8. Tarian Melayu (Sejarah) : Mari Menari Melayu

Attayaya Butang Emas on 2011-05-29

4. Mari Menari Melayu

Di dalam tarian hendaklah diperhatikan beberapa hal yang dianggap penting, yaitu:
  • Tandak, gerakan-gerakan kaki yang melangkah, melompat, berjengket dan lain sebagainya.
  • Igal, menekankan kepada gerakan tangan dan badan.
  • Liuk, gerkan menundukkan menganyunkan badan.
  • Lenggang, berjalan sambil menggerakkan tangan.
Istilah lainnya dalam tarian Melayu, antara lain:
  • Titi batang, berjalan dalam satu garis bagai meniti batang.
  • Gentam, menari sambil menghentakkan tumt kaki.
  • Cicing, menari sambil berlari kecil.
  • Ngebeng, memiringkan sebelah bahu sambil mengiri penari perempuan, seperti seekor ayam jago dengan betinanya.
  • Sentak, lari seakan menerkam lawannya menari, tetapi begitu dekat ia berhenti.
  • Legar, menari sambil berkeliling 180 derajat.
  • Kuak, membuka lebar rentangan tangan ke samping atau menutup.
  • Gemulai, menggemulaikan tangan dan jari dalam tarian.
  • Singsing, menyingsing kain sedikit saja.
  • Mengepat, menari sambil menyeret kaki,
  • Kuda-kuda, berdiri sambil menekuk lutut.

Lagu Melayu dan tarian boleh dikatakan sebagai jalinan cinta mesra dari sepasang kekasih yang tak dapat dipisahkan, hal yang sedemikian juga terlihat dalam tarian dan lagu Melayu. Pembukaan tari hiburan di dalam joget adalah D(e)ondang Sayang yang dianggap sebagai “Bismillah Lagu” atau bundanya lagu Melayu.

Lagu “Kuala Deli” gubahan Tengku Cubit, sebenarnya berasal dari tari Ayoyo Megeni dengan tempo cepat 2/4, dibuang refreinnya lalu diberinya tempo lambat 4/4 dengan pantun:

Kuala deli airnya tenang,
Tempat bermandi si anak dara,
Tempat jatuh lagi dikenang,
Inikan pula tempat berdua.

Kuala deli airnya biru,
Disitu tempat ikan berenang,
Lagi sekampung menanggung rindu,
Kononlah pula dirantau orang.

Tari Lagu Dua ( Lagu Menari), berirama agak cepat dan gembira yang dinyanyikan dengan pantun jenaka, seperti:

Tanjung Katung pantainya lebar,
Bunga selasih terbang melayang.
Mata memandang darah berdebar,
Terbitlah kasih dengan sayang.

Kiri jalan kanan pun jalan,
Di tengah tumbuh pohon kemiri.
Kirim jangan pesanpun jangan,
Kalau rindu datang sendiri.

Lagu dan Tari Mak Inang. Tariannya juga tari berjalan, langkah kaki disesuaikan dengan tokok lagu. Nama Mak Inang dalam lagu ini diberikan kepada seorang wanita pengasuh yang biasanya sudah setengah baya yang mengepalai sejumlah dayang-dayang yang juga penari istana.

Pada akhir abad ke 19, tempo lagu tersebut menjadi sangat terkenal di kalangan masayarakat, sehingga lahirlah corak baru yang lebih cepat lagi, dan ditarikan memakai sapu tangan atau selendang, yang kemudian terkenal dengan “Lagu dan Tarik Cek Minah Sayang”. Ianya mempunyai sekira 12 gerak tari memakai sapu tangan.

Selain lagu dan tari Cek Minah Sayang, dikenal juga sebuah lagu dengan tarian yang bernama “Pulau Sari”, “Terancang” yang kemudiannya terkenal dengan “Tari Serampang Dua Belas”. Irama tari ini digandakan kecepatannya 2/4 sehingga kononnya tidak pernah diiringi dengan nyanyian.

Selain itu tarian ini lebih mengutamakan lirikan mata, gerakkan kaki yang melompat, badan serta tangan yang lincah. Tarian ini menurut para pengamat tari, banyak dipengaruhi gaya tarian Portugis. Kemudiannya, karena tari ini kurang beraturan, oleh seorang guru tari yang bernama Sauti dari Perbaungan untuk menciptakan sebuah tarian dengan 12 ragam tari yang kemudian disebutnya “Serampang Dua Belas”. Tarian ini ditampilkan untuk pertama kali pada tanggal 9 April 1983 di Medan.

Tari “Serampang Dua Belas”, mempunyai 12 ragam, yaitu:
• Ragam Permulaan, maknanya pertemuan pertama.
• Ragam berjalan, mempunyai makna cinta meresap.
• Ragam Pusing Tari, artinya memendam rasa.
• Ragam Gila Kepayang, artinya mabuk kepayang.
• Ragam Jalan bersifat, artinya isyarat tanda-tanda cinta.
• Ragam Gencat-gencat, artinya balasan isyarat.
• Ragam Sebelah Kaki, artinya menduga
• Ragam Melonjak, artinya masih belum percaya.
• Ragam Meloncat, artinya memberi jawaban.
• Ragam datang-mendatangi, artinya pinangan dilakukan.
• Ragam Rupa-rupa, artinya mengantar pengantin bersanding.
• Ragam Saputangan, artinya pertemuan kasih mesra.

Tarian Melayu yang mendapat pengaruh paling kuat dari Timur Tengah adalah Dzikir Barat, Barodah (Haderah), Zapin dan beberapa tarian lainya. Lazimnya alat music yang digunakan adalah music rebana besar yang dipukul beramai-ramai, pemainnya semua laki-laki yang dipimpin oleh seorang “syekh”, menyanyikan syair yang memuji Kebesaran Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Syair-syair tersebut biasanya dengan bahasa Arab, dan diikuti oleh peserta. Peserta yang tidak memukul gendang rebana, menggerakkan tangan dan jari sesuai irama dengan figura tertentu, lalu kepala dan badan sambil duduk di merengkan.

Ada juga langkah-langkahnya seperti: Sollu rabbuna, ya haiya ya Qayyum, ya latif dan lain-lain. Jenis ini biasanya disebut “music Kaum Sufi” yang mendapat pengaruh dari Persia. Sebenarnya music ini dipakai untuk mengiringi zikir sampai mencapai bentuk “Seluk”. Sedangkan cara menarikan haderah (barodah) ialah duduk dan berdiri dalam satu barisan yang panjang dengan berpakaian yang serupa pakaian Melayu. Pemain music ialah pemain Tar (rebana). Kompang (rebana kecil) dan Gendang Melayu. Barisan penari dan pemusik berhadapan.

Cara memukul rebana itu dengan bernomor yaitu yang tengah pukulannya nomor satu, dinamakan Kepala Tukang Lagu. Nomor dua di sebelah kanan disebut Tukan Apit Kanan dan nomor tiga disebut Tukan Apit Kiri. Ketiga-tiganya bersahutan tetapi bersesuaian. Mereka bermain, menari sambil berzikir.

Untuk tari yang bernama Zapin, boleh dikatakan tari yang berasal dari tanah Arab ini begitu kuat melekat dalam kehidupan masyarakat Melayu, demikianpun halnya di Kepulauan Riau. Adapun menurut ceritanya Zapin lahir pada tahun Ke 6 terjadinya gencatan senjata antara orang-orang Islam dan orang Kafir di Mekah. Suatu ketika pada saat Nabi hijerah ke Madina, anak puteri Saidina Hamzah ingin ikut, tetapi dari pihak Nabi berkeberatan, karena mengingat akan perjanjian tentang pelarian orang-orang Mekkah harus dikembalikan. Akan tetapi jika puteri Saidina Hamzah tidak ikut bersama, siapa yang harus menjaga puteri tersebut sebagai walinya? Kemudian Nabi Muhammad menunjuk Ja’far untuk menjadi wali, dan dengan girangnya Ja’far karena mendapat tugas iapun menari-nari mengangkat kaki bersama Saidina Ali.

Demikianlah ceritanya, yang kemudian menjadi asal muasal dari Tari Zapin yang terus berkembang. Cerita tersebut diperdapat dari Hamzah Ahmed. (Majalah “Tempo” No. 44 tanggal 29 Desember 1984, halaman 71) adapun alat music yang dipakai pada music atau untuk tari zapin ini adalah sebuah gitar yang disebut “Oudh” (gitar Arab dengan 7 tali dan 4 nada) atau dikenal dengan namanya Gambus. Kemudian 2 atau 3 buah gendang yang disebut “Marwas”, yang dimainkan dengan sebelah tangan, sedang tangan yang lain memegangnya. Belakangan alat music yang bernama Marwas ini, dipergunakan sampai lebih dari 3 buah gendang Marwas. Alat gendang Marwas ini dipukul secara bersahut-sahutan (ningkah), kemudian sebuah biola atau harmonium untuk melodi.

Dahulunya tarian Zapin ini hanya dimainkan oleh kaum lelaki saja, terkenallah pada masa itu gerak tariannya yang dikenal “Anak Ayam Patah Sembilan”, langkah serong, langkah elang bertetak, loncat belanak, lingkar rotan dan lain-lain.

Ragam tari Zapin ini, konon yang asal ialah
  • Alip
  • Alip sembah satu dan dua (Sut 1, 2, 3).
  • Bungan alip (Sut manis).
  • Bungan Alip Pusing satu dan dua (Pecah lapan pusing 1 dan 2).
  • Pusing tengah satu dan dua (Pecah lapan sut).
  • Pusing salib jadi (Tongkah 1, 2 dan 3).
  • Pusing ujung pangkal satu dan dua (Catuk).
  • Siku keluang (Geliat).
  • Siku keluang beranak (Anak ayam patah satu dan dua).
  • Siku keluang sut (Seribut, Sembah, Mata Angin, Minta tahto atau gerak persembahan).

Gerak tari Zapin pada garis besarnya terbagi 5 yaitu:
  1. Gerak lurus saja dan mundur (alif)
  2. Gerak berpusing pada lingkaran.
  3. Gerak zig-zag (siku-siku)
  4. Gerak tahtim/ tahtum/ tahto ( pada penutup)
  5. Gerak sembah (pada pembukaan).

Kemudiannya masih ada beberapa ragam lainnya, seperti Gerak Jus, Gerak Enjit-enjit, Gerak Titi Batang maju mundur, Gerak Pusing Serong, Gerak anak ayam patah Sembilan dan lain-lainnya. Sedangkan pola lantainya yang paling banyak adalah pada kaki, sedangakan gerak tangan lebih hanya kepada perimbangan saja.

Tempo Zapin pada umumnya tanda sukat 4/4 dengan tangga nada diantonis kebanyakan nada minor harmonis. Tempo lagu umumnya berjiwa riang dan gembira. Biasanya dinamika yang dipakai mula-mula menggunakan sedang kerasnya (mezzoforte), lalu berangsur nyaring (crescendo), lalu nyaring sekali (fortissimo) serta tekanan yang mendadak (phraso-phraso) dalam ungkapan tertentu. Maka kemudiannya semakin berkembanglah berpanjang-panjang, hingga sampai merata di berbagai negeri Melayu berkenaan dengan Zapin ini.

Hatta sebelum menutup tentang warisan tarian Melayu, berikut ini hendak diketengahkan tentang sebuah tarian yang bernama “Tarian Persembahan” (Tari Makan Sirih), karena tarian ini selalu diperbuat pada saat menerima tamu. Tarian ini ditata oleh seorang budayawan dan seniman Mochtar Zam.