7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Gunung Banang

Attayaya Butang Emas on 2010-04-28

GUNUNG BANANG

Selat Melaka lautnya pun tenang
Haiii lautnya pun tenang
Disitulah banyak berlabuh perahu Bugis
Haiii perahu Bugis






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Gunung Banang

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Jalak Lenteng

Attayaya Butang Emas on 2010-04-26

JALAK LENTENG

Pukul gendang kulit biawak
Sedikit tidak... sedikit tidak berdentum lagi hai berdentum lagi
Kemana untung ... kemana untung hendak kubawa
Sedikit tidak... sedikit tidak beruntunglah lagi

Sakit sungguh kena jelatang
Sakit tak boleh... Sakit tak boleh kubawa mandi hai kubawa mandi
Sakitlah sungguh ... sakitlah sungguh hidup menumpang
Sakit tak boleh... sakit tak boleh kehendak hati






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Jalak Lenteng

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mas Mirah

Attayaya Butang Emas on 2010-04-24

MAS MIRAH

Anaklah burung terbangnya malam
Terbangnya hinggap di pohonnya lalang
Hatiku sedih merindulah dendam
Orang kunanti aduhai Mas Mirah tak kunjunglah datang

Tinggi gunung biar kudaki
Asalkan jangan di waktu subuh
Kering lautan biarlah kuganti
Asalkan tuan, berhatilah sungguh






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mas Mirah

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mega Mendung

Attayaya Butang Emas on 2010-04-22

MEGA MENDUNG

Mendung si mega mendung
Mendung datang dari utara
Mendunglah datang
Mendunglah datang dari utara
Termenung jangan termenung sayang
Kalau termenung rusak binasa







More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Mega Mendung

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Selendang Delime

Attayaya Butang Emas on 2010-04-20

SELENDANG DELIME

Dengarlah tuan kami syairkan
Selendang Delime nama syairnya
Umpat dan keji jangan amalkan
Supaya s'lamat dunia akhirat






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Selendang Delime

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Musalmah

Attayaya Butang Emas on 2010-04-18

MUSALMAH

Ahaaaaiiii... sayang Musalmah
Sayang Musalmah memakai sanggul
Ahaaaiii... turun ke sawah
Turun ke sawah menanam padi

Ahaiii... turun ke sawah
turun ke sawah menanam padi
ahaaaiii... hendak dijual
Hendak dijual ke Pekan Lama

Emas sekoyan dapat kupikul
Aku tak sanggup menanggung budi
Emas sekoyan dapat kupikul
Aku tak sanggup menanggung budi

Jangan selalu menanggung pilu
Keraplah kali jadi bencana
Jangan selalu menanggung budi
Keraplah kali jadi bencana






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Musalmah

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Pulut Hitam

Attayaya Butang Emas on 2010-04-16

PULUT HITAM

Pulutlah hitam 2x
Makan berkuah 2x
Makan bersama 2x
Dalam perahu 2x

Patutlah sudah patutlah susah
Hatiku resah 2x
Sama bersama 2x
Menahan rindu 2x






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Pulut Hitam

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Bukit Timbalan

Attayaya Butang Emas on 2010-04-14

BUKIT TIMBALAN
Gazal

Lemah tulangku menanam padi
Nenas juga di ladang orang
Lemah tulangku menanam budi
Emas juga dipandang orang






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Bukit Timbalan

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Anak Kala

Attayaya Butang Emas on 2010-04-12

ANAK KALA

Raden Ayu bagus mimpinya
Raden Ayu bagus mimpinya
Bagus memotong lenganlah baju
Bagus memotong lenganlah baju

Jika kayu sama tingginya
Jika kayu sama tingginya
Bagaimana angin hendak lalu
Bagaimana angin hendak lalu





More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Anak Kala

7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Cecah Inai

Attayaya Butang Emas on 2010-04-10

Cecah Inai


Tetawak di palu langkah dibuka
Mengikut gendanglah sayang ledang
Bertabur dengan hai si beras kunyit
Pertanda mempelai datang

Tetawak di palu langkah dibuka
Mengikut gendanglah sayang ledang
Bertabur dengan hai si beras kunyit
Pertanda mempelai datang






More about7. Musik dan Nyanyian : Lirik Lagu Melayu Cecah Inai

7. Musik dan Nyanyian : Lagu-lagu Melayu

Attayaya Butang Emas on 2010-04-08

LAGU-LAGU MELAYU

Pada awal lagu-lagu Melayu memang lebih banyak dipergunakan sebagai kelengkapan dari teater tradisional yang ada, juga sebagai pengiring dalam tarian (joget), termasuk juga dalam suatu upacara tertentu. Artinya, lagu Melayu belum berdiri sendiri sebagaimana yang dikenal sekarang.

Sesuai dengan perkembangan dan perjalanan waktu. Barulah lagu-lagu Melayu itu dimasukkan dalam aturan seni suara (vocal). Dan sejak itu banyaklah lagu-lagu yang diperbuat khusus untuk disenandungkan. Tidak lagi hanya sebagai lagu-lagu yang hanya merupakan bahagian kelengkapan sesuatu acara, seperti teater tradisional, tarian (joget) dan upacara tertentu, melainkan juga lagu-lagu yang diperbuat dalam permainan kanak-kanak, untuk menidurkan anak (mendodoi) bahkan lagu-lagu tersebut banyak diperbuat sebagai penyampai rasa (jiwa) pencipta atau penggubahnya, baik dalam mengenang nasib sampai kepada dunia percintaan. Bahkan kemudiannya sebagai penyampai sesuatu misi kepentingan.

Dalam lagu-lagu Melayu juga dikenal dengan berbagai rentak, seperti rentak Joget, Inang, Asli, Langgam dan Zapin. Tetapi sebuah lagu yang dianggap sebagai bundanya lagu Melayu adalah Lagu Do(e)ndang Sayang. Berikut ini hendaklah disajikan beberapa buah lagu Melayu yang terkenal tidak hanya disalah satu kawasan atau negeri Melayu saja, melainkan di berbagai negeri Melayu.

Lagu “Kuala Deli” gubahan Tengku Cubit, sebenarnya berasal dari tari Ayoyo Megeni dengan tempo cepat 2/4, dibuang refreinnya lalu diberinya tempo lambat 4/4 dengan pantun:

Kuala deli airnya tenang,
Tempat bermandi si anak dara,
Tempat jatuh lagi dikenang,
Inikan pula tempat berdua.

Kuala deli airnya biru,
Disitu tempat ikan berenang,
Lagi sekampung menanggung rindu,
Kononlah pula dirantau orang.




More about7. Musik dan Nyanyian : Lagu-lagu Melayu

7. Musik dan Nyanyian : Nobat DiRaja

Attayaya Butang Emas on 2010-04-06

NOBAT DIRAJA

Di antara alat-alat musik tradisional Melayu ada seperangkat alat musik Melayu yang disebut Angkatan Nobat Diraja, di mana alat-alat musiknya dianggap sakral dan lagu-lagunya tidak boleh dimainkan sembarangan, bahkan alat-alat musiknya tidak boleh dilangkahi dan pemain-pemainnya adalah orang-orang yang masih berketurunan untuk itu atau keluarga dari orang-orang yang telah di tunjuk untuk menjadi pemusik Nobat Diraja.

Sejak abad ke-13, raja-raja di Pasai sudah memakai musik nobat, dan beberapa kerajaan Melayu pada waktu dahulu yang memakai musik nobat adalah Kerajaan Riau-Johor-Lingga, Kerajaan Siak, Pelalawan, Kerajaan Panai, Bilah, Asahan, Kualuh dan Kota Pinang. Adapun di Kerajaan Riau, musik nobat adalah merupakan salah satu alat kebesaran (regalia) kerajaan. Tanpa musik nobat, tiadalah syah seorang raja itu dinobat tabalkan.

Sedangkan Nobat itu sendiri adalah bahasa Persia yaitu “nau” dan “bat”. “Nau” berarti Sembilan, sedangkan “bat” berarti alat musik (instrument). Maksudnya adalah 9 alat musik, karena jumlah alat musik nobat itu sendiri berjumlah Sembilan.

Alat-alat tersebut ialah :
  • Satu buah gendang besar yang disebut “Negara” (nekara, nahara, Negara) berkulit di satu sisi saja. Dalam bahasa Arab disebut “Naqarat”. Bahasa Turki “Kudum” dan India “Nakara”. Alat gendang ini dipukul dengan sebatang kayu.
  • Satu buah alat tiup seperti terompet yang disebut dengan nama “Nafiri” yang panjangnya kira-kira 33 inci.
  • Duah buah “Serunai” panjangnya 17 inci.
  • Dua buah gendang panjang yang 2 sisi kulitnya disebut “gendang Nobat” (20 inci).
  • Dua buah “kopok-kopok” atau semacam Kesi.
  • Satu buah “Gong Maha Guru” yang digantungkan di sebatang buloh untuk upah semangat.

Angkaran Nobat dimainkan ketika Raja akan ditabalkan atau Raja akan dimakamkan, atau Raja akan berangkat dalam suatu upacara resmi atau pada Hari Raya dan Pembukaan Puasa.

Pada masa kegemilangan kerajaan Riau-Johor, lagu-lagu nobat yang dimainkan adalah menurut peraturan yang dikeluarkan oleh Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Maka, siapa saja mendengarkan tiupan Nafiri hendaklah dengan serta merta duduk, seakan-akan Raja sendiri yang sedang berdiri dihadapannya. Setelah tidak terdengar tiupan, barulah boleh berjalan semula. Adapun yang boleh dibunyikan nobat ialah kepada Sultan, Yang Dipertuan Muda, Bendahara dan Temenggung saja (masing-masing 32 kali, 11, 9 dan 7 kali tiupan Nafiri).

Adapun lagu-lagu Nobat Sultan ialah:
  1. Lagu “Iskandar Syah Zulkarnain” (Lagu Ria yang diiringi dengan lagu perang), dimainkan ketika Raja berarak ke Balairungseri untuk ditabalkan.
  2. Lagu “Ibarahim Khalilullah”, lagu yang dimainkan ketika Raja ditabalkan dan Sitiadat Menjunjung Duli.
  3. Lagu “palu-palu”, ketika Raja bersiram tabal sesudah dipalu lagu “Perang”.
  4. Lagu “Sri Istana”, ketika Raja memakai pakaian kebesaran Kerajaan.
Menurut ceritanya, lagu dan adat istiadat ini diperoleh turun temurun sejak Raja Perempuan menobatkan Sri Tri Buana menjadi raja di Singapura (Tumasik). Menurut Hikayat Raja-Raja Pasai, lagu nobat yang datang dari tanah Arab melalui India (Malabar) ketika hendak menabalkan Merah Silu Raja Samudra Pasai bergelar Sultan Malik As-Saleh pada awal abad 13.


More about7. Musik dan Nyanyian : Nobat DiRaja

7. Musik dan Nyanyian : Jenis alat-alat musik Melayu yang lain

Attayaya Butang Emas on 2010-04-04

Jenis alat-alat musik Melayu yang lain

Suling bambu, Bansi (flute), Kecapi (sebangsa mandolin terbuat daripada kayu yang talinya 3 buah dengan dipetik), Canang (gong kecil), berbagai alat musik Nobat yaitu : Nafiri (terompet panjang), Nengkara, Gendang Nobat dan alat musik tradisional lainnya yang sudah jarang terlihat seperti Medali (suling dari gading) yang mulutnya pipih, ujungnya yang satu ditutupi, serdam (suling bambu pendek, mulutnya berlobang dan pipih). Bangsa yang berasal dari bahasa Sansekerta “Vamci”, adalah bambu panjang. Kemudian juga dikenal beberapa alat musik seperti gambus dan juga alat musik dari barat, seperti Arkodion, biola dan lainnya.

Syahdan hanya 3 alat musik istimewa yang khusus untuk raja-raja, yaitu: Nafiri, Lengkara, dan Nobat yang dimainkan ketika Raja berarak. Keistimewaan alat musik Nobat pada kerajaan Melayu tercermin juga pada tinggi rendahnya derajat negeri Melayu itu di dalam pergaulan dengan kerajaan atau suku bangsa lain.



More about7. Musik dan Nyanyian : Jenis alat-alat musik Melayu yang lain

7. Musik dan Nyanyian : Nama alat-alat Musik Melayu (Sejarah)

Attayaya Butang Emas on 2010-04-02

Nama alat-alat Musik Melayu :

1. Rebab

Termasuk alat musik kordofon (lute type) yang kegunaannya sebagai musik melody solo. Di jaman dahulu kala di Persia terdapat rebab bertali satu yang digunakan untuk mengiringi diklamasi yang disebut “rebab ul Shaer”.

Rebab berasal dari Timur Tengah, kemudian ke Persia dan India, barulah kemudiannya mencapai di kepulauan nusantara (Al-Farabi 870-950 M, di dalam bukunya “Kitab Al-Musiqi al Kabir”) pada abad 11 M, alat musik rebab telah dilukiskan pada dinding Candi Borobudur.

Perkataan rebab pada orang Arab adalah “rabab” yang disempurnakan dengan alat gesek, kemudian tersebar luas melalui Khalifah Islam di Cordoba (Spanyol) di abad ke 8 M. Lalu menyebar ke Eropah Barat sehingga berbentuk cello dan kemudian menjadi biola seperti yang diketahui sekarang. Melalui Turki dan Asia Tengah, ia masuk ke Persia, India, Tiongkok, kemudian ke Asia Tenggara.

Di Afganistan ia disebut “rubab”, tetapi dalam bahasa Persia disebut “rabab” yang artinya kumpulan alat-alat musik gesek. Sedangkan di India ada alat musik yang namanya “sarod” berasal dari rebab yang dibawa dari Timur Tengah.

Rebab mempunyai peranan yan tinggi, sebagaimana halnya biola di negeri Barat, demikian jugalah rebab di tanah Melayu. Penghormatan terhadap rebab dimungkinkan karena alat ini mempunyai keterkaitan dengan upacara yang bersifat gaib. Suara rebab dapat terdengar tinggi. Karena kedudukannya yang dianggap tinggi, rebab sering diukir dan dihias baik kepalanya (kecopong) maupun batangnya (shaft). Batang pinggang ramping dan biasanya terbuat dari kayu leban, panjang 3 kaki 6 inci, biasanya diukir dari ujung kepala sampai akhir batanya. Tali (dawai) rebab ada 3 dan 2 buah dimainkan sekaligus bersama-sama. Nadanya E, A dan E tinggi, ada juga G, D, A.

Gesekannya terbuat dari kayu yang diukir dan bercemara, kemudian dimainkan seperti menggesek cello. Batangnya memanjang melalui badannya yang disebut “tempurung” dan muncul lagi di bawah sebagai kakinya. Lebar di atas kira-kira 8 inci, yang dibawah 4 ½ inci dan tebalnya 2 inci, tempurung biasanya terbuat dari kulit kerbau. Ada juga yang disebut “susu” yang melengket pada kulit yang kegunaannya untuk menekan suara (resonance). Cemara untuk gesekan terbuat daripada ekor kerbau atau sabut kelapa. Pemain rebab meletakkan ibu jari kanannya di samping kepala gesekan dan jari ke 2 dan ke 3 dibawah, lalu jari ke 4 dan 5 mengeraskan tali. Tali gesekan dimainkan pada bagian atas tempurung. Belakang daripada rebab itu menghadap kepada pemainnya.

2. Gendang Panjang

Di India disebut “dhol”. Gendang panjang ini kedua sisinya ditutupi kulit. Selalu dimainkan dua buah, yang besar disebut “induk” dan yang agak kecil bentuknya disebut “anak”. Panjangnya rata-rata 21 inci terbuat darpada kayu merbau yang kerasa dan tahan lama. Atu sisinya lebih kecil daripada sisinya yang lain. Gendang anak kulitnya terbuat dari kulit kambing sedangkan gendang induk kulitnya terbuat dari kulit kerbau. Kulit yang terletak di kedua sisinya itu diikat dengan rotan yang dibelitkan.

Untuk memainkan gendang panjang ini diperlukan keahlian tangan dan jari-jari lincah, kecepatan, dan pandai meningkah menurut irama. Di dalam musik untuk mengiringi silat. Biasanya gendang panjang ini dipukul dengan buah rotan.

3. Gedombak

Gedombak dalam bahasa Arab disebut “darabuka”, di Turki menyebutkan “deblak”, di Siam menyebutkan “thon”, sedangkan di Persia menyebutnya “dompak”. Gendang ini berbentuk kerucut dengan kepalanya bulat besar di taruh kulit kambing, sedangkan ekornya terbuka guna utnuk mendengarkan suara dengan cara membuka dan mengatupkannya. Di beberapa negeri Melayu, gedombak ini hanya dipergunakan dalam musik Melayu utnuk Menora, Wayang Orang (Kelantan, Patani) tetapi di Serdang dan di Kepulauan Riau pernah juga dipakai dalam musik Makyong. Gedombak besar disebut “induk” dan yang kecil disebut “anak”.

4. Geduk

Geduk adalah jenis gendang yang dua sisinya berkulit, tetapi hanya satu sisi yang dimainkan, sedangkan sisinya yang lain diletakkan di bawah. Memainkannya dengan kayu pemukul (stick). Gendang induknya 15 inci besarnya dan gendang anaknya 12 inci dengan garis tengahnya 9 inci. Untuk memperkuat rotan pada pengikat kulitnya, ditambahkan lagi satu barisan ganda kayu. Geduk ini di pakai pada permulaan Wayang Kulit Melayu atau Makyong.

5. Gong

Gong termasuk di dalam golongan idiophone atau bahasa Sankritnya Ghana vadya. Gong sudah lama tercantum pada ukiran candi-candi di tanah Jawa Timur, tetapi tidak terdapat di candi-candi Jawa Tengah. Gong yang diperbuat dari perunggu ini, sudah dikenal lama baik melalui persuratan naskah-naskah maupun dalam ukiran di candi. Di Candi Kembar di Muara Jambi, dalam suatu penggalian sejarah telah diketemukan sebuah gong yang bertuliskan Cina yang diduga dari abad ke 13 M, dimana terdapat nama seorang pejabat kerajaan.

Di Tiongkok pada pemerintahan Raja Hsuan Wu pada tahun 500-516 M telah dikenal gong yang saat itu disebut “sha-lo” dan memiliki bunyi yang sangat keras jika dipukul, gong ini berasal dari Hsi Yu yaitu sebuah daerah antara Tibet dan Burma. Kemungkinan besar ada kesamaan dengan gong yang berada di Korea (cing dan di Assam caro). Menurut penelitian, India juga mengenal gong, tetapi mendapat pengaruh dari Asia Tenggara yang mendapatnya pula dari China. Ketibaan gong di nusantara dapat dipetik dari kronik dinasti Tang (618 – 906 M) buku 222, bahwa raja P’oli naik gajah dengan iringan gendang dan gong.

Untuk orang Melayu, sejenis Gong yang agak tebal sisinya disebut Tetawak yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian joget. Juga dipergunakan untuk mengiringi teater tradisional semacam Makyong. Untuk Menora, Mendu, Wayang Kulit Melayu dipakai 2 buah gong. Yang induk bernada C dan gong anak bernada G. disamping itu sejenis gong kecil yang lantang suaranya disebut Canang yang dipakai untuk menyampaikan berita.

Gong yang lebih kecil disebut Telempong atau Kromong berdiameter 6 ½ inci diletakkkan pada sebuah alat dengan mukanya ke atas yang dipukul dengan kayu. Kegunaan telempong ini ialah mengulangi melodi dasar.

Ada juga Gong yang besar yang disebut “Mong” bernada C yang dipakai bersama-sama 2 buah Tetawak dan Mong menyelinginya. Gong dianggap mempunyai tenaga gaib sehingga pantang dilangkahi. Gong Melayu terbuat dari gangsa dan berbusut. Gong yang tidak berbusut (gong ceper) menunjukkan pengaruh dari Siam atau Cina.

6. Serunai

Alat musik yang tergolong alat tiup ini sudah tua sekali usianya, dan sudah ada sejak zaman Mesir Kuno, ianya juga telah dipakai di tanah Arab sekitar 3000 tahun yang lalu. Mulanya dipakai oleh balatentara, tetapi sejak 1000 tahun kemudian sudah pula mulai dipakai untuk mengiringi tarian, lagu-lagu pada upacara perkawinan atau menyambut tamu agung dan sebagai tanda waktu.

Diantara bahasa Ara disebut “Zuma”, Cina menyebutnya “Sona”, di India menyebutnya “Sahnay”, bahasa Persia “Surnay”. Alat ini berkembang ke Eropah Barat dan menjadi cikal bakal dari oboe dan klarinet sekarang. Kemudian sampai ke Turki, ke Persia, terus ke Timur jauh dan ke Asia Tenggara melalui India. Dari bentuk Serunai ini, ada lagi diciptakan di India dengan jenis yang lebih besar dan disebut dengan “Nagasvaram”.

Serunai dimainkan dengan menjaga aliran udara melalui lobangnya dan mendapatkan nada (pitch) dengan menutup lobang-lobang yang ada. Panjang batangnya sekira 18 inci, kemudian ada “lidah Serunai” yang terbuat dari daun kelapa atau nibung yang juga disebut “pipit”. Sedangkan pipit yang satu lagi dibiarkan tergantung diikatkan dengan benang di alat tersebut sebagai serap. Pipit masuk ke mulut dan menghembus dengan pipi digembungkan.

Umumnya ia tidak memainkan melodi, tetapi hanya sebagai obligato accompaniment pada sesebuah orkes atau pada nyanyian. Ada 7 lobang dan sebuah di sebelah bawah. Meskipun kesemuanya ada 8 lobang, tetapi hanya 5 lobang yang dapat dimainkan sekaligus dengan berbagai nada di mana nada umumnya adalah C. Tiga lobang di atas bernada G, A dan B. Lobang ke 5 dan ke 6 bernada D dan E, sedangkan lobang ke 7 merupakan nada antara. Jika lobang yang berada di sebelah bawah ditutupkan, maka nada akan naik satu oktaf.

Biasanya dalam lagu untuk pengiring silat dan inai, serunai dimainkan dengan hembusan panjang dengan bergaya tanpa melodi tertentu. Dan Serunai ini termasuk pada alat-alat Nobat Diraja Melayu.

7. Gambang

Adalah jenis alat musik yang menyerupai ataupun sama dengan Saron (Jawa) dan Garantung (Batak). Yang memiliki 7 bilah kayu dengan nada 7, diletakkan di atas suatu tempat semacam puan dan bilah-bilah kayu itu dipukul dengan kayu. Ada juga gambang yang lebih dari 7 nada atau lebih dari satu oktaf dan dimainkan selaku melodi, tetapi alat musik sudah jarang terlihat ini.

8. Ceracap

Ceracap ialah dua bilah bambu yang panjangnya kira-kira 35 cm, dan dipukulkan bersama-sama menurut irama ketokan tertentu seperti orang bertepuk tangan. Ia merupakan alat perkusi tambahan yang sering juga dipergunakan untuk musik Makyong.

9. Kesi

Kesi adalah sepasang cymbal kecil terbuat dari campuran tembaga juga dengan ukuran 2 inci dan disatukan dengan tali untuk pegangannya, kemudian saling dipukulkan menurut tempo tertentu. Kesi ini juga sering dipergunakan dalam musik Makyong. Dan alat ini kemungkinan berasal dari Hindia Belakang. Alat ini juga dikenal di Laos, Burma dan Cina.

10. Gendang Joget (ronggeng)

Gendang joget (ronggeng) ini berbentuk bulat seperti rebana besar, badannya terbuat daripada batang kayu Nyiur yang berukuran antara 40 cm dan ditutupi kulit kambing atau kulit anak lembu di sebelahnya saja, dan sebelah yang lain sengaja tidak berkulit.

Kulit tersebut diikutkan kepada dinding kayu dengan rotan halus. Untuk menegangkan kulitnya jika akan dimainkan maka satu rotan bulat kecil di tekankan masuk antara kulit dengan dinding kayu sekelilingnya dari arah lobang sebelah dalam. Rotan tersebut biasa disebut “sedak”.

Untuk mengiringi nyanyian ataupun tarian biasanya dipergunakan 2 buah gendang, yang besar disebut induk dan yang agak kecil disebut anak. Yang pertama biasanya memberikan pukulan yang tetap, sedangkan “anak” memberikan pukulan dengan irama beragam menyelingi gendang induk. Untuk itu diperlukan kelincahan jari-jemari meningkah. Di antara semua jenis gendang, gendang joget (ronggeng) inilah yang paling terkenal. Ada yang mengatakan bahwa gendang ini berasal dari Timur Tengah, tetapi ada pula yang mengatakan berasal dari orang Portugis.

11. Rebana

Juga disebut “Tar” (bahasa Arab). Di Cina Selatan menyebutnya “Daira”, di Maroko disebut “Bendir”. Alat gendang rebana ini menyerupai gendang joget, dan hanya satu sisinya yang ditutupi kulit kambing yang dipakukan kepada dinding kayu bulat, ditambah pula dengan gemerincing bulat. Ada juga yang jenis besar disebut Rebana (mini) disebut “Kompang” dan dimainkan mengiringi Rodat. Ketika mengiringi pengantin atau tamu agung yang tiba. Iramanya bertingkah (inter locking).





More about7. Musik dan Nyanyian : Nama alat-alat Musik Melayu (Sejarah)