menyabung
Wayang kulitnya dua panggung

Siang dan malam barmain wayang
Orangnya ramai bukan kepalang
Makyong menari joget menembang
Sekalian melihat hatinya bimbang
Sekalian orang disuruh kampungkan
Pelantar yang buruk disuruh buatkan
Menyuruh berhadir segala kelengkapan

Demikian perintah permaisuri
Di hadapan selasar makyong menari
Said Husin muda bestari
Dialah memerintah di dalam puri

Orang melihat terlalu banyak
Hendak menanti orang berarak
Melihat makyong sudahlah jelak
Hendak melihat pengantin pulak
Seketika duduk bermohon keluar
Serta berjalan turun ke selasar
Melihat makyong menari berbanjar
Kapitan melihat terlalu gemar

Baginda menari memberi titah
Orang kita baiklah dikerah
Selain makyong suruh bawalah
Aturkan betul janganlah salah

Kemudian nasik berastakona
Diusung oleh muda teruna
Kemudian bandangan lebing sempurna
Serta makyong dengan penjawatnya
Makyong menari sambil berjalan
Serta menari sambil berjalan
Serta dengan bunyi-bunyian
Orang melihat berlari-larian
Ada laki-laki ada perempuan


Dari petikan di atas dapat diketahui bahwa seni pertunjukkan Makyong pada tahun 1860, telah menunjukkan betapa Makyong begitu diminati dan terkenal.
Untuk tempat bermain Makyong dibuatkan suatu tempat khusus yang disebut bangsal. Dan, yang dimaksud dengan permaisuri ialah Engkau Puteri Raja Hamidah, yang mengadakan perhelaan perkawinan anak kapitan Cina Tanjungpinang dengan dilaksanakan secara Melayu di Pulau Penyengat yang pada masa itu menjadi tempat kedudukan resmi para Yamtuan Muda Riau.




More about4. MakYong : Dalam Catatan

4. MakYong

Attayaya Butang Emas on 2010-01-24

Menurut kisah yang diceritakan Pak Man (Abdul Rahman di Mantang, Arang, Kabupaten Kepulauan Riau pada 1972), seni pertunjukkan Makyong berasal dari tiruan permainan yang dilakonkan oleh harimau jadi-jadian. Beginilah kisahnya.

“suatu hari adalah lelaki yang pergi masuk hutan dan tersesat. Untunglah ia berjumpa sebuah kampung dan orang yang tinggal di ujung kampung itu, berbaik hati mengajaknya bermalam di pondoknya. Setelah selesai makan, tuan rumah berpesan, “Jangan kemana-mana. Jangan pergi ke luar rumah. Tutup pintu-tingkap dan tidurlah, saya ada kerja sedikit”. Hari pun malam. Begitu hari malam. Orang kampng itu berubah menjadi (ha)rimau semuanya. Lalu terdengar bunyi gong dan tambur, amatlah bagus bunyinya. Orang yang sesat tadi mengintip dari celah-celah dinding. Rupanya (ha)rimau jadi-jadian itu sedang bersenang-senang dengan suatu permainan penghibur hati, pengobat penat di siang hari. Begitu permainan selesai, mereka pun letih dan terkapar tidur sampai tak sempat mencium bau manusia.

Besoknya orang yang sesat tadipun balik ke kampungnya. Permainan (ha)rimau jadi-jadian itu ditirunya dan dimainkannya di kampungnya. Itulah asal mulanya Makyong, konon. Entahlah ya entahkan tidak, begitulah yang diceritakan orang tua-tua dulu kepada saya”.
(Hasan Junus, “Dengan Makyong di Suatu Senja”, Suara Karya Minggu, 23 Juli 1972).

Jadi tempat asalnya permainan Makyong menurut seorang yang terlibat, langsung dalam permainan Makyong ialah kampung harimau jadi-jadian. Di negeri mana, di daerah mana, diwilayah mana, dan di kawasan mana taklah penting bagi mereka. Ruang dan waktu bagi masyarakat yang berpikir secara mistis, dan mistis akan menjadi jauh apabila tiada menurut kepercayaan yang dipegang, sebaiknya akan dekat dan akrab jika setia pada kepercayaan tersebut.

Menanyakan negeri asal Makyong sama dengan menanyakan di manakah Kerajaan Kembayat dalam Syair Siti Zubaidah. Apabila dinyatakan nama tempatnya yaitu Negeri Kamboja (dan Siam untuk Makyong).

Jika hendak dibandingkan tentang hal tersebut di atas misalnya dapat dilihat bagaimana suatu aliran persilatan yang cukup masyur, oleh para pendukungnya dinyatakan secara verbal, kokoh, dan tegas seperti simpul mati suatu ikatan tali, berasal dan diajarkan langsung dari Sayidina Ali. Seperti itu pulalah pendapat orang yang menyatakan bahwa Makyong di Kelantan sebenarnya berasal dari Nabi Adam.

Tentulah sikap keilmuan tak seperti itu. Henri Chambert-Loir pernah datang ke Pulau Tujuh dalam sebuah Festival Mendu dan memberikan teks Hikayat Dewa Mendu kepada beberapa pendukung seni pertunjukkan mendu. Dan mereka menolak untuk menerima teks itu (pertemuan dengan Henri Chambert-Loir di Penyengat, Juni 1981) karena bagi mereka Mendu tidak berdasarkan teks manapun, dan seni pertunjukkan Mendu tak datang dari mana-mana, tetapi memang diwariskan oleh orang tua-tua mereka sendiri.
Para pencatat, peneliti, atau pengkaji seni pertunjukkan Makyong seperti Walter Skeat (1976) tentulah bersikap sesuai dengan alur keilmuan sehingga berbeda dengan sikap orang-orang seperti Pak Man. Pak Atan dan orang-orang tua lainnya. Mereka berusaha mencari di mana tempat asal dan bagaimana terjadinya sampai ke tempat yang mengebangkannya, karena catatan, penelitian, atau pengkajian tentang perjalanan dan perkembangan budaya sangatlah penting bagi para peneliti itu. Dilihat dari beberapa macam ritual yang bersebati dengan seni pertunjukkan Makyong ada peneliti/pengkaji yang memperikarakan bahwa Makyong berasal dari kepercayaan animisme dan terpakai dalam pengobatan tradisional. Hal ini dapat terlihat dari lambang-lambang yang dipergunakan, yang menjurus kepada shamanisme. (Ghulam Sarwar Yousof, 1979)

Kata Makyong, menurut mereka, mungkin sekali berasal dari Mak Hyang, yaitu semangat induk padi yang dipuja serta sangat dihormati oleh masyarakat agraris-animis. Pemujaaan dan penghormatan kepada semangat induk padi itu tergambar pula pada upacara memberi “semah” atau membuat sajian bagi bermacam-macam makhluk halus yang senantiasa menyertakan tiga jenis olahan padi yang terdiri atas bahan berikut:

1. Beras basuh, yaitu beras pilihan yang tidak patah, tidak bernatah, dan sudah bersih dari kulit ari dan segala macam daki tanaman.
2. Beras kunyit, yaitu beras yang dikuningkan dengan kunyit.
3. Bertih, yaitu padi yang digongseng atau digoreng tanpa minyak

Sangat banyak mantera, jampi, atau serapah Melayu yang memperlihatkan rasa hormat kepada semangat induk padi dengan pelbagai nama. Salah satu dari mantera itu yang dibaca ketika berada di depan junjugan padi berbunyi seperti ini:
Assalamualaikum
Nabi Tap yang memegang bumi
Aku tahu asalnya padi
Seri Gading Gemala Gading yang diujung ladang
Yang terpercik yang terpelanting
Yang diorong-orong oleh semut silambaba
Hai Dang Pok, Dang Malini
Dan Selamat Menyandang galah
Bertepuk bertimbun Dayang kemari
Selamat rezeki diberi Allah

Dang (Wan) Pok dan Dang (Wan) Malini ialah dua orang perempuan yang berladang di tanah asal orang Melayu di Bukit Siguntang yang pada suatu malam melihat padi di ladangnya berubah menjadi emas sebagaimana dikisahkan dalam sejarah Melayu. Padi yang berubah menjadi emas agaknya menjadi dasar tradisi dengan beras kunyit yang dipakai secara luas dalam kebudayaan Melayu. Kedua tokoh wanita yang sangat terkenal itu disebut dalam beratus-ratus mantera, semuanya berhubungan dengan padi.

Dalam kebudayaan Melayu dikenal pula banyak sekali makhluk halus seperti hantu, jin, orang Bunian, mambang, peri, dsb. Jenis-jenis hantu saja antara lain ialah hantu tepok, hantu dapur, hantu jembalang, hantu gunung, hantu air, hantu sungai , hantu laut, hantu pelak, hantu denai, hantu hutan , hantu baran, hantu sawang, hantu songkai, hantu bidai, hantu bandang, hantu siluman, hantu jerambang, hantu angin, hantu ribut, hantu golek, hantu jerangkong, hantu raya, hantu kongkong ngeangngeang, hantu langsuir, hantu dongak, hantu belian, hantu loyang, hantu jinjingan, hantu tenggolong, hantu ikat lima, hantu menyangan, hantu pelesit, hantu serindai, hantu doman, hantu kopek, hantu bajang, hantu halimun, hantu penunggu dan lain-lain. Ada beberapa macam jenis hantu di antaranya yang dijumpai dalam kaitan Makyong, di luar atau di dalam cerita-ceritanya.

Dalam bentuknya yang baku, Makyong ialah suatu macam seni pertunjukkan yang membancuh cerita pentas, tari, nyanyi, dan musik menjadi satu. Bentuk kesenian ini dadulunya dikenal di seluruh negeri berkebudayaan Melayu. Paling tidak setiap kerajaan Melayu pernah dikunjungi oleh sekelompok seni pertunjukkan Makyong. Sekarang bentuk kesenian ini masih dapat dijumpai di Kepulauan Riau dan Kelantan.

Penilik Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Kepulauan Riau pada antara 1970-1980 masih mencatat di tempat-tempat yang memiliki perkumpulan seni pertunjukkan Makyong di Kepulauan Riau, yaitu pada lima tempat:

1. Mantang Arang
2. Rempang/Sembulang
3. Dompak
4. Kasu
5. Pulau Buluh




More about4. MakYong

3. Berzanji

Attayaya Butang Emas on 2010-01-22

Karena sudah terlalu akrab dengan prosa dan puisi yang dibacakan riwayatnya (membaca rawi) dan didendangkan puisinya yakni tentang kebesaran Nabi Muhammad SAW, meskipun dalam bahasa Arab, orang Melayu menganggap suku pertama pada kata itu diberi nama genre kesenian ini dengan imbuhan "ber". Padahal yang sebenarnya kata berzanji berasal dari kata Al-Barzanji yaitu nama keluarga seorang bangsawan Kurdi yang menulis rangkaian prosa dan puisi yang sangat terkenal itu. Karyanya dikenal mulai dari Maroko di belahan bumi sebelah barat sampai ke Iran di belahan bumi sebelah timur. Karena berhubungan dengan membesarkan seorang tokoh paling besar dalam agama Islam yaitu Rasulullah SAW sendiri, pembacaan karya Ja’far Al-Barzanji tak boleh dipandang sebagai seni biasa. Ini adalah seni pertunjukkan yang berhubungan dengan tokoh agama yang paling dihormati tiada tolok bandingannya. Dengan demikian, nilai yang terkandung di dalamnya tentulah nilai keagamaan.

Mulanya karya Ja’far Al-Barzanji khusus dikarang untuk dipakai pada hari peringantan kelahiran Nabi Muhammad saw yang disebut Maulud. Peringatan ini sendiri sebenarnya tak dalam tradisi Islam. Baru pada 1270 Muzaffar ad-Din di Mosul, Irak, merayakannya dan sejak itu menjadi tradisi baru yang sangat luas penyebarannya. Para seniman sastra dan musik berkumpul setiap tahun di tempat-tempat tertentu untuk memperlihatkan keakhlian dan kemampuan seni mereka dalam membesarkan nabi yang dinamakan juga Sinar Gemala Mustika Alam. Meskipun bagi pengikut mahzab yagn keras, terutama para fiqih, peringatan ini dinyatakan sebagai bid’ah, banyak sekali pengikut sufi yang mengelu-elukannya. Di negeri-negeri timur peringatan Maulud seperti sudah menjadi keharusan. Dan karya Ja’far Al-Barzanji menjadi pegangan utama dalam perayaan tersebut.

Di kepulauan Riau, membaca Maulud dengan rangkaian Barzanji, Asrakal, dan atau Marhaban tak hanya dilakukan pada peringatan Maulud. Dalam hal ini, pembacaan dilakukan juga untuk membesarkan hari-hari raya Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Asyura, juga perayaan seperti nikah-kawin dan pesta tradisional. Selain itu, di Kepulauan Riau juga dilakukan usaha menerjemahkan karya tersebut.

Terjemahan karya Ja’far Al-Barzanji ke Kepulauan Riau memang tersebar luas, tetapi tak ada catatan yang menunjukkan terjemahan itu dipakai dalam upacara. Jadi, mungkin digunakan untuk memahami maknanya. Lain halnya dengan Sinar Gemala Mestika Alam karya Ali Haji yang selalu dibaca pada upacara Maulud.




More about3. Berzanji

2. Wayang Cecak

Attayaya Butang Emas on 2010-01-20

Wayang cecak merupakan suatu seni pertunjukkan yang paling tak meluas di antara segala macam seni pertunjukkan lainnya di Kepulauan Riau. Permainan ini berasal dari kalangan orang Cina yang banyak bermukim di Tanjungpinang dan Daik, Lingga.

Hubungan antara keluarga Kapitan Cina di Tanjungpinang dengan orang Melayu dapat ditelusuri dari sebuah karya seperti Syair Perkawinan Nak Kapitan dan serangkaian karya seperti itu. Di wilayah hukum pemerintahan Hindia-Belanda di Kota Tanjungpinang pada 1852 terdapat 1165 jiwa penduduk Cina yang sudah berusia 12 tahun ke atas. [Netscher, 1854;128]. Mereka terdiri atas dua suku bangsa yaitu suku Kwantung yang bertempat tinggal di Senggarang (disebut juga “seberang” oleh orang-orang yang tinggal di Tanjungpinang dan Penyengat dan suku lain yang tinggal di Tanjungpinang). Kelompok orang Cina dikepalai oleh seorang kapitan. Sejak 1818 Kapitan Tua (Tan Hoo) berhasil mendamaikan suku yang bermusuhan. Keberhasilan itu menambah tinggi derajat Kapitan itu pada masa pemerintah Hindia-Belanda dan Kerajaan Riau-Lingga.

Pergaulan perempuan Melayu dengan istri dan anak Kapitan Cina ini menyebabkan mereka saling memelajari kesenian masing-masing dan salah satu bentuk kesenian golongan Cina dapat memberikan gambaran tentang terjadinya penyebaran suatu bentuk kesenian yang beasal dari golongan itu. Adalah sebuah catatan tentang wayang cecak ini pada sebuah kitab yang dikarang oleh Claudine Salmon, seperti berikut:

ada satoe njonja Tionghoa dengan anak prampocannja, golongan orang baek-baek tapi miskin, jang biasa tjari penghiopenan dengan trima oepah menjanji dan mendongeng. Beberapa njonja biasa patoengan aken ondang itoe iboe dan anak di salah satoe roemah boeat dengerkan rame-rame marika poenja dongengan dan njanjian, jang bianja diberikoetkan djoega dengan taboengan gambang…. Banjak njonja-njonja tionghoa jang pande berpantoen lantaran soedah biasa denger wajang tjokek jang meramekan pesta-pesta jang mempoenjai stock besar dari segala mathem pantoenan” (Claudine Salmon, 1985:30)

Wayang cecah hanya merupakan suatu bentuk seni pertunjukkan yang dipertunjukkan di rumah-rumah tangga orang kaya ataupun yang berkedudukan, dan tiada begitu menyebar di tengah-tengah masyarakat. Di Pulau Penyengat sampai tahun 1940-an hanya ada seorang yang pandai memainkan seni pertunjukkan ini. Dia bernama Khadijah Terung, salah seorang istri Abu Muhammad Adnan. Konon, perempuan ini memiliki banyak ilmu gaib sehingga oleh suaminya dia disuruh menuliskan bermacam-macam jenis ilmu gaib yang dia ketahui. Hasilnya berupa sebuah manuskrip yang berjudul Perhimpunan Bagi Laki-laki dan Perempuan (Koleksi Yayasan Indera Sakti 1983 No. 09).

Dari perempuan inilah (meninggal 1950-an) perkhabaran tentang wayang cecak dapat diketahui sedikit. Khadijah Terung ialah seorang istri Abu Muhammad Adnan, dari kalangan orang kebanyakan (bukan keturunan raja). Kepadanya dipercayakan penjagaan anak-anak dan kemudian cucu-cucu suaminya. Dan, untuk pelengah waktu dia membuat boneka dari perca kain kira-kira sepanjang sejengkal yang dipelajarinya dan persentuhan dengan keluarga kapitan Cina di Tanjungpinang. Dengan sebuah ranjang miniatur sebagai pentas, Wayang Cecak dapat dimainkan utnuk mengantar cerita-cerita yang memang sudah diketahui. Boneka perca kain itu hanyalah alat untuk mengantarkan cerita yang diantaranya adalah sari dari syair-syair semacam Siti Zubaidah, Selendang Delima dan semacam itu.



More about2. Wayang Cecak

1. Boria

Attayaya Butang Emas on 2010-01-18

Permainan ini berasal dari masyarakat India Selatan yang banyak bermukim di Pulau Pinang (Penang), Semenanjung Tanah Melayu. Boria sangat populer pada Pemerintahan Sultan Riau-Lingga yang terakhir Sultan Abdul Rahman Al-Muazzam Syah (mulai memerintah dari tanggal 18 Februari 1886 di Daik, Lingga dan dimakzulkan dengan surat Abdikasi yang dibacakan di gedung Rusydiah Kelab pada 10 Februari 1911). Yayasan Indera Sakti Pulau Penyengat ada menyimpan contoh lirik lagu-lagu yang dinyanyikan oleh perkumpulan Boria ketika menyambut Hari Raya Puasa di depan Sultan Kerajaan Riau – Lingga itu.

Hubungan antara Kerajaan Riau dan Pulau Pinang sudah terbina sejak lama. Hubungan itu bertambah erat setelah pada pertengahan abad ke-19 rombongan haji dari Riau banyak yang berangkat ke Jeddah dengan alur perjalanan melalui Pulau Pinang dan Singapura.

Wilkinson (1959:153) mengartikan “Boria” sebagai berikut “Muharam minstrel of singer of carol. At the Muharram, esp. in Penang it is (or was) the custom for bands of serenaders in fancy dress to visit houses of prominent citizens and sing topical songs. Such bands are known as boria”.

Di Kepulauan Riau permainan Boria telah mendapat sentuhan di sana sini sehingga mempunyai ciri khas dan sedikit berbeda secara keseluruhan jika dibandingkan dengan Boria di Pulau Pinang itu. Seniman-seniman setempat telah memasukkan unsur-unsur kesenian yang memang telah lama diakrabi di daerahnya.

Jadi, kalau di tempat asalnya di Pulau Pinang (sebenarnya tempat lintasan saja karena negeri asalnya ialah India Selatan), Boria merupakan suatu kelompok yang datang berarak beramai-ramai ke rumah-rumah orang berada untuk menyanyikan lagu-lagu pujian pada bulan Muharram, di Riau Boria dimainkan pada setiap hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, peringatan naik tahta sultan, hari-hari besar pemerintahan Hindia-Belanda, dan lain-lain.

Lagu dan nyanyian yang dimainkan oleh Boria di Riau tak hanya lagu dan nyanyian yang ditiru oleh Boria Pulau Penang, tetapi ditambah dengan lagu-lagu setempat dari lagu-lagu yang dipelajari dari orkestra tentara Hindu-Belanda. Seperti dinyatakan dalam buku kronik Kerajaan Riau ketika penabalan Sultan Abdul Rahman Lingga putera Sultan Mahmud pada 1858, orkestra tentara Belanda ikut merayakannya (Netscher, 1870).

Lagi pula, unsur cerita pun secara samar-samar sudah dimasukkan ke dalam Boria olahan Riau. Namun, batang tubuh yang memperlihatkan seni pertunjukkan Boria itu dipelajari dari luar, dan negeri yang banyak didiami orang Keling, sangatlah kentara. Diantara perangkat Boria itu biasanya terdapat seorang penari yang gerak-geriknya sangatlah lucu. Penari ini seorang lelaki yang berpakaian seperti perempuan dan menari mengikut irama musik dengan gerak yang berlebih-lebihan. Inilah asal penari “Jogi”.

Boria sebagaimana yang ada di Riau sejak parohan kedua abad ke-19 ialah sekelompok orang yang berarak mengunjungi rumah-rumah orang berada yang memberikan sagu-hati yang layak. Barisan paling depan terdiri atas sekelompok orang (anak-anak) yang berpakaian seperti tentara (Eropa) pada masa itu, memerlihatkan kepandaian berbaris dan menari mengikuti irama musik dalam berbagai lagu dan irama. Rombongan pertama diikuti oleh rombongan kedua, ketiga, dan seterusnya yang terdiri atas rombongan pesilat, penari, dan ditutup dengan perarakan pengantin (biasanya kanak-kanak yang dikenakan pakaian pengantin). Makin panjang dan beragam kelompok itu, makin dipandang baik. Khusus untuk perarakan pengantin akan dinyatakan sebagai yang terbaik jika kelompok Boria menyuguhkan perarakan pengantin lengkap dengan segala macam upacara bersanding seperti nasi kunyit, bunga telur, dan kedua pengantin melaksanakan upacara bersuap-suap.




More about1. Boria

14. PENGGALAN KEEMPATBELAS :
KESENIAN - Irama Jiwa Penghalus Rasa melalui Keindahan Makna Jangkauan

Attayaya Butang Emas on 2010-01-16

14
PENGGALAN KEEMPAT BELAS
KESENIAN
Irama Jiwa Penghalus Rasa melalui Keindahan Makna Jangkauan

Syahdan di Kepulauan Riau memiliki khazanah kesenian yang beraneka ragam. Jenis-jenis kesenian itu meliputi seni pertunjukkan seperti wayang cecak, makyong, sandiwara bangsawan.

Untuk kesenian Wayang cecak setakat ini memang sudah punah, tetapi bangsawan walau boleh dikatakan telah “bernazak”, namun ianya masih dapat bernafas. Seperti di daerah Lingga, dan beberapa daerah lainnya di wilayah Kepulauan Riau ini, dan belakangan di Kota Tanjungpinang sendiri masih terlihat geliatnya walaupun tidaklah seterkenal tempo dulu. Memang seharusnya hal ini menjadi catatan khusus bagi pemerintah dan seniman daerah yang harus dapat membina dan mengembangkannya.

Sedangkan untuk Makyong masihlah beraung, masih ada di Mantang Arang dan Tanah Merah, Batam. Tetapi keadaanyapun kurang mendapatkan pembinaan, begitu juga Denang Mendu. Selain seni pertunjukkan di Kepulauan Riau berkembang pula seni tari. Beragam tarian klasik seperti serampang dua belas, patah sembilan, zapin, joget dangkong, melemang, dan lain-lain masih ada sampai kini, di samping tarian yang diperbaharui dan dikembangkan oleh para seniman di daerah Melayu Kepulauan Riau.

Seni musik juga masih berkembang dengan baik. Seni musik Melayu, antara lain, ialah gazal, dondang sayang, joget, dan lain-lain. Di antara alat musik yang digunakan untuk musik Melayu itu ialah tambut, biola, gong, rebab, marwas, gendang, rebana, kompang, gambus, arcodeon, biola, seruling dan sebagainya.

Bersamaan dengan seni musik, berkembang pula kesusastraan, tarian, seni ukir, kaligrafi Melayu dan lain sebagainya. Yang kesemuanya menunjukkan keindahan serta kehalusan dan nilai yang tinggi terhadap kesenian Melayu itu sendiri.

Ahmad Rijaluddin dalam kitabnya yang berjudul Hikayat Perintah Negeri Banggala (1810), menggambarkan tentang keindahan yang tertinggi dengan mengikuti ungkapan yang diberi nama sebagai ‘sadu perdana’ yang berarti tingkat teratas atau kelas satu dan bernilai ‘tujuh laksana’ yaitu dinilai dengan memberikan nilai tujuh bintang. Nyanyian yang ‘sadu perdana’ dan ‘tujuh laksana’ dinyatakan sebagai ‘buluh perindu’, dan tari yang ‘sadu perdana’ dan ‘tujuh laksana’ dikatakan dengan ungkapan ‘kakinya tak jejak di lantai’.

Apakah yang disebut cantik?

Karya tersebut juga menerangkan makna kata cantik sebagai ‘sesuatu sifat sama ada pada manusia atau lainnya yang memberi indah kepada mata yang tiada cacat pada pemandangan manusia’. Seterusnya, dapat pula digali takrif kata-kata molek, cantik, indah, elok dan sebagainya sebagai ‘sifat yang indah pada pemandangan mata atau pada titik hati yang memberi indah pada pemandangan keduanya itu’ sebagai lawan dari kata (h)odoh.

“suatu benda yang indah ialah keriahan yang abadi”, kata seorang penyair Inggeris. A thing of beauty is a joy forever. Tanpa mengurangi naluri kritik yang sedia ada dalam diri manusia, tentulah banyak orang yang berkecenderungan meng-iakan kesimpulan itu; barangkali Cuma segelintir orang sakit yang menolaknya dengan berdegil. Maka tak heranlah kalau ada seorang penyair seperti Theophile Gautier (1811-1872) yang mengatakan, “O keindahan, kami Cuma diciptakan untuk mencintai dikau dan memuja dikau sambil berlutut!” atau O beaute, nous ne sommes crees que pourt’aimer et t’adorer a genoux.

Berbagai bidang seni sejak semula jadi memang bersifat saling mengisi dan memperngaruhi. Misalnya, seni menyusun dan kemudian berkembang menjadi bentuk pantun dalam kesusastraan yang diandalkan sebagai memiliki bentuk sempurna simetris baik pada sosok maupun bunyi, alun, dan gema suara. Jika khusus membicarakan makna keindahan dalam bidang sastra, maka baik acuan ataupun isi bancuhannya lebih rumit, tetapi bahannya lebih banyak tersebar. Jadi, suaru karya seni manurut cita rasa keindahan Melayu yang ‘sadu perdana’ dan mendapat ‘tujuh laksana’ yaitu yang derajatnya sangat tinggi serta nilai tujuh bintangnya hendaklah bersifat bagaikan bancuhan sebati antara ‘seri gunung’ dan ‘seri pantai’ yaitu molek dilihat dari jauh dan molek pula dilihat dari dekat, serta elok pada pemandangan mata dan elok pula pada hati.

Sebagai suatu hasil kebudayaan, karya kesenian yang diberi cap sesuai dengan kebudayaan Melayu yang mendukungnya, hendaklah seperti paduan seri gunung dan seri pantai yaiut molek dilihat dari jauh dan molek pula dipandang dari dekat, indah menurut pemandangan mata dan hati, mengandung keindahan duniawiyah dan ilahiyah dengan menuju rupa maha sempurna yaitu karya yang membangkitkan rasa tkjub sehingga pikiran hati memerintahkan lidah mengucapkan puji kepada Sang Maha Pencipta, dibuat dengan baik dan mempunyai arti sehingga tidaklah merupakan sekadar karya seni yang kosong tiada isi.

Seni pertunjukkan

Bentuk-bentuk seni pertunjukkan dalam lingkungan teater yang hendak diangkat dalam tulisan selanjutnya adalah sebagai berikut:
- Boria
- Wayang Cecak
- Berzanji
- Mak Yong
- Mendu
- Bangsawan

Selain itu juga akan diketengahkan tentang Tarian, Musik (nyanyian), Kesusastraan, Seni Ukir dan Kaligrafi Melayu. Maka kemudian hendaklah diangkat yang pertama adalah Boria.



More about14. PENGGALAN KEEMPATBELAS :
KESENIAN - Irama Jiwa Penghalus Rasa melalui Keindahan Makna Jangkauan

Attayaya Butang Emas on 2010-01-15

Keris di dalam acara adat
Adapun keris digunakan di dalam acara adat yang lazimnya adalah dipergunakan pada beberapa pekerjaan:
- Adat kawin yang diwakili oleh keris
- Panjat Adat.
- Panjat Angkara

Adat kawin yang diwakili oleh keris

Hal yang sedemikian ini dilakukan apabila pengantin lelaki tidak dapat hadir sendiri pada hari akad nikah dan sebagai penggantinya adalah keris yang dihantar dengan acara adat.

Panjat Adat

Seperkara pada pekerjaan ini adalah, jika seorang pemuda (bujang) kecewa di dalam hajatnya meminang seorang dara yang disebabkan oleh halangan orang tua atau saudara mara. Kemudian si pemuda akan menghantar sebilah keris melalui seorang wakilnya.

Wakil itu akan menyampaikan hajat si bujang yang kecewa dan mengatakan bahwa si bujang bersedia membayar mas kawin dua kali daripada sebanyak yang ditentukan adat. Sekiranya pihak dari si dara tetap tidak bersetuju, maka orang tua si dara itu menghantar kembali keris itu dengan mas kawin dua kali lipat daripada yang ditawarkan oleh si bujang.

Panjat Angkara

Seperkara pada pekerjaan Panjat Angkara ini, tiadalah berpatutan jika ianya diperturut. Tetapi oleh karena ianya termasuk dalam pekerjaan yang sudah termaktub, maka hendak jugalah diperkatakan secara sekilas saja.

Adapun pekerjaan ini biasanya diperbuat oleh seorang bujang (lelaki) yang sangat kecewa dan marah karena lamaran atau pinangannnya ditolak. Maka si bujang akan pergi ke rumah si dara dengan maksud untuk merampas si dara dengan ancaman keris.

Jelaslah pekerjaan ini akan sangat berbahaya yang boleh mendatangkan kecederaan atau maut. Meskipun begitu jika diperturutkan pekerjaan ini si bujang haruslah mempunyai keberanian dan mempunyai cukup uang. Sebab, jika pihak si dara akhirnya menerima pinangan, si bujang haruslah membayar mas kawin dua kali lipat daripada apa yang telah di tentukan. Selain itu si bujang juga harus membayar denda angkara yang dilakukan.


Catatan :
Seperkara pada pekerjaan yang “panjat adat” dan “Panjat Angkara”, tiadalah sepatutnya diperturutkan. Karena hal yang sedemikian lebih banyak kepada pekerjaan yang mudharat, pekerjaan yang hanya mendatangkan pada bencana. Kalaupun penyusun menuliskan hal yang sedemikian, hanya karena sepekara demikian pernah ada dalam kehidupan di masa dahulunya, dan tiadalah berpatutan untuk dicontoh ikuti!

Syahdan oleh karena daerah Kepulauan Riau ataupun Melayu pada umumnya yang terletak pada daerah pesisir, dan hubungan antara satu dengan lainnya begitu erat, maka tiadalah mengeherankan banyak dijumpai berbagai jenis senjata tajam yang juga masuk dalam khasanah kebudayaan Melayu, di antara senjata tajam itu adalah sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar-gambar berikut ini:

Beberapa nama senjata tajam lainnya
Tumbuk lada
Sewar
Badek
Rencong
Lawi Ayam
Lawi Ayam
Beladau
Jembiah
Lading Terus




More about

Memakai Keris

Attayaya Butang Emas on 2010-01-13

Pada masa dahulu, Orang Melayu akan merasa dirinya bogel jika tidak dilengkapi dengan sebilah keris di pinggangnya. Itu sebabnya kemanapun seorang lelaki Melayu pada masa dahulu selalu mamakai keris di pinggangnya.

Sebagaimana diketahui bahwa menyelipkan keris itu di pinggang sebelah kiri. Tetapi ada sebuah gambar yang pertama kali diperbuat yang menunjukkan Orang Melayu mamakai keris diselipkan di pinggang sebelah kanan, gambar itu dilukis oleh de Eredia lebih kurang pada tahun 1613 di Negeri Melaka. Tetapi pada tahun 1882, Major Fred Mc Nair menyatakan bahwa alat kelengkapan orang Melayu menyelipkan keris di pinggang sebelah kiri.

Pada zaman pemerintahan Sultan Mahmudsyah di abad ke-15, pernah membuat ketentuan tentang penggunaan keris itu, diantaranya adalah ketentuan yang boleh memakai keris ulu kencana atau keris terapung gabus. Kemudiannya cara menyelipkan keris di pinggang sebelah kiri, apabila di waktu aman ujung ulu keris itu hendaklah dipusingkan mengarah ke dalam, sedangkan pada masa perang (huru-hara) ujung ulu keris dipusingkan arah ke luar. Dan juga semasa menghadap Sultan, ulu keris hendaklah ditutup dengan kepala sampin.




More aboutMemakai Keris

Mencuci Mata Keris

Attayaya Butang Emas on 2010-01-11

Di zaman dahulu ketika keris menjadi alat yang sangat penting bagi seorang lelaki sebagai alat mempertahankan diri dan di dalam pertempuran, keris tersangatlah dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya, di antaranya dengan melangir atau ada juga yang mengatakan memandikan keris dengan berbagai ramuan yang tidak hanya untuk membersihkan karat di keris tersebut tetapi juga berguna untuk menambah kesaktian keris itu sendiri, konon. Membersihkan (mencuci atau memandikan) Keris terutamanya kepada keris pusaka atau azimat, biasanya dengan upacara khusus ( di tanah Jawa).

Sebenarnya maksud dari mencuci keris (mata Keris) adalah yang terutamanya untuk membersihkan dari karat dan juga melindungi dari cepat rusak. Berikut hendak juga diterangkan cara untuk membersihkan atau mencuci mata keris ini.

Sebelum dilakukan mencuci mata keris, hendaklah dipersiapkan terlebih dahulu beberapa kelengkapan, yaitu:
  • Batang pisang sepanjang 1 meter atau lebih
  • Beberapa buah limau nipis.
  • Sebiji nyiur (kelapa)
  • Serus buloh ( bambu) yang panjangnya sekira ukuran mata keris yang hendak dibersihkan.
  • Kain pembersih.
Pertama-tama yang dilakukan adalah dengan membenamkan atau menikam batang keris itu ke dalam batang pisang berkali-kali. Sebab air (getah) yang terdapat pada batang pisang boleh mengeluarkan karat-karat yang melekat di mata keris. Kemudian keringkan mata keris itu dengan kain pembersih. Ambillah beberapa biji limau nipis itu dan dibelah dua. Apabila sudah dibelah gosokkan limau nipis itu pada mata keris yang berkarat, perbuatlah pekerjaan itu beberapa kali, jika perlu gunakan seberapa banyak limau nipis, seperti yag ditunjukkan pada gambar 57, 58 dan 59.

Selain dari asam limau nipis, boleh juga digunakan buah nenas muda dengan menggosokkan mata keris kepada isi nenas yang masih muda atau ditikamkan berulang kali pada buah nenas muda itu. Seandarinya usaha yang telah dilakukan belum berhasil, maka ambillah sebiji nyiur dan dibelah dua, airnya masukkan ke dalam ruas buloh yang telah disediakan. Rendamlah mata keris ke dalam buluh yang ada air kelapanya sekurang-kurangnya 24 jam, seperti yang ditunjukkan pada gambar 60. Setelah diangkat dari rendaman tersebut, basohlah mata keris itu dengan air bersih. Apa bila karat-karat itu belum lagi tanggal, maka gosoklah lagi dengan biji-biji limau nipis, kemudian bersihkan dengan air bersih dan keringkan dengan kain pembersih. Untuk menjaga supaya mata keris tidak mudah berkarat, hendaklah mata keris itu di panggang di perasapan dan jika ianya telah panas sekira-kiranya dapat mencairkan sebatang lilin, maka disapukan lilin pada seluruh mata keris.




More aboutMencuci Mata Keris

Mengukur Mata Keris

Attayaya Butang Emas on 2010-01-09

Menurut cerita-cerita orang-orang tua yang mengetahui benar akan selok-belok keris, adalah untuk mengukur mata keris yang boleh mempunyai makna ataupun penafsiran dapat menggunakan ibu jari dan juga memakai dedaunan seperti daun pandan, daun nyiur (kelapa). Berikut ini hendaklah dijelaskan cara mengukur mata - mata keris dengan menggunakan ibu jari tangan.

Maka hunuslah keris dari sarungnya, pegang mata keris dengan bagian ulunya mengarah ke perut. Tempatkan ibu jari tangan kiri melintang pada pangkal mata keris. Kemudian letakka pula ibu jari tangan kanan ke sebelah ibu jari kiri dan pindahkan ibu jari kiri kesebelah ibu jari kanan. Buatlah seterusnya sehingga sampai ujung keris. Apabila hitungan terakhir jatuh kepada ib jari tangan kiri, maka keris itu dianggap keris yang bertuah kepada tuannya. Sebaliknya jika hitungan terakhir jatuh pada ibu jari tangan kanan, maka keris tersebut akan mendatangkan kesialan kepada tuannya. Sekiranya seseorang itu kidal atau terbiasa menggunakan tangan kiri, maka mulailah menghitung dengan ibu jari tangan kanan.

Syahdan terdapat pula di beberapa kawasan tanah Melayu yang lain cara mengukur mata keris yang juga menggunakan ibu jari tangan tetapi dalam setiap penempatan ibu jari itu mengucapkan kata-kata:
- Raja
- Pahlawan
- Perempuan
- Budak orang

Jika hitungan terakhir jatuh pada perkataan raja, berarti orang yang empunya keris itu akan termasyhur. Kalau jatuh pada perkataan pahlawan, si empunya keris akan mempunyai kedudukan atau jabatan. Jika hitungan jatuh pada perkataan perempuan, kononnya si empunya keris akan mendapat keberhasilan dalam perniagaan. Sebaliknya jika jatuh pada perkataan budak orang, maka keris tersebut tiada bersesuaian kepada si empunya keris itu, sebaiknya jangan di simpan lagi.

Tersebutlah pula cara yang dipergunakan, juga dengan ibu jari, tetapi setiap kali penempatan ibu jari tangan itu, menyebutkan perkataan:
- Ular berang
- Meniti riak
- Riak di titi gelombang tujuh
- Karam di laut
- Timbul di darat
- Habis utang
- Berganti utang
- Utang lama tidak terbayar

Jika hitungan terakhir jatuh pada perkataan ular berang, meniti riak atau habis utang, kononnya akan membawa kepada kebaikkan. Kalau perkataaan riak dititi gelombang tujuh adalah alamat yang terbaik. Jika jatuh pada perkataan berganti utang, ini membawa padah yang kurang baik. Sebaliknya perkataan karam di laut atau utang lama tidak terbayar, hal yang sedemikian membawa kepada tafsiran yang sangat buruk.

Sebenarnya masih ada beberapa cara lagi untuk mengukur mata keris yang mempunyai makna ataupun penafsiran, tetapi memadailah dengan apa yang telah di perdapat.




More aboutMengukur Mata Keris

NAMA – NAMA KERIS

Attayaya Butang Emas on 2010-01-07

Pada ke 7 jenis keris yang boleh di gambarkan secara umum, dapat pula disebutkan beberapa nama kepada jenis keris mengikut bentuk mata, ulu dan sarungnya, walaupun sebagiannya telah disebutkan lebih awal, yaitu:

  1. Keris Majapahit seperti yang di tunjukkan pada gambar 1, 50 (a,b) 51 dan gambar 52. Inilah keris yang tertua yang telah digunakan semenjak pertengahan abad ke 14
  2. Keris Picit seperti yang ditunjukkan pada gambar 53 adalah sebilah keris yang mempunyai mata yang sangat tipis serta lebar yang terkesan seperti bekas dipicit ibu jari, kononnya ia telah ditempa oleh orang-orang pertapaan.
  3. Keris Alang atau Keris Anak Alang, jenis keris Sumatera (Keris Panjang) yang mempunyai mata sederhana panjangnya.
  4. Keris Andus, keris sundang yang memiliki lebih dari 20 lok.
  5. Keris Apit Liang, Keris Sundang yang mempunyai 5 lok.
  6. Keris Berpamor, yang mempunyai mata yang berpamor.
  7. Keris Berlok atau Keris Berkalok, apabila matanya berlok.
  8. Keris Besi Bari, yang matanya tidak berpamor tetapi mempunyai muka yang kasar seperti kertas pasir.
  9. Keris Bertulis yang matanya bertatah dengan tulisan dari logam, seperti yang ditunjukkan pada gambar 54.
  10. Keris Buah Beka, yang mempunyai mata sebagai rangka buah petai, yaitu lebar serta tumpul bulat di ujungnya.
  11. Keris Cerita, yang mempunyai 9 sampai 15 lok.
  12. Keris Coban, yang mempunyai saluran di tengah pangkal matanya dan terdapat jalur seperti jarum.
  13. Keris Gajah Tikor, yang mempunyai hanya satu lok di pangkal matanya.
  14. Keris Ganja Iras, yaitu kalau ganja dan mata keris diperbuat secara seiras.
  15. Keris Ganja Menumpang, kalau ganja dan mata keris dibuat secara berasingan.
  16. Keris Ganja Rawan, kalau ganja keris berkerawang
  17. Keris Hanuman, yang mempunyai bentuk kepala kera di bawah bagian dagunya.
  18. Keris Ikan Pari, matanya terbuat dari sengat ikan pari.
  19. Keris jenova, keris Sundang yang mempunyai 7 lok.
  20. Keris Jalar Jantan, yang mempunyai mata lurus serta terletak mereng sedikit dari ulunya.
  21. Keris Lamba, keris yang mempunyai hanya 3 lok.
  22. Keris Lemona, yang mempunyai 19 lok.
  23. Keris Langsuyar Bisa, keris yang mempunyai 5 lok serta ganja yang licin.
  24. Keris Lidah, inilah keris yang mempunyai daya lentur dan kemingkinan jumlahnya tidak banyak
  25. Keris Lipan, pamor yang terletak melintang pad bagian kedua belah matanya.
  26. Keris Melela, yang memiliki mata yang licin.
  27. Keris Naga, yang mempunyai bentuk naga di kedua belah matanya. Seperti gambar 55
  28. Keris Pandak, yang mempunyai mata yang pendek.
  29. Keris Parong, yang mempunyai lok dari 21 sampai 29 lok.
  30. Keris Parong Sari, yang mempunyai 7 lok ataupun kurang. Di dalam kitab Hikayat Hang Tuah ada menyebut nama Keris Parong Sari.
  31. Keris Penimbul, yang mempunyai 5 lok.
  32. Keris Raja Laut, keris Sundang yang mempunyai mata lurus.
  33. Keris Rantai, keris Sundang yang punya lok 9 sampai dengan 19 lok.
  34. Keris Sapukal, mempunyai mata yang lurus.
  35. Keris Sempana, mempunyai 3, 5, sampai 7 Lok.
  36. Keris Sempena Bisu, mempunyai mata yang lurus.
  37. Keris Sempana Keling.
  38. Keris Sonak Udang, keris dan Patani mempunyai 3 lok.
  39. Keris Suku Bekang, matanya serupa dengan mata sudip.
  40. Keris Sulok Belingkong, keris sundang 3 lok.
  41. Keris Tambang Sari, mempunyai 13 sampai 15 lok.
  42. Keris Terasik, mempunyai 9 sampai 13 lok.
  43. Keris Terjewa, keris kebesaran ( Negeri Perak) yang mempunyai 1 sampai 3 lok di ujung keris.
  44. Keris Tetarapan, keris yang mempunyai lobang panjang di matanya, kononnya keris jenis ini akan membuat luka yang lebih parah dari keris yang biasa.
  45. Keris Tuasik, mempunyai 5 sampai 9 lok.
  46. Keris Ular Lidi, mempunyai mata yang picik tetapi berkelok seperti ular lidi seperti yang digambarkan pada gambar 56.




More aboutNAMA – NAMA KERIS

JENIS-JENIS KERIS

Attayaya Butang Emas on 2010-01-05

Hatta berdasarkan kepada suatu penelitian berkenaan dengan keris-keris yang ada di daerah Melayu ianya dapatlah dibagikan kepada beberapa jenis keris. Seperkara ini ditengok kepada ulu atau sarung maupun mata keris, dan juga melihat kepada bentuk secara keseluruhan. Menurut G. C. Woolley, secara umum keris dapat dibagikan kepada tujuh jenis, yaitu:
1. Keris Jenis Semenanjung atau jenis Utara
2. Keris Jenis Pekakak
3. Keris Jenis Jawa
4. Keris Jenis Sumatera
5. Keris Jenis Bali dan Madura
6. Keris Jenis Bugis
7. Keris Jenis Sundang dan Jenis Sulok

Penjelasan :

1. Jenis Semenanjung atau Utara
Pada gambar (Gambar 22) menunjukkan jenis keris yang terdapat di tanah Melayu. Ianya mempunyai bentuk Ulu Jawa Demam yang seakan menggambarkan orang yang berpeluk tubuh seakan sedang terkena demam.

Ulu Jawa Demam yang tua mempunyai bentuk seperti tubuh manusia, tetapi kemudiannya di ubah (seperti gambar 23 a dan 23 b), malah ada sebagiannya yang diukir dengan rekaan bunga seperti gambar 23 c. sedangkan sarung keris jenis Semenanjung mudah dikenali melalui sampir yang berbentuk jalur bujur sangkar yang besar serta empat segi. Batangnya lebar dan tidak seberapa tirus serta mempunyai bentuk bujur sangkar.

2. Jenis Pekakak
Keris Pekakak ataupun keris pekaka adalah sejenis keris yang ada di negeri Patani. Sebabnya dinamakan keris Pekaka karena ulunya yang terbuat dari kayu atau tanduk, adakalanya dari perak; mempunyai bentuk seperti burung Pekakak dengan kepala yang besar dan hidung yang panjang seperti gambar 24. Tetapi kalau diperhatikan benar, kepala burung Pekakak itu justru lebih mirip dengan tokoh laksamana di dalam wayang kulit Jawa. Mata keris dari jenis ini lebih panjang dari jenis yang biasa. Malahan diantaranya ada yang memiliki sampai 31 lok di matanya.

3. Jenis Jawa
Jenis Keris Jawa dapat diketahui daripada ulu dan sarungnya, terutama sekali pada sampirnya. Lebih sering ulunya terbuat dari kayu, berbentuk bengkok di ujungnya yang hampir menyerupai bentuk ulu pistol seperti yang terlihat pada gambar 25.

Terkadang jenis Keris Jawa mempunyai ulu dengan bentuk Jawa Demam yang terbuat dari kayu ataupun gading, sedangkan gambar 26 menunjukkan bentuk ulu jenis yang mujarad. Ulu Keris Jawa ini selain dipasang dengan pendongkok juga diletakkan sebentuk cincin yang dilekatkan di bawah pendongkok. Cincin tambahan itu dinamakan selut.

Di Jawa, sampir keris dikenali dengan nama warangka, ianya mempunyai beberapa bentuk seperti yang terlihat dalam gambar 27, 28 dan 29. Gambar 27 menunjukkan bentuk jalur bulat dan bertanduk sedangkan pada bahagian dagu keris melentik ke dalam dan pada bagian aring keris, ianya tajam terbuka keluar.

Kalau melihat pada sampir yakni seperti gambar 32, batangnya tidak begitu lebar tetapi tirus serta ujungnya agak membulat, biasanya bersalut logam dan terkadang berukir. Biasanya bagi jenis sarung keris yang lain, kecuali pada jenis Sundang dan Jenis Bugis, apabila batangnya bersalut sesuatu logam, ianya mempunyai buntut yang bujur sangkar, tetapi bagi buntut Keris Jawa bentuk buntutnya tidak berubah.

Batang keris Jawa bersalut dinamakan buntu. Salutan ini juga mempunyai belah betong yang menunjukkan kayu batangnya yang cantik, dan salut yang berbelah betong ini dinamakan tapeh.

Terkadang di celah belah ini dihiasi dengan gading ataupun kulit karah (gambar 28). Jika sekiranya belah ditutup pada bagian atas batangnya dikenali dengan nama selarak. Bentuk Keris Jawa ini mempunyai lebih dari 100 jenis.

4. Jenis Sumatera
Keris jenis ini ditentukan pada mata, ulu dan sarungnya. Ianya dinamakan Keris Bahari dan mempunyai mata yang panjang tirus, lurus seperti terlihat pada gambar 5, atau pun berlok seperti gambar 31, sehingga ia juga disebut dengan Keris Panjang.

Lazimnya mempunyai keratan lintang mata yang bujur panjang ataupun potong wajik. Adakalanya terdapat tulang-tulang belakang pada kedua belah matanya. Keris jenis ini dapat dibagikan kepada beberapa jenis, tergantung kepada ukuran matanya. Apabila matanya panjang maka dinamakan Keris Panjang, sekiranya sederhana dinamakan Keris Alang atau Keris Anak Alang, dan jika seandainya pendek, dinamakan Keris Pandak atau Keris Pendek.

Ulu keris jenis ini berbentuk bengkok pada bagian ujungnya serta mempunyai ukiran bunga-bungaan, biasanya diperbuat dari kayu ataupun tanduk seperti gambar 32. Terkadang juga mempunyai bentuk ulu keris seperti Keris Jawa Demam. Sampirnya pula berbentuk jalur bulat dengan kedua ujungya tinggi serta tajam seperti terlihat pada gambar 33 dan 34.

Batang keris ini pula panjang serta tirus dan biasanya dipasang dengan beberapa simpai dari rotan ataupun logam seperti gambar 34, ianya mempunyai buntut bentuk bujur sirih dan sekiranya bagian batang bersalut logam bentuk buntut bertukar menjadi bujur sankar.

5. Jenis Bali dan Madura
Di kawasan Bali dan Madura, ulu kerisnya mempunyai bentuk-bentuk yang menggambarkan dewa-dewi, hal ini karena dipengaruhi kepada agama Hindu dahulunya. Biasanya ulunya agak besar serta panjang diperbuat dari kayu atau gading, di Bali keris-keris tersebut kerap kali dihiasi dengan permata warna-warni seperti gambar 35, 36 dan 37 menunjukkan tiga buah ulu Keris Bali.

Sedangkan pada gambar 38, menunjukkan sebilah keris yang ulunya berbentuk mudah, yakni bulat panjang serta leper di ujungnya.

Ulu Keris Madura biasanya dibuat dari gading dan mempunyai bentuk ataupun gambar-gambar bunga. Biasanya keris bentuk seperti ini cincin yang terbuat dari logam yang tebal serta dihiasi dengan permata. Sarungnya pula yang dibuat dengan cantuman dari bagian-bagian sampir dan batang yang berasingan. Ada pula yang sampir dan batangnya yang terbuat dari bahan berlainan. Biasanya kayu yang dipilih untuk memperbuat sarung keris, dipilih kayu yang berwarna cerah yang mempunyai belak-belak hitam. Gambar 39 dan 40 menunjukkan 2 buah sarung Keris Bali.

6. Jenis Bugis
Keris Bugis biasanya mudah dikenali melalui bentuk ulu, sampir dan buntutnya yang terbuat dari kayu ataupun gading. Biasanya ulu keris ini di ukir seperti bentuk Jawa Demam. Tetapi kemudiannya diubah kepada ukiran yang lebih mudah, seperti terlihat pada gambar 41.

Sampir Keris Bugis mempunyai bentuk menyerupai sampir Jenis Semenanjung, seperti terlihat pada gambar 42, tetapi lebih bulat dan tajam dibandingkan Jenis Semenanjung.

Kemudiannya, bahagian yang paling mudah dikenali dari jenis Keris Bugis ini adalah dengan keadaan buntutnya yang berbentuk mata kapak. Gambar 43 menunjukkan sebilah Keris Bugis yang mempunyai ulu dan sarung yang terbuat dari gading dan pada batangnya dilengkapi dengan simpai logam yang berbunga dan di tengah-tengah batangnya dihiasi dengan perhiasan logam bentuk wajik berbunga.

7. Keris Sundang atau Sulok
Sebagai orang yang biasa berlayar di laut sampai dipersekitaran gugusan tanah Melayu, orang Sulu juga memerlukan senjata untuk memotong dan mengimbas selain dari untuk menikam, oleh karenanya terciptalah sebilah keris yang bernama Keris Sundang atau Keris Sulok.

Jenis keris ini dapat dikenali dari bentuk mata, ulu dan sarungnya. Matanya panjang baik lurus maupun berlok, tebal dan lebar, oleh sebab itu jenis keris ini terasa lebih berat jika dibandingkan dengan keris lainnya.

Lazimnya keris seperti ini mempunyai tuntong yang berbentuk bulat serta tumpul. Kalau diperhatikan dari mata sundang, ianya juga memiliki bagian-bagian yang biasa terdapat pada sebilah mata keris, seperti ganja, lambai gajah dan belalai gajah. Tetapi keistimewaan sundang dapat dilihat dari matanya yang memiliki sepasang sigi yang terbuat dari logam di pangkal matanya, kegunaannya untuk menghindar supaya matanya tidak berputar dari ulunya. Keris Sundang yang bermata lurus dinamakan Keris Raja Laut.

Selain bermata lurus, Keris Sundang juga memiliki mata berlok dan mempunyai nama masing-masing, yaitu:
1. Keris Sulok Belingkong, mempunyai 3 lok.
2. Keris Apit Liang mempunyai 5 lok.
3. Keris Jenoya mempunyai 7 lok.
4. Keris Rantai yang mempunyai lok 7 sampai 20 lok.
5. Keris Andus yang mempunyai lebih dari 20 lok.

Ulu Keris Sundang terbuat dari gading ataupun kayu, sangat berlainan dari bentuk ulu-ulu keris lainnya, yaitu berbentuk bulat panjang untuk genggaman, di ujungnya pula terbuka cara melintang dan melekok arah ke dalam seperti gambar 44.

Bagian berbuku melintang seperti ini sengaja dibuat supaya genggaman tidak terlucut. Ada juga terdapat yang ulunya mempunyai bentuk rupa mujarad seperti gambar 45 ataupun seperti kepala burung kakatua yang ditunjukan pada gambar 46. Biasanya pada seluruh badan bersalut logam ataupun dihiasi dengan susunan simpal (simpai) dari tali atau dawai logam.

Oleh karena bentuk mata Keris Sundang panjang serta lebar, maka bentuk sarungnya yang terbuat dari kayu menjadi terlebih besar daripada jenis keris-keris lainnya. Gambar 47 dan 48 menunjukkan sarung keris Sundang yang biasanya bersalut dengan logam. Sedangkan gambar 49 pula menunjukkan sarung yang ditiru dari bentuk sarung keris biasa tetapi mempunyai bentuk buntut yang berlainan.




More aboutJENIS-JENIS KERIS

SELINTAS SEJARAH KERIS

Attayaya Butang Emas on 2010-01-03

Keris adalah sebilah senjata pendek ataupun panjang yang mempunyai sepasang mata tajam dan ujungnya meruncing. Ada yang lurus dan adapula yang ber-lok. Pengecualian hanya kepada yang bernama Sundang yang digunakan untuk menetak atau menebas. Keris adalah senjata yang digunakan untuk menikam. Untuk mengenali sebuah keris lebih mudah dengan adanya Ganja, sesuatu nama yang tidak ada pada senjata tajam lainnya.

Sebenarnya sejak kapan keris itu diciptakan?

Ada beberapa pendapat yang berbeda dari kalangan cerdik pandai tentang sejak bila sebenarnya keris itu diciptakan. Menurut keterangan Sir Stamford Raffles melalui bukunya mengatakan bahwa gambar arca di candi yang terletak di Suku, tana Jawa, ada menunjukkan gambar orang yang sedang menempa (membuat) keris. Candi tersebut bertarikh tahun 1361-1362.

Sedangkan Crawfurd pula menyatakan bahwa gambar-gambar arca yang terdapat pada candi-candi lama di Jawa tidak menunjukkan adanya gambar keris, melainkan yang ada hanya gambar pedang dan lembing. Namun demikian terdapat pula sebuah gambaran pada sebuah candi yang berada di gunung Lawu bertarikh abad ke 15 dengan beberapa gambar keris.

Selain dari bukti-bukti tersebut adalah beberapa buah cerita yang menarik berkaitan dengan keris. Satu daripadanya adalah bahwa keris telah diperkenalkan oleh seseorang yang bernama Sakutram seorang raja yang beragama Hindu. Kononnya Sakutram dilahirkan bersama dengan sebilah keris dan nama keris itu adalah Keris Pasopati.

Kononnya pula bahwa keris telah diperkenalkan oleh Panjin, seorang pahlawan di dalam cerita-cerita panji, tetapi karena tarikh tersebut tahun 920 sebelum masehi, ianya dikatakan sangat awal apabila dibandingkan dengan bukti-bukti yang teradapat pada candi-candi lama. Selain itu seorang sarjana Barat bernama Crawfurd mengatakan bahwa keris diperkenalkan Inakarto Pati, Raja di Jenggala, pada awal abad yang ke 14. Kemudiannya ada lagi sarjana Barat yang bernama Dr. Van Stein Callenfesl mengemukakan bahwa keris Majapahi telah dicipta pada abad yang ke 7. Memang anggapan ini tiadalah mempunyai bukti-bukti yang kuat.

Seperkara yang menarik adalah bahwa wayang-wajang kulit Jawa yang lama tidak dilengkapkan dengan keris, tetapi pada wayang-wayang kulit Jawa yang dimainkan pada abad ke 14 telahpun mengenakan keris.

Menurut seorang pakar dari negeri Barat, yaitu G. B. Gardner (dalam tahun 1936) mempunyai pikiran yaitu asal muasal Keris Majapahit adalah ditiru dari bentuk sengat ikan pari, demikian juga dengan keris-keris yang lain. Menurut dua orang sarjana Barat itu, jikalau sebilah sengat ikan pari itu dibuang pada bahagian pangkalnya lalu dibalut dengan kain, maka ia boleh dipegang di antara ibu dan anak-anak jari sebagai senjata pendek yang membahayakan. Gardner sendiri pernah memasang sebuah ulu keris pada sebilah sengat ikan pari. Akan tetapi pemikiran Gardner itu dibantah oleh G. C. Woolley pada tahun 1947, ia mengatakan sengat ikan pari sememangnya boleh dijadikan sebagai senjata, tetapi tidak bermakna keris ditiru dari sengat ikan pari itu. G.C.Woolley menambahkan, bahwa untuk orang yang bertempat tinggal berdekatan dengan laut mungkin akan mudah mendapatkan sengat ikan pari itu, tetapi bagaimana dengan orang yang tinggal jauh di darat? Padahal di darat juga boleh mendapatkan bahan yang tajam seperti bilah-bilah buloh. Kalaupun memandangkan kepada sengat ikan pari, itupun tidak boleh diterima. Sebab, bisa ikan pari hanya terkandung pada kelenjar ikan pari yang masih hidup saja yang terletak di duri-duri atau gerigi ke arah pangkalnya pada sengat ikan pari, tidak sedikitpun di jumpai pada keris-keris jenis apapun. Sengat ikan pari tidak berbadan lebar seperti halnya keris, dengan demikian walaupun sengat ikan pari dapat dijadikan senjata, bukan berarti keris ditiru daripada bentuk sengat ikan pari.

Di lain pihak seorang pakar keris G. C. Griffith Williams (dalam tahu 1937) mengatakan, bahwa keris telah diciptakan pada sekitar abad ke 14 dan ke 15 yang telah dijadikan senjata oleh orang-orang Majapahit. Menurut G. C. Griffit Williams bahwa keris telah tercipta daripada mata lembing, senjata yang telah sangat lama dipergunakan oleh masyarakat di gugusan pulau-pulau Melayu. Memandang kepada lembing yang mempunyai batang-batang yang panjang maka ianya tiadalah mudah untuk dibawa kemana-mana sebagai pelindung diri dalam pertempuran. Konon, pada masa besi sukar diperdapat, bila terjadi suatu pertempuran maka prajurit-prajurit itu berundur untuk memisahkan mata lembing daripada tangkainya.

Pada saat itulah diketahui bahwasannya mata lembing yang dapat dijadikan senjata pendek itu sangat berguna. Kemudian mereka membuat dagu yang tumpul pada bagian ganja senjata itu supaya menjauhkan dari kecederaan pada saat di selipkan ke pinggang atau di gunakan.

Syahdan berterusanlah orang-orang cerdik pandai itu bersengketa pendapat dan pikiran tentang asal muasal diciptakannya keris itu, tetapi kesemuanya mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing, dan sampai setakat inipun belumlah sesuatu pendapat yang boleh menjadi pegangan atau dipercayai kebenarannya kepada semua orang, tentang asal-usul keris tersebut. Mudah-mudahan di suatu ketika nanti kesemuanya akan lebih jelas lagi dan mendapatkan bukti-bukti yang tepat.




More aboutSELINTAS SEJARAH KERIS

K E R I S

Attayaya Butang Emas on 2010-01-01

Keris sebagai senjatanya orang Melayu

Keris adalah sejenis senjata milik orang Melayu secara turun temurun yang telah digunakan sejak lebih dari 600 tahun yang lalu. Diantara semua alat senjata milik orang Melayu, keris telah mendapat tempat yang sangat istimewa. Sebab, daripadanya dapat dijadikan lambang kemegahan tetapi juga menjadi lambang marwah kepada seorang laki-laki. Selain itu, keris bukan saja dapat digunakan untuk mempertahankan diri bahkan ianya menjadi kebanggaan budaya.

Jenis keris yang dianggap asli ialah Keris Majapahit (gambar 1) yang telah dipergunakan di tanah Jawa sebelum pertengahan kurun yang ke 14. Dan ianya dikatakan tidak digunakan sebagai senjata tetapi hanya sebagai azimat.

Suatu hal yang sangat menarik perhatian, kiranya dalam suatu penelitian dan kajian dijumpai sebuah senjata pendek sejenis keris dinegeri Vietnam (gambar 2) yang terbuat dari tembaga dengan ulunya bergambar orang dan bertarikh kira-kira 2000 tahun dahulu.

Sebagai senjata yang disanjung tinggi, maka ianya juga sangat berkaitan dengan yang namanya kesaktian ataupun kuasa yang istimewa pada sesuatu keris. Kononya Keris Laksamana Hang Tuah (Tameng Sari) boleh keluar sendiri daripada sarungnya dan terbang ke udara, seakan-akan mempunyai kuasa atau kesaktian untuk mengejar musuhnya. Terdapat pula sebuah cerita, sebelum perang dunia kedua, ketika diadakan pameran keris di sesuatu negeri, tiba-tiba pada suatu malam, salah satu keris yang ada di dalam peti keluar dengan sendirinya untuk membunuh musuhnya dan setelah selesai membersihkan bekas darah mangsanya bekas tikaman yang terlekat pada mata keris, maka keris itupun pulanglah ke tempatnya semula sebelum hari siang.

Konon ada juga terdapat kepercayaan yang mengatakan bahwa ada sebilah keris sakti yang boleh membunuh musuhnya hanya dengan menikam bekas tapak kaki orang yang dimaksudkan. Kemudiannya keris juga dipercayai boleh memindahkan api dari sebuah rumah yang sedang terbakar kepada tempat lain dengan mengarahkan ujung keris di tempat rumah terbakar itu ke tempat yang lain. Dan banyaklah cerita-cerita yang lain tentang kesaktian sebilah keris.

Berikutnya akan dapat diketahui beberapa bahagian dari sebilah keris itu dengan nama-namanya sekalian (gambar 3a, b, c) seperti berikut ini :

1. Mata Keris.
Mata pada sebuah senjata mempunyai dua arti. Yang pertama ialah bahan yang meliputi pada seluruh badan senjata itu dan yang keduanya ialah tepi mata yang tajam yang terdapat pada kedua-dua tepi badan matanya, umpamanya seperti yang kita lihat pada senjata yang bernama Tumbuk Lada ataupun Rencong Aceh hanya mempunyai satu tepi mata yang tajam.

Panjang atau lebarnya mata sebilah keris itu tergantung kepada bentuk-jenisnya. Setelah dilakukan penelitian bahwasannya pada sebilah keris itu mempunyai mata keris yang beragam dan tak sama ukuran panjang dan lebarnya. Hal yang sedemikian dapat kita lihat pada jenis hingga 10 13/16 inci. Sedangkan lebarnya antara 7/16 hingga ¾ inci. Adapun jenis kering yang biasa (gambar 4), panjangnya di antara 8 15/16 hingga 15 ½ inci. Lebarnya antara ¼ hingga 1 3/16 inci. Jenis Keris Panjang (gambar 5), panjangnya diantara 18 hingga 25 inci. Lebarnya di antara 11/16 hingga 15/16 inci.

Bagian-bagian dari keris :
- Putting keris
- Kepala cicak
- Leher keris
- Perut keris
- Sepit Rotan
- Dagu keris
- Ekor keris
- Kepit
- Aring
- Ganja
- Janggut
- Lambai Gajah
- Belalai Gajah
- Kambing Kacang
- Rigi
- Gandik
- Tulang keris
- Mata keris
- Pamo(u)r
- Ujung keris (tuntong keris)

Nama-nama bahagian ulu dan sarung keris
- Sampir
- Batir-batir
- Batang
- Tuli-tuli
- Buntut

Sedangkan jenis keris Sundang (gambar 6) sejenis keris yang dipergunakan sebagai senjata untuk menetak dan melibas dan bukan untuk menikam panjangnya di antara 18 5/8 hingga 24 ½ inci. Lebarnya di antara 1 3/8 hingga 1 11/16 inci. Mata sebilah keris ada yang lurus dan ada pula yang ber-lok dan jumlah bilangan lok-lok yang terdapat pada sebilah keris adalah dalam bilangan ganjil dan belum pernah ditemui lok-lok mata keris yang genap bilangannya. Konon menurut ceritanya adapula mata keris yang bilangan loknya sampai 31 dan 47 lok.

Menurut para cerdik-pandai dibidang perkerisan mengatakan, bahwa keris yang ber-lok boleh memberikan kecederaan yang lebih menggerunkan daripada sebuah tikaman keris yang lurus.

Mengikut kepada teori G. B. Gardner (pada tahun 1936) bahwa keris-keris yang asal mempunyai mata yang lurus dan juga lok-lok yang terdapat pada mata keris meniru dari senjata-senjata orang India yang terbuat dari tanduk kambing gurun. Sebenarnya tidak semua teori tersebut benar adanya. Kalau berkenaan mata yang lurus mungkin boleh diterima, tetapi kalau berkenaan dengan lok? Akan bisa dilihat perbedaannya, sebab tanduk kambing gurun berbentuk seperti pemulas yang bergelung (Gambar 7). Sedangkan lok itu walaupun berkelok juga tapi mata keris (Gambar 8) sama rata tebal dan tipisnya.

Adapun cara menghitung lok di mata keris adalah dengan mendahulukan bahagian berlok berselang-selang pada kedua belah mata keris mulai dari lok yang terletak di sebelah bahagian dagu ganja kemudian di sebelah bahagian aring, dan seterusnya. Jikalau keris itu hanya sekelok saja maka keris itu diperkatakan dengan keris berlok tiga. Beberapa nama keris dapat juga diperkatakan berdasarkan jumlah lok pada mata keris, umpamanya:
1. Keris Sapukal yaitu keris yang lurus saja (tidak berkelok).
2. Keris Sempana yaitu keris mempunyai 3, 5, 7 lok.
3. Keris Cerita yaitu keris yang mempunyai 9 sampai 15 lok.
4. Keris Rantai atau Keris Lemona yaitu keris yang memiliki 19 lok atau lebih.

Mata keris ada yang berpamor dan ada pula yang licin. Jika ianya berpamor, keris itu dinamakan Keris Berpamor dan yang licin dikenal dengan nama Keris Melela. Kebanyakannya keris-keris yang ada di tanah Melayu adalah keris berpamor.

Adapun yang dimaksud dengan keris berpamor adalah sebilah keris yang diperbuat atau di tempa oleh seorang pembuat keris (empu), dengan memadukan beberapa lapisan jenis logam besi dan nikel yang bentuknya lebih lebar daripada besi yang lain. Tepi- tepi keping besi yang lebar itu akan menjadi tepi-tepi mata keris dan apabila jenis-jenis lapisan ini ditempa ia akan mengeluarkan pamor yang halus dan cantik.

Mengikut kepada kepercayaan orang-orang Melayu, sebilah keris haruslah diperbuat atau ditempa sekurang-kurangnya terdiri dari 2 jenis besi yang berlainan. Dan jika berkehendakkan jenis keris yang lebih baik hendaklah ditempa dari 7 jenis besi. Konon, Keris Laksamana Hang Tuah telah ditempa dengan menggunakan 20 jenis besi yang diambil dari beberapa tempat.

Mata keris yang mempunyai lok-lok yang panjang, biasanya mengerjakannnya mulai dari bahagian pangkalnya berselang-selang di atas landasan setelah bahagian tersebut dipanaskan. Sedangkan mata keris yang lok-loknya pendek mengerjakannya dengan cara dikikir. Lazimnya hanya kepada mata keris Melela yang dikikir, sedangkan jika keris berpamor jika dikikir akan merusakkan kecantikan di mata keris itu.

2. Puting Keris
Puting keris juga biasa disebut dengan paksi ataupun tangkai, dan puting itu hendaklah diperbuat menyatu dengan mata keris yang dipasangkan ke dalam ulu keris.

3. Ganja Keris
Adalah sekeping besi yang mempunyai sebuah lubang untuk dipasangkan kepada puting keris. Pada satu bahagian ujung ganja bentuknya tebal serta tumpul dan bahagian yang lain meruncing serta berbentuk tipis. Ganja Keris biasanya dibuat dari bahan yang berlainan. Ada juga yang dibuat menyatu (seiras) dengan matanya, dan biasanya keris yang sedemikian disebut keris ganja seiras. Jikalau ganja dan matanya dibuat berasingan ianya dinamakan Keris Ganja Menumpang.

4. Dagu Keris
Adapun yang dimaksud dengan dagu keris adalah bahagian luar dari muka ganja.

5. Kepala Cecak
Jikalau kita perhatikan bentuk ganja keris dari bahagian atasnya, ternyata ianya mirip dengan bentuk seekor cecak (gambar 9). Bahagian yang terletak di ujung ganja keris itulah yang disebut kepala cecak.

6. Leher Keris
Leher keris terletak dibahagian yang cengkek di bawah kepala cecak.

7. Perut Keris
Bahagian perut keris paling mudah untuk dilihat, karena ia bahagian yang babor di bawah leher keris.

8. Sepit Rotan
Sepit Rotan pada keris terletak di bagian yang cengkek di bawah perut keris.

9. Ekor Keris
Sedangkan yang disebut ekor keris adalah bahagian yang berada di sepit rotan.

10. Kepit Keris
Kepit bahagian yang memotong dan berbentuk tipis berada di ujung ganja keris.

11. Aring Keris
Ialah kerawang-kerawang yang terdapat di ujung belakang ganja keris. Sebilah keris yang mempunyai ganja keris yang berkerawang, keris itu dinamakan keris ganja rawan atau keris ganja kerrawang.

12. Gandik Keris
Sedangkan yang disebut dengan gandik keris adalah bahagian yang terletak sangat dekat dibahagian dagu ganja.

13. Kambing Kacang
Kambing kacang atau disebut juga dengan awak merupakan bahagian kempum yang terletak di tengah-tengah kedua belah pangkal mata keris dan dekat dengan ganja.

14. Belalai Gajah
Belalai gajah atau disebut juga dengan kuku alang, adalah puting yang melengkung mengarah ke atas dagu ganja. Tersebutlah di sebuah museum (Musium Negara, Malaysia) mempunyai sebilah keris ( Gambar 10) yang memiliki belalai gajah terletak lebih kurang 2/3 dari bahagian pangkal matanya dan tidak berdekatan dengan dagunya.

15. Lambai Gajah
Ada juga yang menyebutnya sebagai Lidah Tiung, yaitu puting yang tajam dan terletak di ujung lengkong belalai gajah.

16. Rigi Keris
Bahagian yang bergigi atau bergerigi seperti sebesar sekira-kira ujung beras.

17. Janggut Keris
Kerawang-kerawang yang terletak di bawah aring dan belalai gajah.

18. Tulang Keris
Adalah garisan timbul, kadang-kadang terdapat di tengah-tengah kedua belah mata keris.

19. Ujung Keris
Adalah bahagian di ujung keris yang bentuknya runcing.

20. Tuntung Keris
Merupakan bahagian dari ujung keris yang paling ujung dan tajam.

21. Ulu Keris
Selain daripada jenis-jenis keris yang mempunyai ulu dan mata yang menyatu seperti Keris Majapahit dan Keris Picit (gambar 11) kesemua jenis-jenis keris yang lain mempunyai ulu yang biasanya diperbuat daripada kayu, tanduk, gading ataupun tulang.

Kayu yang dipilih untuk membuat ulu keris selalunya diambil dari kayu yang baik dan cantik, seperti kayu kemuning. Ulu yang diperbuat dari kayu adalakanya juga diseliputi dengan logam, seperti perak atau tembaga. Biasanya ulu keris yang terbuat dari emas adalah milik raja-raja atau kerabat diraja.

Sultan Muhammad Syah (abad 15) pernah mengisytiharkan bahwa hanya kerabat-kerabat diraja saja yang boleh menggunakan keris yang berulukan emas. Keris berulukan dikenal dengan nama keris ulu kencana, Keris Harubi, Keris Merubi ataupun Keris Bawang Sebongkol.

Oleh karena keris digunakan sebagai senjata untuk menikam maka ulunya dibentuk sedemikian rupa yang tidak mudah terlepas dari genggaman tangan. Cara untuk memasukkan mata keris dipasangkan pada ulunya ialah dengan memasukkan puting keris ke dalam lobang yang telah disediakan kemudian diperkuatkan lagi dengan menuang jabong untuk menutupi rongga-rongga lobang tersebut. Itulah sebabnya maka ulu-ulu keris dibentuk dengan keadaan sedikit bengkok.

Biasanya pada ulu keris terdapat ukiran-ukiran yang berbagai rupa yang mengikut kepada kemauan pembuat atau pemesannnya. Ukiran-ukiran di ulu keris juga mengikut kepada kepercayaan agama. Sebelum kedatangan agama Islam, yaitu semasa Hindu biasanya dibentuk menyerupai dewa-dewa Hindu seperti yang terdapat di Jawa dan Bali. Tetapi kemudiannya setelah agama Islam masuk ke nusantara bentuk tersebut telah berubah menjadi bentuk yang dikenali sebagai Jawa Demam (Gambar 3 b).

22. Pendongkok Keris
Ada juga yang menyebutnya dengan penongkok, dokok, dongkok, dulang-dulang keris ataupun memendak. Pendongkok yaitu sebentuk cincin berbentuk seperti tampik bunga yang dipasangkan pada pangkal ulu sebagai perhiasan kepada ulu keris. Pendongkok keris ini boleh diperbuat daripada perak (gambar 12 a) atau dari tembaga (gambar 12 b, c) dan biasanya berukir bunga.
Ada juga pendongkok dari tembaga yang dihiasi dengan bentuk bunga dawai pintal dan ada yang bertatahkan batu permata yang melekat begitu kuat oleh gandar-gandar pendongkok (gambar 12 d)

SARUNG KERIS
Sempurnanya sebilah keris jika ianya bersarung, oleh karenanya keris haruslah mempunyai sebuah sarung keris. Sedangkan sarung keris itu sendiri memiliki tiga bahagian tertentu yang disebut, Sampir, Batang dan Buntut.

23. Sampir
Ialah bahagian yang lebar serta tebal dan mempunyai bentuk jalur bujur sangkar (Gambar 13) dan jalur bulat (Gambar 14) yang terletak melintang secara miring pada bahagian atas sarung keris. Sampir diperbuat dari kayu yang keras dan cantik seperti kayu kemuning dan ada kalanya diperbuat dari gading.

Mulut sampir ditebuk untuk menyarungkan bahagian pangkal mata keris, itu sebabnya bentuk sampir selalu mengikut akan keadaan ganja sesebilah keris, yaitu miring ke atas pada sebelah aringnya. Kecuali pada sampir keris-keris Bali (Gambar 15) biasanya sampir-sampir keris ini tidak diukir. Ada kalanya sampir dibalut pula dengan perak yang berukir ukir-ukiran bunga.

24. Batang
Batang sarung keris berbentuk panjang lurus dan ada yang meruncing sedikit, kesebelah bahagian ujungnya. Bahan batang sarung keris juga diperbuat dari kayu atau gading. Biasanya kayu yang digunakan adalah kayu sena (sene) dan ada juga terbuat dari kayu kemuning.

Sebuah kayu yang akan dibuat untuk batang keris dibuat sedemikian rupa, kemudian dibelah sama besar. Setiap sekepingnya ditebuk atau dikorek (dikikis) sehingga beralut yang memungkinkan sebilah mata keris dapat masuk dan pas. Kemudian kedua keeping kayu yang telah dikikis itu dicantumkan (gabung) yang diperkokohkan dengan jabung (sejenis bahan perekat). Tetapi kalau batang keris itu terbuat dari gading, ianya tidak dibelah melainkan di korek sehingga mendapat bentuk torak bagi menyarungkan mata keris ke dalamnya.

Untuk menguatkan lagi cantuman (gabungan kayu yang dibelah) itu biasanya dipasangkan pula dengan simpai-simpai rotan ataupun gelang logam. Ini bukan saja menguatkan cantuman batang keris tetapi boleh menjadi perhiasan kepada batang keris itu sendiri.

Kemudian sarung keris (batang) dipasangkan pada sampir menerusi sepasang lidah yang disediakan pada batangnya (Gambar 16) dan dikuatkan dengan jabong.

25. Buntut
Buntut dari sarung keris juga diperbuat dari kayu, tulang, tanduk atau gading bahkan juga terbuat dari logam. Buntut sarung keris mempunyai empat jenis bentuk yang berlainan, yaitu:
a. Bulat Tempurung (gambar 17a)
b. Bujur Sirih (gambar 17 b)
c. Bujur Sangkar (gambar 17 c)
d. Mata Kapak (gambar 17 d)

Biasanya ada semacam kecenderungan sampir yang berbentuk seakan-akan bujur sangkar, maka bentuk buntutnya juga seperti bujur sangkar (gambar 18). Sebaliknya apabila sampir keris mempunyai bentuk jalur bulat maka buntutnya berbentuk bujur sirih ataupun bulat tempurung (gambar 19). Bagi buntut yang berbentuk mata kapak pula ianya hanya terdapat pada sarung keris bentuk jalur bujur sangkar dan tidak selalu buntut itu dibuat dari gading atau logam. Kecuali pada buntut berbentuk mata kapak. Bahwa apabila buntut keris berbentuk bulat tempurung ataupun bujur sirih disalut dengan logam pada bahagian batang sarung keris. Maka bentuk buntutnya bertukar kepada bentuk bujur sangkar.

Kalau seandainya pada bahagian bawah sarung keris (termasuk buntut) diseliputi dengan emas maka keris ini dinamakan keris pendok. Sebaliknya apabila pada keseluruhan batangnya (termasuk buntut) bersalut dengan emas, maka keris itu dinamakan dengan Keris Terapang. Tetapi apabila seluruh sarung disalut dengan emas maka ia dinamakan Keris Terapang Gabus.

26. Tuli-Tuli
Ada juga terdapat susunan bergelung pada batang sarung keris yang dibuat daripada tali benang emas. Ini dinamakan tuli-tuli yang kegunaannya ialah untuk mengikat sarung keris kepada tali pinggang si pemakaiannya. Biasanya tuli-tuli hanya terdapat pada sarung keris pendok ataupun batang keris yang tidak berselaput sesuatu logam.

27. Batir-batir
Tuli-tuli dipasangkan kepada sebuah butang emas ataupun perak yang dinamakan batir-batir.

CINCIN MELAWAN
Jika ujung keris itu terutama kepada keris yang memiliki ulu yang pendek, terhentak kepada tulang anggota mangsanya, biasanya jari-jari sipemakainya akan terlucut (lepas) daripada pegangan dan boleh terhentak kepada bahagian ujung aring keris, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 20. a dan 20. b. Hal yang sedemikian boleh membuat jari-jari si pemakainya terluka.

Oleh karenanya untuk mengelakkan kejadian yang tiada diinginkan oleh sipemakainya, maka keris tersebut dipasangkan sebuah cincin pada jarinya dan ianya berbentuk tebal pada bahagian badannya. Menurut G.B. Gardner cincin ini dinamakan Cincin Melawan ataupun Cincin Pancar Kenyang. Akan tetapi di dalam kamus R. J Wilkinson ianya diketahui dengan mana Cincin Pacat Kenyang dan bukannya Cincin Pancar Kenyang.






More aboutK E R I S