Selamat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 1429 Hijriyah

Attayaya Butang Emas on 2008-08-31

Selamat melaksanakan
ibadah puasa Ramadhan
1429 Hijriyah
mohon maaf
lahir dan bathin



Bahasa isyarat yang menyatakan "puasa"
1 Ramadhan 1429 Hijriyah
1 September 2008



More aboutSelamat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 1429 Hijriyah

2. Berkhitan (Sunat Rasul)

Attayaya Butang Emas

Adat resam bersunat di zaman sekarang ini tiada lagi diperbuat seperti zaman dahulunya. Yang pentingnya adalah sampai waktunya untuk berkhitan atau bersunat bagi seorang anak laki-laki, maka orang tua pun pergi jumpa mantri atau dokter ke rumah sakit, terus anak di sunat. Kemudian ada uang sedikit dibuatlah acara ala kadarnya hanya sebagai syarat saja. Yang pentingnya sudah bersunat, itu saja. Pekerjaan yang sedemikian itupun baik juga adanya, karena sememanglah semua bergantung kepada kemampuan orang tua.

Sebenarnya seperkara kepada adat resam zaman dahulu berkenan dengan berkhitan ini banyaklah mengandungi kepada pengajaran, walaupun mungkin di antaranya ada pula yang dianggap sebagai pembaziran belaka. Tetapi sebagaimana bunyi pribahasa, Yang baik kita jadikan tauladan, yang kurang baik kita jadikan sempadan. Berikut ini hendak sedikit di ketengahkan berkaitan upacara berkhitan ini menurut adat resam orang Melayu.

Bila telah masuk umur anak lelaki itu lebih kurang 10 atau 12 tahun maka ditetapkanlah oleh ibu-bapaknya itu akan hari hendak mengadakan kenduri-kendara menyunat anaknya itu. Kemudian dijemputlah dengan hanya melalui mulut kepada jiran, sanak saudara ataupun keluarga, kepada jemputan yang jauh-jauh dipergunakan dengan surat. Dan jika membuat kerja yang lebih besar maka dipanggillah ahli-ahli atau jemputan yang lebih ramai lagi, boleh jadi orang sekampung dijemput.

Sampai kepada ketikanya, pada waktu petang atau malamnya mulailah anak laki-laki yang hendak disunat itu dimandikan, diandam dan dipakaikan indah-indah, seperti pakaian pengantin serta didudukan di atas yang khas untuk anak itu. Sebelum anak itu didudukkan di kursi pelamin itu, si anak diarak sebagaimana mengarak pengantin yang menggunakan julang atau tempat yang diperbuat sedimikian rupa.

Seandainya anak yang akan disunat itu telah khatam mengaji Al-Quran maka disertakan pula adat menyunat itu dengan adat berkhatam Quran, yakni si anak di dudukan di atas sebidang tikar di hadapan pelamin berhadapan dengan orang-orang yang hadir lalu membaca surah-surah penghabisan atau yang pendek-pendek dengan suara yang kuat dan berlagu jika si anak telah dilatih mengaji dengan berlagu. Setelah selesai dia mengaji dan didudukan di atas pelamin maka bunga telur yang telah diperbuat khas, dibagikan kepada yang hadir seorang satu atau setangkai. Kepada guru mengaji yang mengajar kepada si anak, lazimnya berada di sisi ibu-bapak yang mendampingi si anak. Maka guru mengaji itu dihadiahkan sepersalinan pakaian, dan pada akhir majelis si anak disuruh mencium tangan gurunya mengaji dan bersalam-salam dengan orang-orang yang hadir. Kemudian jamuan pun diedarkan kepada sekalian yang hadir laki-laki dan perempuan, sesudah itu maka tamatlah majelis tersebut pada petang atau malam hari.

Pada pagi-pagi keesokan harinya sebelum Tuk Mudim*) tiba, adalah disediakan barang-barang seperti berikut sebagaimana yang diperlukan untuk Tuk Mudim itu, yakni:
1. kain putih panjang lima hasta
2. seekor bapak ayam (ayam jantan)
3. sebuah buyung (gayung) air
4. sebatang batang pisang
5. sirih pinang selengkapnya di dalam tepak atau piring
6. uang (semampunya) sebagai sedekah pada Tuk Mudim

Akan budak yang hendak di sunat itu, dari pagi-pagi lagi disuruh mandi dengan sepuas-puasnya (berendam). Lalu yang terakhir si anak disiramkan dengan segayung air yang telah dijampi oleh Tuk Mudim, dengan keadaan budak itu berdiri di atas tangga ketika air itu disiramkan ke atasnya.

Setelah itu si budak didudukan berselapak di atas batang pisang yang telah disediakan, dan Tuk Mudim itupun dengan pantas menyunat si anak. Selesai saja anak di khitan maka dengan cepat Tuk Mudim mengambil bapak ayam lalu diacu-acukan kepala ayam itu kepada kemaluan si anak, dan jika terlihat kembang tengkuk ayam itu tatkala diacu-acukan maka yang demikian itu konon, menandakan budak itu garang dan akan berbini banyak, wallahu’alam bissawab.

Adapun kain putih, ayam tepak sirih, buyung (gayung) dan uang sedekah itu semua itu diserahkan kepada Tuk Mudim. Kemudiannya Tuk Mudim itu akan mengulang datang ke rumah si anak yang dikhitan untuk melihat keadaan si anak yang disunatnya itu selama tiga hari berturut-turut, setelah itu maka selesailah kerjanya.

Syahdan ada lagi seperkara adat resam orang-orang Melayu dahulunya, yang boleh juga disebutkan yaitu ketika budak-budak ataupun anak-anak laki sejak kecil sebelum sampai kepada masa berkhitan mestilah menyimpan jambul atau boceng apakah di tengkuk atau ditengah-tengah kepala. Ada pula yang menaruh dua buah tompok sampai hari hendak bersunat itu, barulah bercukur.

Peringatan dari orang tua
Sungguhpun orang Melayu itu melakukan pekerjaan menyunat bukan saja hanya kepada anak lelaki tetapi juga kepada anak-anak perempuan, maka patutlah diingatkan bahwa pekerjaan menyunat ini hanya berpatutan kepada anak laki-laki. Sedangkan kepada anak perempuan hanya lebih banyak kepada mendatangkan kemudharatan.
Orang-orang tua yang arif percaya, bahwasanya bersunat itu hanya sunnah dilakukan kepada anak laki-laki saja, karena hal yang demikian ada beberapa sebab yang besar hikmahnya pada sisi kehidupan manusia

Keterangan :
*) panggilan untuk tukang sunat

More about2. Berkhitan (Sunat Rasul)

1. Bertindik Telinga

Attayaya Butang Emas on 2008-08-30

Selain daripada itu, janganlah pula terleka pada asyiknya bermain, sebab untuk anak-anak perempuan yang berusia antara lima sampai sepuluh tahun dikehendaki pula kepada beberapa pekerjaan, yaitu yang disebut dengan bertindik. Dan semasa inilah untuk anak perempuan akan melakukan salah satu acara, yaitu yang diberi nama bertindik.

Pada zaman dahulu semasa adat resam masih diperbuat, maka adalah menjalankan kerja-kerja dan kenduri-kendara karena menindik telinga anak-anak perempuan yang berusia antara lima sampai sepuluh tahun. Kononnya dalam acara kenduri ini diperbuatlah kepada kenduri yang agak besar. Tiadalah lain, selain dari yang diharapkan dari pekerjaan kenduri ini, yaitu meminta keselamatan kepada Allah SWT. Supaya apa yang menjadi pekerjaan akan mendatangkan kebaikan. Yaitu melakukan Upacara Bertindik bagi anak perempuan.

Sedangkan pada pekerjaan bertindik itu bukanlah pekerjaan yang terlalu sulit, cuma menebuk kedua cuping telinga anak perempuan itu dengan sejenis duri. Kemudian dari lubang halus pada ke dua telinga itu yang baru sudah ditebuk dimasukan benang pula menjelang sembuh dan kemudiannya diberikan anting-anting.

Setelah upacara selesai, pihak orang tua memberikan imbalan berupa uang sebagai tanda ucapan terimakasih kepada yang telah membantu kepada kerja yang demikian.

More about1. Bertindik Telinga

4 PENGGALAN KEEMPAT : Masa Kanak-Kanak ; Indahnya dunia kanak-kanak

Attayaya Butang Emas

04
PENGGALAN KEEMPAT

Masa Kanak-Kanak
Indahnya dunia kanak-kanak


Hatta, inilah yang diperkatakan masa paling indah yaitu masa kanak-kanak, masa bermain-main, masa ketika tiada pernah merasakan kepada sesuatu yang pelik-pelik dalam kehidupan orang dewasa. Denga ramai atau banyaknya teman dari anak-anak yang berusia antara lima sampai empatbelas tahun yang memasuki batas antara kanak-kanak dan masa remaja.

Dalam keadaan yang sedemikian itu, patutlah dibagikan kepada beberapa pekerjaan yang diperbuat kepada masa kanak-kanak ini, yaitu beberapa kerja upacara seperti bertindik dan berkhitan dengan kelengkapan pakaian pada masa kanak-kanak itu adanya. Ditambah pula kemudian dengan permainan kanak juga berkaitan dengan kesenian semasa kanak.
More about4 PENGGALAN KEEMPAT : Masa Kanak-Kanak ; Indahnya dunia kanak-kanak

6. Upacara Memijak Tanah

Attayaya Butang Emas on 2008-08-28

Pekerjaan kepada upacara yang disebut Berjejak Tanah, dilakukan sebelum seorang anak itu menjejakkan kakinya ke tanah. Upacara memijak tanah, setengah orang disejalankan dengan upacara cukur rambut. Sebab di antara kedua upacara hampir sama, yang membedakan hanyalah kepada mengambil seceper tanah yang diambil dari halaman mesjid atau surau. Pada acara memijak tanah kedua kaki anak itu dipijakkan di atas ceper yang berisikan tanah tersebut.

Tujuan upacara memijak tanah, kononnya supaya anak itu tiadalah diganggu oleh jembalang tanah. Sebab tanah selalunya ada jembalang tanah yang suka mengganggu anak-anak. Jika upacara ini sudahpun dilakukan, maka merasa senang dan tenanglah hati kedua orang tua dan tiadalah ragu-rau ketika anaknya bermain-main di tanah.

Sedangkan pekerjaan yang serupa itu, di Kepulauan Riau, terutamanya di Pulau Penyengat upacara berjejak tanah ini ialah dengan membawa sang anak ke mesjid untuk meletakkan telapak kakinya pada seceper pasir Mekkah yang disimpan dalam mesjid itu. Menurut ceritanya pasir dari negeri Mekkaj yang tersimpan dalam Mesjid di Pulau Penyengat itu dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua.

Maksudnya dengan menjalankan hal yang sedemikian itu, tentulah terkandung hasrat dan harapan, bahwa setiap anak Melayu pada sesuatu ketika kelak dapat menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu menunaikan Haji, menjejakkan kakinya ke Tanah Mekkah.

Baik di dalam upacara memotong rambut maupun memijak tanah, si anak selalulah dihiasi dengan pakaian yang indah semata. Demikian menurut kepada yang patut, adat resam yang telah sedia ada dikerjakan oleh orang tua dahulunya serta anak cucu keturunan.

More about6. Upacara Memijak Tanah

5. Upacara Akikah

Attayaya Butang Emas on 2008-08-27

Biasanya pada pekerjaan Akikah dilakukan pada seorang bayi yang telah berumur tujuh hari. Tetapi terkadang karena sesuatu yang tiada memungkin kepada pekerjaan yang sedemikian kepada keluarga, kerap kali melakukannya tidak kepada berketepatan pada usia sebagaimana yang disebutkan. Akikah dapatlah dikerjakan juga pada usia anak sebelum atau pada usia 40 hari.

Upacara Akikah ini hampir menyerupai kepada cukur rambut, tetapi pada acara ini dilakukan penyembellihan hewan berkaki empat, umpamanya kambing. Dalam pekerjaan ini juga dibuatkan kepada kenduri dan menjemput orang ataupun kerabat untuk memberikan do’a selamat kepada sang anak.

Pelaksanaan kepada kerja Akikah ini, sebenarnya mengikut kepada ajaran Islam yang sebagaimana dianjurkan Nabi Allah Muhammad SAW kepada setiap keluarga muslim yang baru mendapatkan cahaya mata, supaya menyembelih seekor hewan berkaki empat dan mencukur rambut.

More about5. Upacara Akikah

4. Cukur Rambut

Attayaya Butang Emas on 2008-08-26

Selepas tujuh hari daripada hari bersalin itu, lazimnya diadakan kenduri nasi kunyit, karena itulah harinya adat mencukur rambut kepala si bayi itu dijalankan dan sekaliannya memberi nama kepada si bayi/anak.

Tetapi adakalanya upacara itu dilaksanakan agak berlainan, artinya tidak mengikut kepada ketentuan bersempana memberi nama anak pada saat upacara pencukuran rambut. Bersebabkan, ada yang melakukan pencukuran rambut itu, ketika bayi telah berumur satu atau satu setengah tahun. Adakalanya pula ketika anak telah pandai berjalan.


Gambar
Bayi cukur rambut
Cukur rambut

Tiada pula bersalah-salahan ketika acara cukur rambut ini, disejalankan pula ianya kepada upacara turun tanah atau memijak tanah. Maka yang sedemikian itu tiadalah pula bersalah-salahan, karena sebagiannya ada pula yang mengikut kepada pekerjaan yang sedemikian itu.

Upacara memotong rambut atau mencukur rambut ini mempunyai maksud, konon – untuk membuang sial daripada rambut yang dibawa sejak lahir. Selain itu kononnya, ujung rambut yang dibawa sejak lahir itu, jika tiada dibuangkan, si bayi akan senantiasa dirundung malang.

Sebelum dilakukan acara cukur rambut ini, rumah hendaklah dibersihkan serta rumah itu dihias supaya terlihat indah serinya rumah itu. Adapun kelengkapan yang disediakan karena menjalankan adat bercukur itu ialah :
  1. Anak bayi itu dipakaikan dengan pakaian yang indah-indah dan diletakkan di atas tilam kecil yang ditaruh di atas talam atau pahar.
  2. Satu ceper berisi tiga buah mangkuk atau piring kecil yang berisi air tepung tawar, beras kunyit dan bertih.
  3. Sebiji nyiur mumbang (kelapa muda) yang agak besar sedikit, dipotong buka pada arah kepalanya dengan potongan berkelok-kelok siku keluang dan dijadikan tutupnya daripada potongan kepala nyiur. Air nyiur itu dibuang dan diisi di dalamnya sedikit dengan air sejuk, dan nyiur itu diletakkan di dalam sebiji batil semuat-muat nyiur itu saja. Biasanya nyiur itu dihiasi pula dengan lilitan rantai emas atau perak dan dicucuk dengan tajuk-tajuk rekaan yang indah-indah rupanya.
  4. Bila sudah siap semuanya maka anak bayi itupun dibawa keluar dan dikelilingkan kepada tetamu laki-laki. Tiap-tiap seorang daripada mereka setelah menepuk sedikit tepung tawar, menebar sedikit beras kunyit dan bertih kepada si bayi, maka iapun menggunting sedikit saja dari rambut (ujung) si bayi dengan gunting yang memang telah disediakan. Rambut yang digunting itu dimasukkan ke dalam air di dalam nyiur itu. Pada masa inilah biasanya si bayi diberikan nama. Aturan bilangan orang yang melakukan guntingan rambut itu hendaklah sebilangan yang ganjil, yaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Setelah selesai dijalankan oleh pihak lelaki, maka si bayi dibawa pula ke tempat orang-orang perempuan dan melakukan sebagaimana yang dilakukan sebelumnya (pada upacara-upacara adat Melayu, jemputan/undangan lelaki dan perempuan dipisahkan tempat/ruangannya).
  5. Setelah selesai kedua pihak lelaki dan perempuan itu menjalankan adat bercukur, barulah rambut si bayi dicukur seluruhnya secara sempurna oleh Tuk (Mak) Bidan atau sesiapa yang mahir dengan segala pekerjaan itu. Rambut anak itu semuanya dimasukkan ke dalam nyiur itu dan setelah dibuka dan dicabut segala rantai, hiasan dan tajuk-tajuk yang menghiasi nyiur itu, maka nyiur itu lazimnya di tanam dimana-mana halaman rumah itu bersama sepohon anak nyiur atau lain-lain yang seumpamanya, sebagai peringatan atas masa anak-anak itu dilahirkan.

Pada masa kemudiannya pada waktu-waktu berikutnya, pada pekerjaan bercukur rambut ataupun beberapa upacara lainnya dalam kehidupan orang Melayu senantiasa pula diadakan Berjanzi atau Marhaban yang memuji-muji, mengalu-alukan kebesaran akan Nabi Allah, Nabi Muhammad SAW.

Sebelum masuk kepada Berjanzi, beberapa keterangan hendak di-nukil-kan terlebih dahulu berkenaan dengan Berjanzi ini. Yaitu, sebenarnya Berjanzi berasal daripada kata Al-Barjanz yaitu nama keluarga seorang bangsa Kurdi yang menulis rangkaian prosa dan puisi berkenaan Rasulullah yang amat terkenal itu. Nama lengkapnya adalah Ja’far Al-Barjanz. Mula-mulnya karya Ja’far Al-Barjanz khusus dikarang dipakai pada hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang disebut Maulud. Peringatan Maulud sendiri sebenarnya tiadalah masuk kepada tradisi Islam. Kemudiannya baru kepada tahun 1207 Muzaffar ad-Din di Mosul, Irak, merayakannya dan sejak itu menjadi tradisi Islam yang baru, yang sangatlah luas penyebarannya.

Sampailah kemudiannya di negeri-negeri Timur peringatan Maulud Nabi sudah menjadi keharusan. Dan karya Ja’far Al-Barjanz menjadi pegangan utama. Kemudiannya pula pembacaan Berjanzi, Asyrakal, Marhaban juga dilakukan kepada pekerjaan membesarkan perayaan hari besar Islam, perayaan nikah-kawin dan perayaan tradisi lainnya, termasuklah kepada upacara cukur rambut. Demikianlah adanya secara ringkas telah disampaikan berkenaan dengan Berjanzi.

Berikut adalah nukilan dari Gubahan Permata Mutia karangan Ja’far Al-Barjanz yang diterjemahkan oleh Raja Haji Muhammad Sa’id :

Bismillahirrahmanirrahim


Memulai aku akan imla’ ini dengan nama zat yang tinggi hal keadaan memohonkan kelimpahan segala berkat-Nya atas barang yang dikurniakan-Nya dan yang dianugrahi-Nya akan dia.

Dan aku memuji dengan pujian yang segala tempat lelehan airnya mudah mengalir air padanya padahal mengendarai aku akan unta setengah daripada syukur yang elok dan aku salawat dan salam atas cahaya yang bersifat dengan sedia dan awal yang berpindah-pindah daripada beberapa muka dan dahi yang mulia-mulia dan aku pohonkan kepada Allah akan kemurahan-Nya yang ditentukan-Nya akan segala keluarga yang suci yang dibangsakan kepada Nabi dan yang diratakan bagi segala sahabat dan segala yang mengikut akan dia dan yang kasih dan memuliakan dia.

Dan kupohonkan lagi kepada_nya akan pertunjukan kepada jalan yang terang dan pemeliharaan daripada sesat pada segala perjalanan yang salah dan perlangkahannya.

Dan aku hamburkan dan menyatakan akan setengah daripada cerita Maulud peranakkan Nabi dengan nasab (bangsa) Nabi yang mulia dengan tatahan yang menghias akan segala pendengaran dengan pakaiannya dan aku memohon pertolongan akan kodrat kuasa Allah dan kekuatan-Nya yang sempurna. Maka bahwasanya tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.

Ya Allah semerbakkan oleh-Mu akan kuburnya yang mulia dengan bauan yang sangat harum daripada salawat dan salam atasnya. Hai Tuhanku selawatkan dan salam atasnya. Hai Tuhanku selawatkan dan salam dan kurniakan berkat atasnya.

Kemudian daripada itu maka aku berkata bahwa penghulu kita Sayidina Muhammad itu anak Abdullah anak Abdul Muthalib, dan nama Abdul Muthalib itu Syaibatul-hamd, anak Hasyim, dan nama Hasyim itu ‘Amru anak Manaf dan namanya Al-Mughirah anak Qusai (adalah arti qushai itu jauh) dan nama Qusai itu Mujammi’; sebab pun dinamai dia Qusai karena berjauhan ia dengan ahlinya pada negeri Qana-ah yaitu suatu pedusunan di negeri Yaman yang jauh dari tempatnya itu Mekkah, hingga dikembalikan Allah akan dia ke Haram (Mekkah) yang mulia.

Maka memeliharakan dia akan negerinya Mekkah itu daripada segala yang memberi mudharat akan dia. Dan Qusai itu anak Kilab namanya Hakim anak Murrah, anak Ka’ab, anak Luwai, anak Ghalib, anak Fihar dan namanya Quraisy.

Dan kepada Quraisy inilah dibangsakan jemah Quraisyiyah itu. Dan yang di atas Quraisy itu bangsa Kinani seperti cenderung kepadanya oleh kebanyakan ulama dan dipilih akan dia oleh mereka itu atas Fihar itu anak Malik, anak Nazr, anak Kinanah, anak Khuzaimah, anak Mudrikah, anak Ilyas, dan Ilyas itulah orang yang menghantarkan hadiah unta kepada negeri Haram karena menuntut perdampingan kepada Allah di dalam salbinya, dan Ilyas itu anak Mudhar, anak Nizar, anak Ma,ad, anak Adnan. Dan inilah kalungan yang diatur segala permatanya oleh segala jari sunnah (hadis) yang tinggi.

Dan bermula menyampaikan nasabnya kepada Al-Khalil Nabi-Allah Ibrahim ‘alaihis salam (dan benci ia?). Dan bermula ‘Adnan itu tiada syak di sisi mereka yang mengetahui ilmu bangsa akan sampainya ia kepada Al-Zahih Nabi-Allah Ismail ‘Alaihis salam.

Maka alangkah besarnya kalungan keturunan yang gemerlapan segala bintang permatanya dan betapa tidak padahal adalah penghulu yang amat mulia yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu pertengahannya dan pilihannya.

Inilah bangsa yang engkau bilangkan
Tinggi dengan perhiasan keelokan
Segala bintangnya telah dikalungkan
Tinggi dengan perhiasan keelokan

Segala bintangnya telah dikalungkan
Oleh buruj jauza’ memakaikan
Ialah sebaik-baik gubahan
Empunya kemuliaan serta kemegahan

Yang engkau padanya permata pilihan
Terpelihara dengan segala kelebihan

Dan alangkah mulianya bangsa yang besar ini telah disucikan Allah akan dia daripada zina masa jahiliyah seperti yang telah berkata Al-Zainu bangsa Irak yang didatangkannya daripada beberapa hadis yang terang pada yang sedemikian itu di dalam kitabnya yang bernama Al-Mawaridul Hani dan menceterakan ia akan dia.

Sesungguhnya telah memeliharakan Tuhan
Karena kemuliaan yang empunya kemegahan
Segala bapanya sempurna kelebihan
Sebab memeliharakan nama pilihan

Akan zina mereka tinggali
Cederanya tak kena sekali-kali
Daripada Adam bapa yang asli
Hingga ibu nabi yang ’ali

Mereka itulah penghulu yang besar yang berjalan cahaya nubuwat itu pada beberapa dahi mereka itu yang elok dan zahirlah cahaya nur itu pada dahi Abdul Muthalib dan anaknya Abdullah.

Ya Allah semerbakkan oleh-Mu akan kuburnya yang mulia dengan bauan yang sangat harum daripada selawat dan salam. Hai Tuhanku selawatkan dan salam dan kurniakan berkat atasnya.

Dan manakala berkehendak Allah akan menyatakan hakikat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dalam ini dan menzahirkan tubuhnya dan nyawanya dengan rupa dan maknanya, memindahkan ia akan nur itu ke tempatnya yaitu perut Aminah bangsa Zahri, dan menentukan ia akan Aminah itu dengan bahwa adalah ia itu Nabi yang dipilih-Nya dan diseru pada langit dan bumi, memberitahu akan mengandung sayidah Aminah itu akan nurnya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dibangsakan zat dan rindulah tiap-tiap orang yang rindu kepada bersegera akan kabarnya Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam dan dipakainya bumi ini kemudian daripada berpanjangan masa kemaraunya dengan tumbuh-tumbuhan seolah-olah berpakaianlah ia dengan pakaian suatu bangsa sutera yang disebut sundus, dan ranumlah segala buah-buahan dan merindanglah pohon-pohon supaya memetik akan buah-buahan oleh orang yang hendak memetik akan dia dan bertuturlah dengan mengandung segala binatang kenderaan dengan bahasa Arab yang fasih lidahnya katanya bagi Quraisy telah dikandung kan Muhammad.

Demi Tuhan Ka’bah imam dunia dan akhirat dan pelita ahlinya. Dan terhunjamlah segala singgasana kerajaan raja-raja dan gugur segala berhala dan berkeliaranlah segala binatang timur dan barat daripada laut dan darat karena mendapat kabar kesukaan ini. Dan meneguklah segala makhluk akan piala tuak anggur yang sangat mabuk oleh sebab terlalu sukanya. Dan sukalah segala jin dengan hampir masa zahir Rasulullah itu. Dan batallah segala kahinah dan sihir. Dan gemetarlah segala rahib (paderi) dan banyaklah perkataan menuturkan kabarnya shallallhu ‘alaihi wa sallam dari tiap-tiap alam pendeta yang pandai-pandai dan mahir mahir dengan beberapa kabar dan cetera-cetera daripada kitab-kitab yang dahulu kala dan hairanlah ia akan keelokan Nabi Shallallhu ‘ alaihi wa sallam itu.

Syahdan maka datanglah seorang yang datang kepada Aminah pada tidurnya yaitu pada tatkala sampai masa mengandung enam bulan. Maka katanya bagi Aminah bahwasanya engkau telah mengandung akan penghulu sekalian alam dan sebaik-baiknya manusia, dan engkau namakan Muhammad karena ia akan dipuji kelak.

Ya Allah semerbak oleh-Mu akan kuburnya yang mulia dengan bauan yang sangat harum daripada selawat dan salam atasnya. Dan manakalah sampailah mengandungnya itu sempurna dua bulan sebagaimana perkataan yang masyhur maka wafatlah ayahandanya Abdullah di dalam negeri Madinah yang mulia. Dan adalah sebab wafatnya di Negeri Madinah itu karena adalah ia telah masuk ke negeri itu mendapatkan segala ayahanda saudaranya bangsa Bani ‘Ady daripada pasukan bangsa Najjar. Maka berhenti ia disitu mengidapkan sakitnya, lamanya sebulan. Lalu ia pun wafatlah.

Syahdan manakala sampailah sempurna masa mengandungnya itu sembilan bulan sebagaimana perkataan rajih dan hampirlah bagi zamn itu hilang kesusahannya dengan sebab lemah pada agama maka hadirlah pada malam itu diperanakan nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam itu Asiah istri Fir’un dan Maryam binti ‘Imran beserta beberapa bidadari syurga menghadap bundanya Aminah itu. Maka sakitlah ia dengan anak beranak lalu bersalinlah ia akan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal nurnya amat cemerlang gilang gemilang.

Cahaya durjanya tiada berperi
Gilang gemilang laksana matahari
Menerangi alam yang amat berseri
Menyuluhi alam setiap hari

Ialah malam diperanakkan mulia
Bagi agama adalah ia
Kesukaan hening beserta ria
Dengan harinya amat bahagia

Hari mencapai kemenangan Aminah
Binti wahab yang bersifat amanah
Karena memperanakkan shahibul sunnah
Perempuan yang lain mencapai tak pernah

Membawakan Aminah kepada kaumnya
Akan kandungan yang lebih afdalnya
Daripada kandungan Maryam dahulunya
Maryam ‘tu dara Isa anaknya

Yaitu anak yang sangat mulia
Lengkap dengan segala bahagia
Segala kafir beragama sia-sia
Dengan sebabnya keguguran dan bahaya

Berlalu suara di awang-awangan
Menyukakan peranakkan Nabi junjungan
Yang menyatakan suruhan larangan
Daripada Allah membawa keterangan

Maka kebajikan yang banyaklah bagi orang yang ada sehingga-hingga kehendaknya dan sehabis-habis tuntutannya itu membesarkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.

Ya Allah semerbakkan oleh-Mu akan kuburnya yang mulia dengan bauan yang sangat harum daripada selawat dan salam atasnya.

Maka keluarlah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dari perut ibunya. Hal keadaannya menghantarkan kedua tangannya kebumi, mengangkatkan kepalanya ke langit, mengisyaratkan dengan angkat kepalanya itu kepada ketinggian dan kebesarannya dan tinggi kadarnya atas segala manusia dan menunjukkan ialah Allah yang elok segala tabi’atnya dan sifatnya. Maka bundanya pun menyilakan nindanya Abdul Muthalib pada ketika itu sedang tawaf keliling Ka’batullah yang mulia. Maka segeralah ia datang. Maka tatkala dilihatnya akan cucunya sallallahu’alaihi wa sallam sangatlah berkembangan dan suka cita hatinya tiada terhingga lalu dibawanya Nabi sallallahu’alaihi wa sallam itu masuk ke dalam ka’bah yang mulia serta berdiri minta doa kepada Alah dengan ikhlas niatnya serta syukur ia bagi Allah atas barang yang dikaruniakan-Nya dan dianugrahi-Nya yaitu Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dengan suci bersih serta terkhitan dan terkerat pusatnya dengan tangan kodrat Tuhan, lagi amat sangat harum baunya dan berkilat-kilat tubuhnya dan tercelak kedua matanya dengan celak ‘inayah Tuhan. Dan kata setengah mengkhitan akan dia oleh nindanya Abdul Muthalib kemudian daripada umumnya tujuh hari lalu berjamu dan memberi makanlah ia serta dinamakan dia Muhammad. Dan sangatlah nindanya kasih sayang dan memeliharakannya.

Ya Allah semerbakkan oleh-Mmu akan kuburnya yang mulia dengan bauan yang sangat harum daripada selawat dan salam atasnya.

Dan tatkala diperanakkan Nabi sallallahu ‘alahi wa sallam itu nyatalah bebeberapa perkara yang ajaib-ajaib yang menyalahi bagi segala adat ialah karena memulakan bangunan nubuwahnya dan menyatakan bagi segala makhluk ini yang ialah pilihan Allah maka ditambahkan pemeliharaan dan penjagaan di langit dan dihalaukan daripada naik ke atas segala murid yang syayathin yang hendak mendengar-dengar perkataan malaikat dan direjamkan dengan api daripada beberapa bintang yang amat cemerlang dan menerangkan ia dengan cahayanya akan bumi-bumi Tanah haram dan keluarlah beserta Nabi shallallahu’alaihi wa sallam waktu diperanakkan dia cahaya yang menerangi baginya akan istana-istana Qaishar di negeri Syan. Maka melihat akan dia oleh orang yang di dalam tempat yang bernama Bithah Makkah yang disebut pada masa sekarang Al-Mu’abadah. Dan pecahlah balai kerajaan Kisra di negeri Mada-in yaitu sebuah negeri di negeri Irak. Adalah balai itu diperbuat dan didirikan akan dia oleh raja Kisra Parsi bernama Anusyarwan. Dan gugurlah empat belas daripada ombak-ombak itu: adalah panjang tiap-tiap satu ombak-ombak itu lima belas hasta. Dan dibinasakan kerajaan Kisra karena kesusahan huru-hara yang mengenai akan dia.

Dan padamlah api yang disembah oleh orang Parsi dengan sebab zahir cahaya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang amat cemerlang itu. Dan keringlah tasik di negeri Sauah yang di antara hamadan dan Qum di sebelah negeri ‘Ajjam dengan sebab kering segala tempat mengalir airnya. Dahulunya adalah tasik itu tiada pernah berkeputusan airnya. Dan naiklah air penuh pada wadi Sawamah (tempat di antara Syam dan kaufah). Dahulunya di tempat ini tiada air yang boleh memuaskan dahaga. Adapun tempat diperanakkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam itu ialah pada tempat yang diketahui orang namanya dengan bumi Mekkah dan negeri yang tiada boleh berkeputusan pohon-pohonnya dan tiada berhenti tumbuh-tumbuhannya. Dan bersalah-salahan perkataan ulama mengatakan tahun di peranakkan Nabi shallallahu’alaihi wa salam dan bulannya dan harinya. Tetapi yang rajihnya diperanakkan dia pada hari Isnin hampir fajar dua belas hari bulan Rabi’ul Awwal pada tahun Gajah yang telah ditegahkan Allah akan mereka yang akan membinasakan negeri Mekkah beserta rajanya yang mengendarai itu daripada sampai ke haramnya dan dipeliharakan Allah akan Haramnya yang mulia itu.

Ya Allah semerbakkan olehMu akan kuburnya yang mulia dengan bauan yang sangat harum daripada selawat dan salam atasnya.

Maka menyusukan akan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam itu oleh bundanya Aminah beberapa hari lamanya. Kemudian maka menyusukan pula akan dia oleh perempuan yang bernama Tsuaibah bangsa Aslam pemerdekaan Abu Lahab yang memerdekakannya akan dia tatkala sampai padanya kabar diperanakkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ialah dengan sukacitanya akan dia. Maka Tsuaibah itu menyusukan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam beserta anaknya yang bernama Masruh dan Abi Sakamah, keduanya saudara sesusu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Maka sangatlah Tsuaibah itu kasih sayang dan memuliakan dengan sehabis-habisnya akan Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam. Dan Tsuaibah itu dahulunya menyusukan ayahanda saudara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Tsuaibah itu dahulunya menyusukan saudara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Hamzah. Maka sayidina Hamzah inilah yang terpuji pada menolong akan agama Islam.

Dan adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala berpindah ke Madinah berkirim ia kepada ibu susunya Tsuaibah itu dari Madinah ke Mekkah akan belanja dan pakaian yang layak. Baginya demikianlah halnya beberapa lama hingga wafatlah Tsuaibah itu. Kata setengah Tsuaibah itu di dalam agama jahiliyah, tiada ia masuk Islam.

Dan dikata orang telah Islam ia seperti yang telah disabitkan oleh Ibnu Mandah. Kemudian daripada itu maka menyusukan pula akan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh seorang muda bernama Halimah bangsa Sa’di isteri Haris bin Abdul ‘Uzza. Adalah Halimah itu oleh sebab fakirnya tiada kaum ahli Mekkah itu mau mengambil akan dia buat menyusukan anaknya karena dengan sebab fakir itu lazimlah kurang makan, dan apabila kurang makan kuranglah susu, jadilah anak yang disusukannya itu mendapat mudharat. Inilah sebabnya mereka menolak akan dia. Maka tatkala telah menyusukan ia akan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senanglah hidupnya kemudian daripada piciknya dan limpahlah susunya di dalam kedua belah teteknya. Maka disusukannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan teteknya yang kanan dan anaknya yaitu saudara susu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan yang sebelah kiri. Dan jadilah Halimah itu gemuk tambun kemudian daripada kurusnya, dan kaya kemudian daripada papanya, serta biaklah segala kambingnya, dan hilang sekalian kesusahannya berganti dengan kesenangan. Maka kesenangan ini meliputi pula kaumnya bangsa Sa’di. Ya Allah semerbaklah oleh-Mu akan kuburnya yang mulia dengan bauan yang sangat harum daripada selawat dan salam atasnya.***



Inilah Marhaban atau dinamakan juga Asyrakal, terjemahan bahasa Indonesia :


Keselamatan bagimu wahai junjunganku
Keluasan bagimu wahai cahaya mataku
Engkaulah nenenda Husin, Nabi pemalu
Luaslah kesejahteraan tetap bagimu

Wahai Nabi Rasul yang mulia
Wahai kekasih, Rasul utama
Rahmat selamat sejahtera sempurna
Tetaplah bagimu, Rasul semesta

Tetaplah mengambang purnama sempurna
Bagi kami dialah Muhammad yang mulia
Pudarlah karena kedatangannya
Semua bintang-bintang yang lainnya

Seperti keindahanmu wahai Muhammad
Belumlah pernah kami memandang melihat
Wajah ini yang rupawan sangat
Wahai wajah yang riang sumirat

Engkaulah wahai junjungan semesta
Seperti matahari terang cuaca
Engkaulah bulan purnama sempurna
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkaulah wahai junjungan mulia
Bagaikan emas yang mahal harga
Pesuruh Allah pemimpin berjasa
Engkaulah pelita di semua dada

Wahai kekasihku wahai Nabi
Wahai Muhammad Nabi terpuji
Wahai junjungan yang amat dikasihi
Wahai pengantin di masyrik dan maghribi

Siapa melihat wajah Muhammad
Tetaplah bahagia yang didapat
Wahai Rasul junjungan umat
Ayah-bundanya keturunan terhormat

Kolam tasikmu yang Nabi kekasih
Sejuk bening hening dan bersih
Tempat kami datang meneguk lebih
Di Padang Mahsyar hari yang pedih

Awan gumawan kehendak Tuhan
Nabi Muhammad Dia lindungkan
Sekalian makhluk umat beriman
Mengucapkan selawat kepada tuan

Demikian kelakuan pohon-pohon kayu
Datang menangis tersedu-sedu
Tunduk merendah malu tersipu
Menandakan tuan pemimpin bermutu

Datang pula kepadamu junjungan
Rusa yang liar memohon perlindungan
Ikat buhul minta dilepaskan
Bergabung bersatu dalam barisan

Rahmat sejahtera datang dari Allah
Demikian lebih catatan hibah melimpah
Sebilang baris tercantumlah sudah
Ditumpah-ruahkan kepada Rasulullah

Segala puji, salam dan selawat
Mohon limpahkan ya Rabbul-makhluqat
Kepadamu ya Ahmad penunjuk umat
Wajah gemilang Nabi Muhammad


Berikut ini adalah nukilan karya Raja Ali Haji, Syair Sinar Gemala Mustika Alam (Matthba’at Al Riauwiyah, Pulau Penyengat, 1313 Sanah Hijriyah) yang biasa dibacakan setelah karya Ja’far Al-Barjanz di Kerajaan Riau-Lingga mulai sepuluh tahun terakhir abad ke-19 dan dua puluh tahun awal abad ke-20 :


Bismillahi permulaan kalam
Alhamdulillah Tuhan seru alam
Selawatkan Nabi sayidil anam
Serta keluarganya sahabat yang ikram

Wa ba’duhu kemudian daripada itu
Faqir mengarang syair suatu
Kepada Allah mintak perbantu
Menyudahkan Maulud Nabi yang ratu

Nabi Muhammad Rasul yang mulia
Ialah penghulu segala dunia
Barang siapa berimankan dia
Dunia akhirat mendapat bahagia

Bangsanya Quraisy yang utama
Ayahandanya Abdullah bernama
Bundanya Aminah nama selama
Binti Abdul Wahab yang seksama

Masa dia mengandung Nabi Allah
Tiada berat tiadalah lelah
Di dalam Mekkah syarafatullah
Beberapa tanda kemuliaan terjumlah

Tatkala bundanya mengandungnya
Ringan dan senang tiada sakitnya
Pada suatu masa waktunya
Antara jaga dengan tidurnya

Datanglah malaikat memberi kabar
Kepada bundanya Aminah muktabar
Engkau ini buntingkan sayidil basyar
Nabi yang mulia yang amat besar

Tatkala hampir akan bulannya
Datanglah malaikat mengajarnya
Beberapa jampi dengan serapahnya
Memeliharakan dari kejahatan seterunya

Pada awal bulan pertama
Bermimpilah Aminah perempuan utama
Nabi-Allah Adam datang menjelma
Berkatalah ia bersama-sama

Katanya hai Aminah yang mulia
Engkau buntingkan penghulu dunia
Beranakkan dia tiada sia-sia
Dunia kahirat mendapat bahagia

Bulan kedua bermimpilah serta
Nabi-Allah Idris memberi berita
Kepada Aminah ia berkata
Engkau buntingkan junjungan mahkota

Bulan ketiga dikata orang
Nabi-Allah Nuh datang seorang
Berkhabarlah ia dengan yang terang
Nabi dibuntingkan fatah berperang

Bulan yang keempat tahun al-Fil
Datanglah kepadanya Ibrahim Al-Khalil
Berkhabar kepadanya sir dan qalil
Engkau buntingkan Nabi yang jalil

Bulan kelima khabar yang tentu
Nabi-Allah Ismail datang begitu
Berkhabar juga demikian itu
Akan kelebihan Nabi yang ratu

Apabila sampai bulan yang enam
Nabi-Allah Musa ‘alaihissalam
Datang berkhabar di dalam malam
Kelebihan Nabi sayidil anam

Bulan yang ketujuh pula dikata
Nabi-Allah Daud datanglah serta
Kepada Aminah memberi warta
Kelebihan Nabi alam semesta

Bulan keselapan Nabi Sulaiman
Datang dengan kesukaan iman
Memberi khabar yang keterangan
Buntingkan Nabi akhirul zaman

Bulan sembilan tidak selisih
Datang kepadanya Isa al-Masih
Ia berkata hai kekasih
Engkau buntingkan Nabi yang fasih

Segala Nabi yang tersebut itu
Memberilah ia khabar yang tentu
Apabila diperanakkan matahari perbantu
Namakan Muhammad demikian itu
Allahumma shalli wa sallim ‘alaihi




More about4. Cukur Rambut

3. Menanam Tembuni

Attayaya Butang Emas on 2008-08-25

Pada zaman dahulu setelah bayi lahir, tali pusat dipotong dengan menggunakan sebilah rotan/kulit bambu yang ditajamkan (alat ini kononnya telah dibersihkan supaya tidak terjadi kepada hal-hal yang tidak diinginkan, alat ini juga digunakan untuk menyunat laki-laki yang telah mencapai usia sunat). Sedangkan tembuni dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam periuk tanah disertai dengan asam dan garam, lalu disimpan dan dijaga dengan baik. Konon, setelah tanggal pusat barulah tembuni itu ditanam. Inilah yang dikatakan :

Darah Emak menyimbah bumi,
Tembuni merabuk tanah pusaka,
Anak watan mendapat gelaran,
Kelak besar menjadi pahlawan.

Adapun tembuni disebut juga sebagai kembaran si bayi atau kakak si bayi. Untuk menanam tembuni, kononnya juga mempunyai syarat, yaitu : Setelah tembuni yang disimpan itu sampai kepada saatnya untuk ditanam, maka digalilah lubang. Lalu tembuni itu ditanam dengan di atasnya dilingkupi oleh tempurung nyiur yang berlubang, kemudian dimasukkan sepotong bambu yang kononnya sebagai rongga ataupun lubang untuk udara.

Di atas tanah diberikan dua batang lilin yang menyala atau lampu cangkok. Maksudnya adalah untuk mengusir atau mentegah hantu setan. Sebelum Tuk (Mak) Bidan kembali ke rumah, telah membacakan do’a atau mantera pada tembuni yang ditanam itu.

Gambar
Kain Lampin
Untuk pengalas tidur bayi

Kononnya, selama dalam perjalanan Tuk (Mak) Bidan itu tiada diperbolehkan untuk memalingkan mukanya ke kiri atau ke kanan apatah lagi kalau sampai ditegur ataupun disapa. Dikhawatirkan kelak si bayi akan menjadi juling atau mata picing.

Apabila Tuk (Mak) Bidan telah selesai melakukan upacara penanaman tembuni, maka selesailah acara tersebut. Bubur pusat yang telah diperbuat itu bolehlah dimakan oleh semua yang hadir. Terkadang diakhiri pula dengan makan bersama yang disertai dengan pembacaan do’a selamat.

Adapun pengertian yang diberikan kepada lambang yang terkandung dalam unsur upacara tanggal pusat itu, yaitu :
  1. Bubur pusat yang berwarna merah-putih berati suci dan ikhlas (disebut merah sebenarnya karena menggunakan gula merah yang warna sebenarnya adalah coklat).
  2. Bubur yang berasa asin (lemak) supaya dapat menghadapi kehidupan ini dengan tabah didalam kesukaan dan kedukaan. Mengajak anak-anak mengecap dan mencicipi bubur pusat itu dan membagikan uang, maksudnya supaya kelak si anak/bayi menjadi murah hati.
  3. Lilin yang dinyalakan ketika menanam tembuni mempunyai maksud untuk menghalau jin yang akan mengganggu tembuni. Jika tembuni terganggu, si bayi di rumah juga terganggu.
  4. Tuk (Mak) Bidang yang pulang setelah menanam tembuni tidak boleh melihat ke kanan atau ke kiri, bermaksud supaya mata si anak/bayi kelak tidak menjadi juling.


More about3. Menanam Tembuni

2. Tanggal Pusat

Attayaya Butang Emas on 2008-08-21

Setelah beberapa hari melahirkan, kedua bidan itu secara teratur datang ke rumah perempuan yang bersalin untuk merawat si emak dan bayinya. Tok (Mak) Bidan sebelah atas kerjanya memandikan, dan menggantikan pakaian. Sebelum si emak didandan, kedudukan perutnya diurut yang disebut disengkak, yang bermaksud supaya keadaan urat-urat perut tetap teratur. Sedangkan Tuk (Mak) Bidan sebelah bawah memandikan bayi, merawat pusat dan menjaga supaya perut si bayi tetap hangat untuk menghindarkan sakit perut. Sesudah bayi dimandikan, pusatnya diobati, di bedong dan disusukan kepada emaknya. Kemudian si emak disuruh makan obat yang sudah diramu khusus oleh Tuk (Mak) Bidan.

Memandikan bayi pada saat baru lahir sampai menjelang tanggal pusat dilakukan sekali sehari. Tetapi setelah tanggal pusat, si bayi dimandikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.

Pada upacara tanggal pusat tiadalah boleh terlepas daripada pembabitan Tuk (Mak) Bidan. Karena dikira dari mulai lahir sampai kepada tanggal pusat boleh dikatakan masih menjadi kewajiban kepada Tuk (Mak) Bidan. Kepada yang biasanya, pusat bayi tanggal sekitar lima atau sampai tujuh hari, konon apabila tali pusat itu belum tanggal juga sampai sepuluh hari, diramalkan si anak kelak akan mempunyai tabiat yang keras kepala atau suka membangkang.

Beberapa hari sebelum mengadakan upacara tanggal pusat, telah dipersiapkan beberapa kelengkapan yang akan dipergunakan yaitu dua batang lilin, sebuah talam kecil, sebuah tempurung jantan, sebuah bambu kecil. Setelah pusat si bayi tanggal diadakan upacara tanggal pusat dengan sederhana saja, dengan mengundang jiran terdekat dan keluarga.

Gambar
Barut Luar (Otto) untuk anak laki-laki atau perempuan yang sudah pandai berjalan

Biasanya hidangan utama yang disajikan dalam upacara tanggal pusat ini, badannya diambil dari beras (kacang hijau) yang diletakkan di dalam talam sebagai alas tempat tidur bayi. Beras tersebut dibersihkan lalu dimasak dengan campuran santan. Kemudiannya dibagi menjadi dua bagian, yang sebagian dibuat dengan berasa agak asin dan yang sebagian lagi dibubuhi gula merah. Bubur ini dihidangkan, yang putih bagian bawah dan yang merah bagian atas. Sedangkan kalau menggunakan kacang hijau, kacang tersebut juga dimasak untuk dijadikan bubur yang disantap bersama-sama (bubur ini disebut Bubur Pusat/Bubur Merah Putih).

Gambar
Kain Bengkong, jenis poplin warna putih yang dipakaikan untuk menyelimuti bayi supaya tidak kedinginan.

More about2. Tanggal Pusat

1. Pakaian Pertama

Attayaya Butang Emas on 2008-08-20

Syahdan, bayi yang telah dibersihkan itu kemudian dipakaikan dengan Barut Gurita yang sebelumnya pusat si bayi dipotong diberikan ramuan obat supaya pusatnya cepat kering dan tanggal. Setelah dipakaikan Barut Gurita si bayi di-bedong dengan kain bedong.

Gambar
Barut Gurita untuk bayi

Kemudian pada bibir dan lidah si bayi dioleskan dengan madu yang bertujuan supaya bayi tersebut merasakan untuk pertama kalinya makanan yang manis (murni) yang terbuat dari berbagai sari bunga. Selain itu kononnya dari madu asli itu dapat mencegah penyakit mulut yang selalunya diderita oleh kalangan bayi.

Gambar
Barut Gurita dipakai oleh perempuan setelah melahirkan (emak si bayi)



More about1. Pakaian Pertama

3 PENGGALAN KETIGA : Buai-Buai Si Intan Payung

Attayaya Butang Emas on 2008-08-19

03
PENGGALAN KETIGA

Buai-Buai Si Intan Payung

Menyambut Kehadiran Si Kecil


Tersebutlah si bayi telah lahir dengan selamat, dan bolehlah disebut bayi itu manusia yang baru. Baru menghadapi kepada dunia yang serba menakjubkan, setelah kurang lebih selama sembilan purnama sembilan hari mendiami dunia kecil yang di dalamnya juga penuh dengan segala keajaiban yaitu di dalam rahim emaknya.

Kini manusia baru itu telah lahir, dan setelah bayi dibersihkan, jika bayi itu lelaki akan diazankan dan sebaliknya jika perempuan akan diqamatkan, sebaiknya oleh si ayahanda bayi itu.



More about3 PENGGALAN KETIGA : Buai-Buai Si Intan Payung

3.b. Cuci Lantai

Attayaya Butang Emas on 2008-08-18

Menurut adat resam pada dahulunya, setelah empat puluh empat hari sang emak melahirkan maka diadakan upacara cuci lantai, dimana emak dan si bayi dalam keadaan sehat. Adapun maksud upacara Cuci Lantai adalah sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT kerena telah diberi rahmat dan kesehatan, serta diberikan keselamatan melalui masa-masa yang mengkhawatirkan, sekaliannya telah diberikan cahaya mata yang sehat.

Beberapa perlengkapan yang perlu disediakan antara lain:
1. Seekor ayam jantan untuk anak lelaki
2. Seekor ayam betina untuk anak perempuan
3. Dua buah nyiur atau kelapa
4. Semangkok beras
5. Semangkok padi
6. 2 buah batang lilin
7. Bedak langir
8. Sebuah sirih
9. Celak
10. Sepiring pulut kuning lengkap dengan daging atau ayam sepotong garu-garu (dari kentang, udang dan sop), telur, ikan goreng.
11. Asam garam
12. Benang tungkal
13. Limau purut
14. Sebuah cermin

Kesemua barang itu diberikan kepada Tuk (Mak) Bidan yang akan mengolah bahan-bahan tersebut. Setelah dijampi-serapah oleh Tok (Mak) Bidan lalu disiram ke lantai. Kemudian lantai disiram pula dengan air yang bersih. Setelah disiram dan lantai menjadi bersih, lantai di beri minyak, disisir dan diberi celak. Sebelum mendandani lantai, Tok (Mak) Bidan meminyaki dirinya sendiri. Kemudian setelah lantai didandan, cermin, nyiur dan lilin yang ada di hadapannya lalu dikelilingkan oleh Tuk (Mak) Bidan pada daerah lantai yang telah dibersihkan itu.
Acara penutup dari kesemuanya itu dipimpin oleh orang lebai dengan membaca do’a selamat. Maka kemudian tetamu atau jiran, sanak keluarga menikmati hidangan yang telah disediakan.

Untuk penggalan kedua yang berkaitan dengan masa-masa kehamilan, melahirkan sampai kepada beberapa acaranya telahpun dijelaskan. Seperkara dalam pekerjaan tersebut di antaranya, oleh kerana atau bersebab kepada sesuatu alasan, maka tiadalah ianya diikuti atau diperturutkan lagi dalam melakukannya di zaman sekarang ini. Tetapi apa-apa yang telah dinukilkan itu, adalah sememangnya yang telah diperbuat oleh orang-orang tua dahulunya.

More about3.b. Cuci Lantai

3.a. Mandi Selepas Pantang

Attayaya Butang Emas on 2008-08-17

Selamat Hari Ulang Tahun Indonesia ke 63
Semoga selalu jaya


3.a. Mandi Selepas Pantang
Setelah tamat masa berpantang, yaitu lepas empat puluh empat hari itu, maka pada hari yang ke empat puluh lima adalah teradat menyelenggarakan kenduri kecil di antara sesama keluarga, anak beranak, adik beradik.
Manakala si emak dimandikan dengan air sintuk limau serta dilangirkan sebagai isyarat melepaskan pantang. Dan hari itu maka bebaslah si emak itu menjalankan kerja-kerja rumah tangganya atau sebarang apa pekerjaan, pun bebaslah ia berjalan kemana jua yang disukainya dengan tiada lagi merasa takut terkena bentan, artinya jadi sakit kerana melanggar pantang-larang.




More about3.a. Mandi Selepas Pantang

3. Selepas Empat Puluh Empat Hari

Attayaya Butang Emas on 2008-08-16

Selama empat puluh hari, dikira dari mula bersalin adalah dikehendaki si emak berpantang di sepanjang masa itu, artinya si emak ditegah (dicegah) dari makan sebarang kehendaknya atau berbuat apa-apa juapun termasuk kepada kerja-kerja rumah tangga. Sehingga bangun berjalan meninggalkan katilpun ditegah melainkan sesudah lepas sekurang-kurangnya tujuh hari. Lepas tujuh hari barulah dibenarkan berjalan sedikit demi sedikit dan sebentar-sebentar itupun di dalam rumah. Pantangan ini dahulunya adalah seperkara yang mesti, sekalipun si emak merasa ianya boleh melakukan kerja lebih dari yang dibenarkan itu. Dan sama sekali si emak ditegah atau dipantangkan dari berjalan-jalan atau keluar rumahnya melainkan setelah genap berpantang selama 44 hari dari pada hari bersalin.

Selepas berpantang daripada empat puluh hari, masih ada pula perkara yang patut dikerjakan, yaitu: (pada bagian lain tulisan)

More about3. Selepas Empat Puluh Empat Hari

2.e. Pantang Larangan Perempuan yang Baru Melahirkan

Attayaya Butang Emas on 2008-08-15

Sedangkan pantang larang yang lainnya bagi seorang perempuan yang baru sudah melahirkan, kononnya adalah beberapa hal, di antaranya ialah:
1. Makan nasi hanya tiga kepal.
2. Berpantang makan makanan yang beras anyir.
3. Tidak diperkenankan minum air terlalu banyak.
4. Berpantang memakan telur itik.
5. Kalau hendak makan ikan, hendaklah dibakar yang campur merica beserta garam yang digiling.
6. Sebaiknya tidaklah bercakap atau mengeluarkan suara dengan keras, kononnya boleh mendatangkan hantu.
7. Tiadalah diperkenankan bersiul-siul di dalam rumah, kononnya pula sebagai memanggil setan.
8. Menjelang maghrib sebaiknya pintu atau tingkap segeralah ditutup supaya jangan setan masuk ke rumah.
9. Pada waktu petang, bagi orang yang berada di rumah orang yang baru lepas melahirkan, tidak diperbolehkan mengambil air di perigi yang ada di luar rumah, takut hantu air mengikuti sampai kerumah.
10. Janganlah berada di luar rumah ketika petang hari atau menjelang senja, takutlah hantu-setan masuk ke rumah.
11. Tiadalah diperkenankan untuk membunuh binatang kecil di dalam rumah, kononnya binatang kecil itu jelmaan roh-roh halus dari bayi.

Hal-hal yang perlu menjadi perhatian bagi emak yang baru sudah melahirkan antara lain:
- Sebaiknya bagi perempuan yang baru melahirkan sampai ke hari ke 44 tidak boleh bekerja keras. Hal ini juga akan sangat berpengaruh kepada keselamatan dan kesehatan bagi si emak (takut bentan).
- Hendaklah pantang makanan yang boleh menimbulkan penyakit atau terganggu kesehatannya.
- Menjauhi untuk memakan obat-obatan di luar ketentuan yang telah diberi oleh Tuk (Mak) Bidan, dikhawatirkan akan mendapatkan penyakit dengan tiba-tiba.

More about2.e. Pantang Larangan Perempuan yang Baru Melahirkan

2.d. Yang Patut Diperbuat Setelah Melahirkan

Attayaya Butang Emas on 2008-08-14

Sementara itu setelah bidan atas membersihkan seluruh badan si emak yang baru sudah melahirkan dari kotoran dan darah. Setelah itu dipakaikan kain bersih lalu diangkat dan dibaringkan di atas tempat tidur yang telah disediakan dengan keadaan bersandar. Setelah itu dahinya dilulur dengan air sepang ini untuk urat-urat mata.
Sedangkan pada bagian kaki si emak di gosokkan minyak nyiur. Maksudnya supaya jangan meroyan. Sakit yang dirasakan sesudah persalinan tidak naik ke bagian mata, sebab bila meroyan sampai ke mata, kemungkinan dapat menyebabkan kebutaan atau rabun.
Setelah itu diminumkan dengan air kunyit yang telah digiling dan disaring. Air kunyit ini dipercayai dapat mengobati luka-luka bagian dalam ketika melahirkan. Biasanya air kunyit itu diminum sampai tiga hari berturut-turut supaya jangan sampai terjadi bentan.

Adapun tanda-tanda Bentan pada emak yang baru melahirkan biasanya dapat dilihat:
- Badan terasa gemetar
- Pandangan mata terasa gelap
- Atau pandangan terasa berkunang

Cara pengobatannya:
- Kedua ibu jari kaki dilumur dengan kunyit yang digiling kemudian diikat dengan benang seperti cincin.
- Membuat ramuan yang terdiri dari jintan putih, jintan hitam, cekur yang dibungkus dengan sepotong kain dan dijadikan buntilan. Buntilan tersebut hendaklah selalu dicium apabila dirasakan adanya tanda-tanda bentan.
Selain dari pada itu, kepada emak yang baru melahirkan, perutnya di balut (dibebat) dengan barut gurita yang terbuat dari kain belacu, bentuknya lebih besar yang bersesuaian dengan keadaan emak. Sebelum perut itu dibalut diberikan ramuan obat yang dicampur obat cuka (limau purut), maksudnya supaya perut (badan) emak yang baru sudah melahirkan akan kembali seperti sediakala.

More about2.d. Yang Patut Diperbuat Setelah Melahirkan

2.c. Lahir Sungsang

Attayaya Butang Emas on 2008-08-13

Kebanyakan bayi dilahirkan dengan kepala keluar terlebih dahulu (normal). Tetapi adakalanya bayi keluar dengan kaki terlebih dahulu, atau barangkali bahu lebih dahulu. Jika jalan bayi itu besar dan bayinya kecil, tiadalah akan mengalami kesulitan yang teruk disebabkan oleh bayi lahir secara nyunsang.

Persoalan justru terjadi, jika jalan bayi itu kecil sedangkan bayinya besar, ini dapat membahayakan keselamatan si bayi maupun si emak. Sebaiknya jika terjadi hal yang sedemikian hendaklah mencari kepada orang yang benar-benar pandai dalam menyelesaikan masalah tersebut dan janganlah ditunda-tunda lagi.

More about2.c. Lahir Sungsang

2.b. Peringkat Kedua Persalinan

Attayaya Butang Emas on 2008-08-12

Segera sesudah bayi dilahirkan, Tuk (Mak) Bidan melakukan pekerjaan mengangkat kaki si bayi untuk beberapa saat lamanya supaya memberikan benda cair keluar dari mulut dan kerongkongan si bayi. Selama beberapa detik paru-parunya berkembang dan menghirup napasnya yang pertama kali. Sesudah itu bayi akan menangis keras-keras. Inilah salah satu suara yang paling merdu pada pendengaran seorang emak atau pun ”si ayah muda” pada ketika itu.
Sekarang si bayi telah sanggup sendiri dan bernafas sendiri, sejurus kemudian warna kulitnya berubah menjadi seperti biasa. Setelah pusat bayi dipotong dengan pemotongan pusat yaitu sebilah rotan atau bambu yang telah ditajamkan.

Sekira sepuluh atau lima belas menit berikutnya maka tembuni terlepas. Tetapi jika tembuni itu agak terlambat keluarnya, Tuk (Mak) Bidan boleh menekan perlahan-lahan atau memijit-mijit rahim pada perut si emak. Pekerjaan yang serupa ini adalah untuk menjaga rahim si emak supaya tetap dan menolong pendarahan yang berlebih-lebihan.
Tembuni dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam periuk tanah disertai dengan sedikit asam dan garam yang telah disediakan. Tembuni itu disebut kakak bayi. Supaya anak tidak sakit, tembuni tersebut hendaklah ditanam baik-baik pada suatu tempat tertentu dengan suatu upacara. Penanaman itu dilakukan setelah anak tanggal pusat. Selama pusat bayi belum tanggal atau terlepas, tembuni yang disimpan di dalam periuk tanah itu dijaga dengan baik di rumah.*)

Keterangan :
*) Sebagian orang ada pula yang langsung menanam tembuni itu setelah dibersihkan.

More about2.b. Peringkat Kedua Persalinan

2.a. Peringkat Pertama Persalinan

Attayaya Butang Emas on 2008-08-11

Untuk memungkinkan sesuatu pekerjaan persalinan sebenarnya telah disediakan oleh Allah SWT dalam tubuh seorang perempuan. Alam telah menyediakan alat-alat semacam panggul seorang perempuan yang akan melahirkan, dengan melunakkan jaringan-jaringan yang ada di dalam, sebagai cara yang luar biasa supaya dapat direnggangkan untuk mengizinkan bayi keluar.
Perkara ini bukan perubahan yang bersifat tiba-tiba, melainkan sudah berjalan beberapa bulan sebelumnya. Bila semuanya sudah sedia, sesuatu dalam tubuh memberi perintah dan pergerakan (Kontraksi) yang kuat yang dimulai dari rahim si calon emak. Hal inilah yang biasa disebut dengan persalinan.
Mula-mula merasa agak tidak enak di dalam perut, diikuti kian mengencangnya otot-otot. Pergerakan ini mula-mula ringan saja, kemudiannya menjadi lebih keras dan lebih kerap.

Pergerakan (kontraksi) ini, mula-mula hanya berlangsung beberapa waktu. Alam sibuk untuk melicinkan jalan bagi bayi yang akan keluar. Ketika persalinan semakin dekat, kontraksi menjadi lebih sering dan mungkin berlangsung selama setengah menit atau lebih. Mungkin juga terlihat lendir, barangkali dengan darah sedikit. Ini bukannya sesuatu yang luar biasa. Tetapi jika banyak darah keluar, hendaklah kepada orang pandai Tuk (Mak) Bidan atau dokter, harus diberitahukan dengan segera.
Pada saat tertentu selama persalinan selubung janin atau kantung air akan pecah. Tiba-tiba ada cairan yang mengalir keluar, tetapi juga menyediakan jalan bagi sang bayi dan merupakan sebagian pekerjaan kelahiran normal.
Bayi sedang perpindah pada posisi yang betul, dan setiap pergerakan menolong membuka jalan. Waktu bayi itu turun ke jalan lahir, pergerakan menjadi lebih keras. Pergerakan otot-otot yang keras ini menolong membuka saluran leher rahim atau pintu rahim. Menjelang saat ini pergerakan boleh terjadi lama dan lebih kerap, sehingga akhirnya si bayi lahir.
Adakala seorang calon emak ketika hendak melahirkan, walaupun tanda-tanda melahirkan itu keluar, tetapi rupa-rupanya agak-agak si bayi degél, mak diperbuatlah dengan cara orang tua-tua dengan menggunakan yang namanya selusuh. Lazimnya disebut dengan air selusuh untuk memudahkan bagi si bayi cepat keluar. Menurut yang dipercayai ada beberapa jenis ataupun cara yang diperbuat kepada air selusuh ini. Yaitu dari padanya ada pula disebut-sebut dengan yang nama rumput fatimah dan beberapa lainnya.

More about2.a. Peringkat Pertama Persalinan

2. Masa Persalinan

Attayaya Butang Emas on 2008-08-10

Inilah salah satu peristiwa yang luar biasa, sesuatu hal yang menunjukan kebesaran Allah SWT. Yang telah menjadi kehendak-Nya Yang Rahman dan Rahim. Hal ini sesuai dengan firman-Nya: “Tiadalah sepatutnya Tuhan mengambil anak, Maha Suci Dia, apabila dia memutuskan suatu urusan hanyalah Dia berkata ; Jadilah lalu jadi.” (Surah Maryam – ayat 35)
Setelah genap bilangan bulan dan hariannya, selama kurang lebih sembilan purnama, lazimnya disebutkan kepada “Sembilan Bulan Sembilan (separuh) Hari” bayi tumbuh di dalam rahim sang bunda. Sekarang tibalah saatnya manusia baru itu untuk melangkah ke dunianya yang baru pula.
Tempat melahirkan biasanya dipakai ruang tengah, kerana ruang tengah lebih lapang dari pada ruang bilik. Ruangan yang lapang sangat diperlukan sebagai tempat melahirkan kerana untuk lebih mudah meletakkan berbagai perlengkapan.
Kononnya, ada pula kepercayaan orang-orang tua dahulu kala, ada hantu atau setan yang suka datang pada masa perempuan bersalin kerena hendak memakan darah perempuan itu, oleh sebab itu kepercayaan yang demikian itu maka “jadi teradat pada masa itu” untuk menggantungkan di bawah rumah secekak daun mengkuang yang berduri untuk menjadi penghalang atau mencegah hantu itu daripada menghampiri. Gantungan daun mengkuang berduri itu diletakkan betul-betul pada sebelah bawah tempat perempuan yang baru bersalin itu tidur. Kemudian ada pula yang melakukan sesuatu pekerjaan di depan pintu bilik atau rumah tempat orang beranak itu dicalit-pangkah dengan kapur yang disertai dengan jampi-serapahnya. Kemudiannya ada pula yang melakukan kerja seperti berikut, yaitu beberapa hari sebelum saat melahirkan tiba, tepat di bawah rumah tempat melahirkan itu diletakkan beberapa benda seperti:
- Sebutir nyiur (kelapa) tua,
- Sebuah patil (alat yang dipakai untuk memperhalus papan)
- Sebatang pokok pandan berduri,
- Sebatang pokok mali-mali berduri,

Adapun cara meletakkan benda-benda tersebut ialah, patil ditancapkan pada buah nyiur, kemudian diletakkan di bawah rumah tempat melahirkan. Pokok pandan berduri diletakkan di samping buah nyiur. Pokok mali-mali berduri di potong pendek-pendek kemudian diselipkan di bawah papan tempat melahirkan. Kononnya benda-benda tersebut sebagai penangkal untuk menghalau sejenis hantu penghisap darah orang sedang melahirkan yang dikenal dengan nama hantu penanggal. Apabila hantu penanggal itu sampai dapat menghisap darah orang perempuan yang tengah bersalin, maka perempuan itu akan tumpah darah dan kemungkinan akan meninggal kerana kehabisan darah.
Selain kelengkapan yang diletakkan dibawah rumah tempat melahirkan itu, hendaklah dipersiapkan pula kelengkapan lainnya pada saat bersalin, yaitu antar lain:
- satu baskom air panas suam kuku
- sabun mandi bayi (zat untuk membersihkan)
- sepotong rotan atau bambu yang telah ditajamkan
- obat untuk pusat

Catatan, obat untuk pusat. Bahan-bahannya:
- daun sirih
- kulit durian kering
- arang para
- beberapa butir bawang merah

Cara membuatnya:
Daun sirih dilumatkan, kulit durian kering dibakar sampai hangus kemudian digiling sampai halus. Arang para dihaluskan, bawang merah dilumatkan. Kemudian dicampur menjadi satu.

Selain itu juga dipersiapkan kelengkapan lainnya yang dipergunakan setelah melahirkan, yaitu:
- Beberapa ulas cekur (kencur)
- Sepotong kayu sepang
- Air madu
- Periuk tanah
- Beberapa keping uang logam
- Sedikit asam-garam
- Sedikit minyak nyiur
- Dan sepotong kunyit

Sedangkan untuk menyambut si bayi dipersiapkan pula kelengkapan untuk tempat tidurnya seperti:
- Sebuah talam terbuat dari tembaga
- kain sarung sebanyak tujuh lembar
- uang logam (dulu pakia uang logam Inggeris 44 sen)
- beras secukupnya (ada juga yang menggunakan kacang hijau)

Beras yang diletakkan di dalam talam dengan rata, kemudian diletakkan uang logam secara tersebar. Setelah itu dialas pula dengan kain yang tujuh helai itu. Lalu diletakkan bantal dan guling kecil dua buah. Inilah tempat tidur bayi sampai berusia 44 hari.
Setelah kelengkapan untuk menyambut bayi dipersiapkan, kita berikan tumpuan kepada kelengkapan si emak, yang dipergunakan setelah bersalin, yaitu:
- gelang emas
- sehelai kain
- sebuah kemiri
- sebatang kayu
- sedikit beras
- sekapur sirih (yang telah dijampi)
- seutas tali yang dibuat dari kulit pohon terap
- sebuah batu giling
- bantal dan kasur

Sedangkan untuk katil atau tempat tidur, dipersiapkan sedemikian rupa, di antaranya dipersiapkan bantal yang disusun agak tinggi yang dapat dipergunakan untuk sandaran (setelah melahirkan).
Sebelum melahirkan, tali yang terbuat dari kulit pohon terap itu diikatkan di langit-langit bilik yang sekira-kiranya di atas katil atau tempat tidur itu dapat terjangkau oleh si emak yang sekiranya hendak bangkit ataupun bangun (setelah melahirkan). Begitupun halnya dengan batu giling di letakkan sekira di ujung kaki ketika berbaring yang gunanya sebagai landasan kaki ketika hendak bangun (setelah melahirkan). Sedangkan perlengkapan yang lain seperti sekapur sirih, buah kemiri, beras, gelang emas, dan paku tadi dibungkus dengan kain lalu diikatkan tergantung pada tali terap yang telah tersedia. Perbuatan yang sedemikian kononnya sebagai penangkal atau penghalau hantu ataupun mahluk halus yang suka mengganggu ketika seseorang melahirkan.
Kemudiannya sekira saat hendak bersalin, terkadang sang calon emak juga telah mengeluarkan tanda-tanda bersalin yaitu terasa sakit pada perutnya dan juga pada pinggangnya hinggalah kebawah perut yang kerap pula diikuti dengan cairan yang keluar (air ketuban yang pecah). Pada saat telah sampai pada tanda hendak bersalin, sudah patutlah menjemput Tuk Bidan atau Mak Bidan untuk membantu persalinan. Kemudian orang-orang ataupun ahli keluarga yang berada dirumah tempat perempuan yang akan bersalin, hendaklah bertenang tetapi tetap bersiaga untuk memberikan bantuan termasuk menyiapkan air hangat yang dipergunakan untuk memandikan si bayi, kelak.
Menurut adat resam, ada dua orang yang menjadi Tuk (Mak) Bidan dalam membantu persalinan. Yaitu Tuk (Mak) Bidan bagian atas yang bertugas membersihkan badan sang emak. Sedangkan Tuk (Mak) Bidan bagian bawah berfungsi menyambut bayi dengan air hangat (suam kuku), selain itu juga membersihkan tembuni.

More about2. Masa Persalinan

1.c. Pantang Larang Untuk Suami Yang Istrinya Sedang Hamil

Attayaya Butang Emas on 2008-08-09

  • Tiadalah diperbolehkan seorang suami ketika istrinya sedang hamil untuk melakukan perbuatan mengikat-ngikat tali dengan simpul mati. Dikhawatirkan akan sukarlah bagi istrinya ketika melahirkan.
  • Sebaiknya tiadalah melakukan kerja-kerja yang jarang-jarang diperbuat, seperti umpamanya pergi berburu atau kerja memancing (kecuali memang sudah pekerjaannya), dikhawatirkan si anak ketika lahir akan cacat.
  • Konon, tiadalah pula diperkenankan membunuh sembarangan kepada hewan tertentu, kerana akan mendatangkan petaka kepada si anak ketika lahir nanti, mungkin akan mendatangkan kematian.
  • Tiada diperkenankan mencacak pagar atau tiang rumah yang sifatnya menetap, bersebab akan mendatangkan kesukaran ketika istrinya melahirkan
  • Kemudian daripada itu menurut petuah yang tua-tua, sewaktu hamil sudah menjejak tiga bulan dilarang berjalan keluar rumah sewaktu maghrib kerana akan mengakibatkan kelak anak dilahirkan menangis di waktu malam.

Adapun kepada pantang larang ini, untuk sesebahagian orang tiadalah mengindahkannya. Sebab baginya tiada perbuatan yang serupa itu masuk kepada akal pikirannya. Apatah lagi kepada orang-orang yang berpikiran modern. Tetapi tiadalah pula kita dapat menyalahkannya, semua memang terletak kepada keyakinan setiap orangnya. Dan kesemuanya itu kita pulangkan kepada Allah SWT.

More about1.c. Pantang Larang Untuk Suami Yang Istrinya Sedang Hamil

1.b. Pantangan Larangan Bagi Perempuan Hamil

Attayaya Butang Emas on 2008-08-08

Maka diperbicarakan orang didalam masa-masa kehamilan ini adalah pantangan dan larangan yang diindahkan, kerana tiada boleh hendak diperkecilkan-kecilkan. Bersebab pantang larang yang diperingatkan oleh orang-orang tua, bukanlah tiada mempunyai sebab musabab, tentulah ianya tersabit kepada pengalaman turun temurun.
Oleh sebab itu, dalam kaitan ini hendaklah juga diberikan kepada beberapa contoh pantang larang ketika masa kehamilan bagi calon emak maupun juga kepada suami atau calon ayah.
Pantang larang itu diantaranya sebagai yang ternukil berikut ini bagi perempuan yang sedang hamil:
  • Tiadalah konon diperkenankan untuk melalui atau melewati tempat menyidai pakaian atau penjemur kain, dikhawatirkan anaknya lahir dalam keadaan melintang.
  • Tiadalah diperkenankan untuk membelah ikan dibagian kepala, terutama jika ikan itu besar, takut kelak anak yang dilahirkan menjadi cacat atau sumbing bibirnya.
  • Tiada diperbolehkan membelah puntung kayu, dikhawatirkan anaknya kelak cacat.
  • Tidak boleh mencacak pagar, ditakutkan akan susah ketika melahirkan.
  • Janganlah mengikat tali, rotan atau akar, dipercayai akan sukarlah ketika melahirkan.
  • Tiadalah dibenarkan seseorang itu melewati atau melintas di belakang kepada perempuan hamil yang sedang duduk, takut nyeman atau menyerupai orang yang lalu dibelakang. Kalau ingin lewat di belakangnya hendaklah diberitahu dahulu.
  • Tiadalah pula elok melilit kain sesuatu dileher, ditakutkan kelak si anak akan terlilit tali pusat ketika lahir.
  • Kemudiannya bagi perempuan hamil tiadalah elok untuk memperkatakan keburukan ataupun kecacatan seseorang, sebab akan dikhawatirkan kelak anaknya lahir menyerupai kepada orang yang dicelanya. Tetapi jika ianya terlepas kata sebaiknya meminta ampun kepada Allah dengan cara beristighfar.
  • Sebaiknya kepada wanita yang sedang hamil, dipersenang-senangkan hatinya.


More about1.b. Pantangan Larangan Bagi Perempuan Hamil

1.a. Tujuh Purnama Kehamilan

Attayaya Butang Emas on 2008-08-05

Adapun adat resam atau peraturan dalam perkara beranak atau bersalin yang dijalankan orang Melayu pada dahulunya, disini hendak dinyatakan cara-caranya dengan ringkas saja. Di antaranya ada yang disebut dengan ”Lenggang atau Kirim Perut”. Perkataan ”Lenggang Perut” itu ialah mengikuti seperti yang telah difahamkan, ialah suatu adat yang dijalankan ke atas seseorang istri yang telah genap tujuh bulan atau tujuh purnama masa kehamilan atau mengandung, maka pada masa itulah dipanggil bidan kerana memeriksa dan menentukan isteri yang hamil itu betul tidaknya genap tujuh bulan atau tujuh purnama.
Adapun kelengkapan yang mustahak disiapkan kerana acara melenggang perut ini biasanya, adalah seperti sebagai berikut:
- Tujuh helai kain (kalau dapat tujuh warna yang berlainan satu dengan yang lainnya)
- Segantang beras
- Sebutik (sebiji) nyiur atau kelapa
- Beberapan urat benang mentah
- Sebatang damar (lilin lebah)
- Sedikit minyak kelapa atau minyak urut
- Sedikit lilin
- Satu tempat sirih atau tepak yang cukup lengkap isinya
- Pengkeras uang sebanyak lima suku di dalam tepak itu

Setelah sedia segala barang itu dan Tuk (Mak) Bidan telah datang maka mulailah melakukan sebarang pekerjaannya mengikuti adat resam orang melenggang perut, yaitu:
Mula-mula Tuk (Mak) Bidan membentangkan ketujuh-tujuh helai kain yang tujuh warna itu melintang sehelai di atas sehelai, dan di atas lapisan kain-kain inilah dibaringkan isteri yang hamil itu. Kemudian dengan minyak nyiur (nio) atau minyak urut itu diurutnya perlahan-perlahan akan perut itu kadar tiada lama atau hanya sebentar saja. Kemudian diambil pula nyiur yang sudah dikupas lalu diguling-gulingkan perlahan-lahan diatas perut dari atas ke bawah sebanyak tujuh kali dan pada kali ketujuh itu digulingkannya kelapa itu serta dilepas dan dibiarkan kelapa itu bergolek dari perut itu jatuh walau kemana-manapun sambil diperhatikan oleh Tuk (mak) Bidan itu bagaimana kedudukan muka atau mata nyiur itu. Setelah berhenti ia dari goleknya, menghala keatas atau kebawah. Demikian konon alamatnya, sesuatu kepercayaan orang-orang tua dahulu.
Setelah itu maka Tuk (Mak) Bidan itupun memegang dengan sebelah tangannya satu ujung kain yang diatas sekali dan dengan satu tangannya yang sebelah lagi dipegangnya ujung lainnya dari pada kain itu juga. Kemudian diangkatnya lagi sedikit sambil dilenggang-lenggangkannya badan perempuan hamil tujuh bulan hanya dengan seketika (mungkin dari sinilah terbitnya panggilan ”Lenggang Perut”), kemudian ditariknya kain itu keluar dari bawah badan perempuan hamil tujuh bulan itu. Demikianlah dilakukannya sehelai demi sehelai kain-kian itu sehingga habis ketujuh-tujuh helai. Dan kain di bawah sekali itu diberi kepada Tuk (Mak) Bidan itu bersama-sama nyiur, beras, damar, sirih pinang beserta uang pengkeras lima suku di dalam tempat sirih itu.
Pada saat hari melenggang perut itu biasanya diadakan kenduri sedikit di antara orang-orang tua dan anak-keturunan serta kaum keluarga yang dijemput khas. Pada masa kenduri itu biasanya si isteri yang berlenggang perut itu dipakaikan pakaian yang baru dan indah-indah belaka.

More about1.a. Tujuh Purnama Kehamilan

1. Kehamilan

Attayaya Butang Emas on 2008-08-04

Siapapun orang tuanya, tentulah sangat berharap dan meminta kepada Tuhan supaya mendapatkan anak ataupun zuriat yang baik, yang taat kepada agama, berbakti kepada kedua orang tuanya serta berguna bagi bangsa dan negara.
Maka supaya mendapatkan anak yang baik sebagaimana yang dicita-citakan, ketika anak masih dalam kandungan ibunya, ianya telah dijaga, dipelihara, dijauhkan dari segala sesuatu yang mungkin akan mendatangkan hal-hal yang tidak diinginkan, termasuklah supaya jangan diganggu oleh makhluk-makhluk halus. Terkadang penyakit itu baik badan maupun kepada rasa dan jiwanya, juga boleh disebabkan oleh gangguan roh-roh halus*), terutama kepada orang perempuan yang sedang hamil, apatah lagi hamil sulung.

Hatta dengan keizinan dari Allah SWT. Setelah sepasang suami istri menyatu dalam kehidupan berumah tangga, maka sang istripun hamil. Suatu peristiwa yang luar biasa dan membahagiakan bagi seorang perempuan. Pada saat inilah seorang perempuan merasa dirinya sangat sempurna. Ia menikah, kemudian dia dapat hamil dan insya Allah akan melahirkan dengan selamat, sehat wal-afiat emak dan si bayi.
Menurut kodrat, inilah peristiwa yang tiada akan pernah dialami, dirasakan dan dilalui oleh seorang lelaki. Inilah mukjizat bagi seorang perempuan. Bukan saja bahwa seorang perempuan dengan kehamilannya sampai saat melahirkan akan mendapatkan sesuatu gelaran baru, yaitu menjadi seorang ibu atau emak. Tetapi juga kepada sesuatu perasaan yang aneh dan tersangatlah indahnya sehinggakan tiada terlukis dengan kata-kata. Perasaan kecemasan karena telah terlambat datang bulan, atau menstruasi atau kita biasa menyebutnya dengan istilah halangan. Perasaan itu sangat mencemaskan tetapi aneh, ianya sangat diinginkan, kerena keterlambatan halangan itu, boleh jadi sebagai tanda-tanda kehamilan. Apatah lagi jika memasuki sepurnama–dua dan tersangatlah suka pada makan yang berasa asam, lazimnya diperkatakan orang sebagai masa “mengidam”.**)
Masa-masa mengidam bagi seorang perempuan yang tengah hamil, tiadalah pula sama antara satu dengan yang lainnya. Adakalanya perasaan mengidam itu ketika memasuki bulan-bulan pertama hingga kehamilan berusia tiga purnama, bahkan adakala memasuki sampai mendekati masa kelahiran. Selain dari pada itu, tanda-tanda kehamilan bagi seorang istri, terkadang juga dialami oleh sang suami, seperti umpamanya sebagaimana yang juga dirasakan sang istri, apakah itu menyukai makanan yang berasa asam atau terkadang merasa mual ingin muntah. Seperkara tegang mengidam ini hendaklah jangan diperkecil-kecilkan, walaupun terkadang ianya sangat sederhana. Tetapi kadang dapat pula menjadi pikiran dan memeningkan. Sebab mengidam ini bukan hanya sekedar ingin mencicipi atau mencium sesuatu jenis makanan atau benda-benda tertentu saja. Terkadang sesuatu yang diinginkan itu sangat sulit diperdapat. Padahal apa yang ingin dicicipi atau dicium itu hendaklah patut untuk didapatkan. Seandainya sesuatu yang diinginkan itu tidak tercapai, konon boleh boleh menyebabkan pada suatu perkara yang tidak diingankan. Sebab mengidam ini bukanlah seperkara yang dibuat-buat atau mengada-ada.
Adapun tanda-tanda kehamilan yang lazim dirasakan, kepala merasa pening, muntah-muntah, tidak berselera melihat makanan dan sebagainya. Dalam keadaan yang serupa itu, biasanya cepat-cepat dipanggil seorang Tuk***) (Mak) Bidan untuk memeriksa keadaan perempuan tersebut, apakah perihal tersebut disebabkan pada kehamilan atau oleh penyakit yang lain. Kemudian Tuk (Mak) Bidan itu memeriksa perut (merabah perut) perempuan tersebut dengan cara menekan perlahan-lahan pada begian perut tertentu.
Pada saat memeriksa itu, hanya dilakukan berdua saja antara bidan dengan perempuan tersebut. Caranya perempuan yang hamil itu berbaring diatas tikar yang bersih, kepala beralaskan sebuah bantal, kedua bagian lutut dinaikkan, maksudnya semua urat-urat di bagian perut yang akan diraba-raba itu kendur dan lemas. Tuk (mak) Bidan yang meraba perut itu duduk disampingn kiri atau kanan perempuan tersebut. Setelah berselang beberapa waktu dalam meraba-raba perut itu duduk di samping kiri atau kanan perempuan itu, apakah memang sebenarnnya sudah hamil dan sekaligus mengetahui usia kandungannya. Biasanya Tuk (Mak) Bidan telah dapat menetapkan berapa bulan lagi perempuan hamil itu akan melahirkan. Ketika itu juga Tuk (Mak) Bidan memberikan berbagai petunjuk dan larangan serta pantangan yang harus ditaati oleh perempuan hamil itu, juga kepada keluarga dan si suami.
Setelah jelas bahwa seseorang perempuan (istri) itu hamil, maka seluruh keluarga diminta sama-sama menjaga dan bersikaplah hati-hati, menjaga kelaku-perangai terhadap perempuan yang hamil itu. Perempuan hamil itu dilarang bekerja keras. Segala geraknya dibatasi, tidak boleh melintasi tempat-tempat yang dianggap berpenunggu, harus selalu bersih, dan berpakaian atau berdandan yang rapi, memakai harum-haruman. Ia juga harus meminum obat tertentu, melakukan amalan-amalan tertentu, misalnya berjalan pagi mengarungi embun yang melekat di rumput-rumput, meminum air ujung rambut sesudah mandi, dan sebagainya. Maksud petunjuk dan semua larangan itu, supaya memudahkan dan selamat melahirkan serta anak yang dilahirkan kelak menjadi anak yang sempurna. Semua keluarga diminta untuk menjaga perasaannya supaya ia tidak kecewa, tidak cemas dan khawatir. Sebab semua perasaan tersebut akan mempengaruhi watak dan perkembangan anak di dalam kandungan.
Dari pihak suami, sejak istrinya hamil haruslah berhati-hati melakukan pekerjaan dan tindakan. Mulai dari tidak boleh memaku sesuatu, mengikat sesuatu dengan tali atau rotan, menyakiti binatang, menyacak kayu pagar yang runcing dan sebagainya. Sebab semua pekerjaan dan tindakan tersebut boleh menyebabkan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan terhadap istrinya atau halangan-halangan lain.
Setelah pekerjaan memeriksa perut perempuan hamil itu selesai, biasanya dalam kesempatan itu juga orang tua perempuan yang hamil itu menyampaikan permohonan supaya Tuk (Mak) Bidan dapat mengasuh anaknya sejak pemeriksaan hingga saatnya nanti melahirkan. Biasanya Tuk (Mak) Bidan jarang sekali menolak terkecualilah pada sebab-sebab tertentu.
Mulai saat itu suami beserta keluarga bersiap-siap untuk melakukan upacara menempah Bidan, apabila kandungan telah mendekati usia tujuh purnama. Menjelang kandungan berusia tujuh purnama biasanya Tuk (Mak) Bidan datang secara teratur untuk memeriksa kesehatan perempuan hamil itu termasuklah dengan anak di dalam kandungan. Biasanya upacara menempah kandungan berusia tujuh purnama, kemudiannya juga diikuti dengan upacara “lenggang Perut”.
Upacara menempah Bidan ini dianggap cukup penting, maka seluruh keluarga perempuan yang hamil itu, mempersiapkan upacara dengan baik-baik. Tempat upacara dapat dilakukan dirumah perempuan yang sedang hamil itu atau dapat juga dilakukan di rumah Tuk (Mak) Bidan. Apabila Tuk (Mak) Bidan itu sudah tua, maka biasanya upacara itu dilakukan di rumah Tuk (Mak) Bidan. Bidan yang ditempah itu sebanyak dua orang yaitu bidan atas dan bidan bawah.
Beberapa hari sebelum upacara menempah, dirumah tersebut sudah kelihatan sibuk mempersiapkan alat-alat dan segala sesuatu nya yang perlu di bawa ke rumah mak bidan. Semua keluarga baik dari pihak suami dan istri berkumpul di rumah itu. Ruangan rumah sejak dari dapur hingga ke ruangan tengah dan serambi muka dibersihkan. Tikar bersih dibentangkan di tengah rumah. Sehari sebelumnya telah diundang jiran tetangga datang kerumah untuk membacakan doa tolak bala yang dipimpin oleh seorang alim ulama. Selesai membaca doa dihidangkan makanan, berupa pulut kuning lengkap dengan lauk pauknya. Makanan tersebut dicicipi bersama-sama, beberapa kue atau juadah lainnya. Sementara itu dua orang perempuan setengah baya yang menjadi utusan untuk pergi menempah bidan telah bersiap-siap dengan mengenakan pakaian yang bersih dan dandanan yang rapi. Alat-alat yang diperlukan untuk upacara menempah bidan telah dipersiapkan dalam suatu tempat dangan susunan yang rapi. Alat-alat tersebut seperti sebuah tepak sirih lengkap dengan segala isinya, yaitu: susunan sirih, kapur, pinang dan gambir dan tiga buah limau nipis yang serangkai, artinya tiga buah limau nipis itu terletak pada satu tangkai yang sama,
Apabila upacara menempah itu dilakukan untuk pertama kalinya atau (Hamil Sulung), maka alat-alat yang telah disebutkan di atas dilengkapi pula dengan sepinggan besar pulut kuning lengkap dengan lauk pauknya yang dihidangkan diatas sebuah pahar berhias ditutupi dengan kain tudung hidang disertai dengan bedak langir untuk mandi dan sebuah anak batu giling. Setelah upacara membaca doa selesai, maka utusan itu pun berangkat sambil dilepaskan oleh keluarga perempuan yang hamil, untuk menuju ke rumah mak bidan dengan membawa segala perlengkapan yang disebutkan di atas serta ditemani beberapa orang anak laki-laki.

Catatan:
a. Pahar, adalah sejenis talam berkaki dan berukiran pinggirnya, terbuat dari tembaga.
b. Tudung hidang, penutup sajian yang dibuat dari perca (potongan kain) yang beraneka ragam warna, dibagian tengahnya disulam dengan benang emas atau perak.
c. Bedak langir, alat yang dipakai dalam upacara mandi yang terbuat dari beras giling dan jeruk nipis.
d. Anak batu giling, sebuah panggilan yang berbentuk bulat panjang dibuat dari batu dan dipegang di kiri kanan, apabila menggiling.

Lambang yang terdapat dalam unsur upacara
1. Tepak sirih, sebagai lambang penghormatan, rasa keikhlasan, ketulusan serta persahabatan
2. Mandi dengan air limau yang sudah dimanterai, maksudnya untuk membersihkan badan dari gangguan setan-setan.
3. Mandi memakai kain basahan agar tidak disapa atau ditegur oleh roh-roh jahat.
4. Kulit limau bekas perahan yang ditempatkan ke belakang, supaya semua penyakit, semua setan terlepas dari badan mengikuti sinar matahari yang lepas ke belakang atau ke arah matahari terbenam.
5. Mandi berbedak, berlangir, maksudnya untuk membuang sial di badan, supaya anak yang dikandung pertama kalinya itu mendapatkan tuah yang baik.
6. Mandi air mantera bidan sekali lalu, berarti menghalaukan setan-setan dari badan dan memudahkan ketika melahirkan.
7. Batu giling yang diletakan di samping, diibaratkan seperti seorang anak yang sangat diharapkan.
8. Minum air tetesan dari ujung rambut, supaya mudah melahirkan sebagai selusuh.
9. Limau tiga serangkai merupakan lambang kesaktian yang mempunyai kekuatan-kekuatan tertentu, apabila dijadikan obat.

Keterangan :
*)Roh-roh halus yang dipandang amat berbahaya bagi perempuan yang sedang hamil, dapatlah dibahagikan kedalam kedua jenis yaitu hantu dan syaitan yang berkeliaran di alam lepas, yang tinggal di tempat-tempat tertentu (pokok besar, perigi, kakus, jembatan, rumah kosong di simpang-simpang jalan atau lainnya) dan roh-roh halus yang dipelihara oleh orang-orang tertentu. Orang yang memelihara roh-roh halus atau hantu-hantu tersebut mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Menurut ceritanya hantu yang dipelihara itu dapat disuruh melakukan sesuatu pekerjaan yang dapat memuaskan pihaknya. Konon, hantu itu dapat dimiliki siapa saja yang ingin memeliharanya, setelah ia mempelajari (menuntut) dari seseorang yang telah biasa memelihara hantu suruhan itu. Pemilik-pemilik hantu itu secara teratur memberi makan kepada hantu-hantu peliharaannya. Apabila ada kepada syarat yang kurang, hantu itu akan menganiaya orang lain, terutama mengganggu orang perempuan yang sedang hamil atau anak-anak.

**) Maka tersebutlah suatu cerita berkenaan kepada mengidam ini yang membawa kepada suatu peristiwa yang menghebohkan dalam sejarah Melayu, yaitu ketika Dang Hanum isteri Laksamana Megat Sri Rama mengidamkan akan buah nangka yang masak. Konon dicari-carilah buah nangka itu di merata tempat tapi tiada juga berjumpa. Hingga akhirnya suatu ketika Penghulu Bendahari membawa sebuah nangka yanng masak serta eloknya yang akan dipersembahkan kepada Sultan Mahmud. Ternampaklah oleh Dang Hanum, lalu dimintanya seulas. Tetapi karena buah nangka itu diperuntukkan kepada bagi santapan Sultan, tiadalah berani Penghulu Bendahari Itu memberikan walau hanya seluas. Tetapi Dang Hanum tetap berkeras, karena tersangat inginkan buah nangka itu, konon sampai meneteslah air liurnya, maka meratap-ratap dan menghibah-hibah Dang Hanum. Melihat kelakuan yang sedemikian itu, akhirnya tidak sampai hati Penghulu itu, maka di congkelnya buah nangka diambilnya seulas dan diberikan Dang Hanum. Inilah yang demikian menjadi penyebab kepada pertikaian yang berkepanjangan di dalam cerita sejarah Melayu, konon.

***) Di Beberapa daerah atau tempat ada yang memanggil Mak Bidan itu dengan panggilan Tok Bidan, walaupun orangnya juga perempuan. Panggilan Tok disini bukan kepada jenis kelamin tapi karena kedudukannya.
More about1. Kehamilan

2 PENGGALAN KEDUA : Menapak Langkah

Attayaya Butang Emas on 2008-08-03

02
PENGGALAN KEDUA

Menapak Langkah


ADAT ISTIADAT

Adat adalah tata cara yang mengatur tingkah laku manusia dalam segala aspek kehidupannya. Dengan demikian, dalam masyarakat yang menjunjung tinggi adat segala kegiatan kehidupannya diatur oleh adat.

Jika ditinjau dari sumbernya, orang melayu dalam arti luas mengenal kepada dua macam adat. Kedua macam adat itu ialah:
1. Adat temenggungan
2. Adat perpatih

Adat temenggungan adalah warisan Datuk Temenggung. Adat temenggungan mengandung sistem patrilineal yaitu garis keturunan berdasarkan keturunan bapak. Orang Melayu Kepulauan Riau menggunakan adat temenggungan ini. Sedangkan adat Perpatih merupakan warisan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Adat Perpatih mengembangkan sistem matrilineal yaitu garis keturunan berdasarkan pada keturunan ibu. Adat perpatih berlaku dalam sebagian masyarakat melayu Riau Daratan.

Jika ditinjau dari sudut hirarkinya, adat melayu dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Adat sebenar adat
2. Adat yang diadatkan
3. Adat yang teradat

Adat sebenar adat ialah prinsip-prinsip yang bersumber dari agama Islam. Aturan adat ini tiadalah dapat diubah-ubah. Adat yang pertama ini tersimpul dengan ungkapan
“Berdiri adat karena syarak”.

Adat yang diadatkan ialah prinsip-prinsip adat yang disusun oleh penguasa Melayu (Raja, Pemuka adat, dll). Adat sejenis ini dapat pula berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan pandangan pihak penguasa sesuai dengan ungkapan
“Sekali air bah, sekali tepian berubah”.

Adat yang teradat ialah sikap, tindakan, dan putusan bersama atas dasar musyawarah yang dirasakan cukup baik oleh masyarakat. Inilah yang kemudian menjadi kebiasaan turun-temurun. Adat jenis ketiga ini pun dapat berubah sesuai dengan kehendak zaman.

Dalam masyarakat Melayu Kepulauan Riau, ketiga jenis adat di atas berlaku dalam mengatur kehidupan keseharian. Di kampung-kampung, aturan adat tersebut masih banyak yang diperhatikan dan di indahkan, tetapi di daerah perkotaan mengalami kecendrungan agak melonggar.

KEBUDAYAAN

Kebudayaan ialah akal-budi manusia yang dijelmakan ataupun digambarkan dalam wujud
o gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya
o perilaku, dan
o hasil karya

Maka kebudayaan itu terdiri daripada tujuh unsur yang universal (Koentjaraningrat, 1983 : 2).
Ketujuh unsur ialah sebagai berikut:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan dan adat.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian
7. Sistem teknologi

Maka dengan demikian kebudayaan itu dapatlah dikelompokkan atas dua kelompok besar (utama).
Pertama, disebut kebudayaan warisan.
Kedua, kebudayaan yang hidup.

Kebudayaan warisan semua berwujud artifact. Artifact kebudayaan warisan itu: (1) yang terdapat ex situ di museum (2) yang terdapat in situ, di situs arkeologi, yang meliputi peninggalan dari zaman prasejarah, zaman pengaruh India, zaman pengaruh Islam, dan zaman pengaruh Barat.

Kebudayaan yang dibedakan atas (1) kebudayaan tradisional dan (2) kebudayaan kontemporer.

Kebudayaan tradisional ada yang berupa artifact yang terdapat di museum, tetapi ada yang berupa act meliputi:
1. Adat-istiadat dan kebiasaan tradisional;
2. Sistem/organisasi kemasyarakatan tradisional;
3. Sistem pengetahuan tradisional:
4. Kesenian tradisional;
5. Bahasa klasik;
6. Permainan dan olahraga tradisional;
7. Makanan dan Minuman tradisional;
8. Kerajinan tradisonal;
9. Pakaian tradisional;
10. Seni bina (arsitektur) tradisional;
11. Sistem tegnologi.

Kebudayaan kontemporer ada yang berupa artifact yang terdapat dalam museum modern dan di tengah masyarakat. Ada pula yang berupa act yang meliputi unsur-unsur sebagai berikut ini:
1. cara hidup modern;
2. sistem / organisasi kemasyarakatan modern;
3. sistem pengetahuan modern;
4. kesenian kontemporer;
5. bahasa modern;
6. permainan dan atau olahraga modern;
7. makanan dan minuman modern;
8. kerajinan kontemporer;
9. pakaian modern;
10. arsitektur modern;
11. sistem mata pencaharian;
12. sistem teknologi dan peralatan modern.

Kesemua unsur kebudayaan yang diperkatakan diatas, baik kebudayaan warisan maupun kebudayan yang hidup; yang tradisional maupun yang modern, merupakan kekuatan kebudayaan yang menjadi modal penting bagi suatu daerah dan masyarakatnya.

Konon di dalam kitab ini penyusunannya tiadalah mengikut kepada cara dari kalangan orang-orang pandai dan cendikia (akademis), melainkan kepada cara yang mudah bagi orang kampung. Jika menghitung, mengikuti kepada angka yang terendah dahulu. Dan begitulah seterusnya.

Syahdan, dalam kehidupan masyarakat orang Melayu dikenal kepada beberapa upacara yang sebahagiannya masih diperturut kepada adat resamnya. Tersebutlah kepada aturan cara pada upacara yang dilakukan oleh orang Melayu kepada ketiga tuntunan utama, yaitu kelahiran, perkawinan dan kematian. Ketiga upacara utama inilah amatlah pentingnya dalam kehidupan orang Melayu, karena manusia hidup melalui kepada tiga masa yang paling penting, yaitu ketika manusia dilahirkan ke dunia, memasuki jenjang perkawinan dan saat manusia meninggalkan dunia yang fana.

Akan tetapi memandangkan kepada kehidupan itu sendiri tidaklah hanya melaui pada ketiga “masa” penting itu saja, melainkan juga ketika memasuki masa kanak dengan segala kelangkapannya, masa remaja atau akhil balig kemudian barulah memasuki masa perkawinan. Kemudian pula mengalami berbagai kegiatan kehidupan bermasyarakat yang syarat oleh aturan ataupun tata cara sekaliannya, sehinggalah memasuki usia tua, akhirnya kembali Kepada Sang Pencipta Allah azza wajallah.

Maka dipertanyakan orang, manakah yang terlebih dahulu ada, apakah telur atau anak ayam. Dan setiap kali pertanyaan yang demikian muncul mendatangkan suatu keragu-raguan kepada kita untuk menjawabnya. Samalah dengan masalah budaya dan manusia. Oleh sebab itu, menurut hemat kami hal yang demikian itu tiadalah perlu diperpanjang-panjangkan sehingga mendatangkan kepada fi’il yang kurang berpatutan. Maka kita akan memulai langkah dengan memilih pelangkah yang baik dan berurut-urutan supaya lebih mudah untuk menyimak dan menyelusurinya dalam rentang perjalanan kehidupan anak Melayu itu sendiri.


More about2 PENGGALAN KEDUA : Menapak Langkah

3. Jati Diri Melayu

Attayaya Butang Emas on 2008-08-02

Diketik di Jogjakarta, 24 Juli 2008

Di zaman penjajahan Belanda, tersebarlah suatu anggapan dari pihak kolonial berkenaan orang Melayu, bahwasanya orang Melayu kononnya memiliki semangat kerja yang kurang, cepat merasa puas dan tiadalah berpikiran maju ke hadapan. Kemudian diperkatakan pula orang Melayu sebagai masyarakat yang tinggal berdekatan dengan laut dan laut sebagai sumber mata pencaharian, ada pula yang tinggal di pinggir-pinggir sungai dengan mata pencaharian berburu, menyadap getah dan pencaharian yang lain.

Sebutan-sebutan seperti itu, pada hakikatnya tiadalah akan kebenarannya. Pengertian ataupun pandangan yang sedemikian itu perlulah diluruskan, sehingga jati diri orang Melayu sebagai orang yang ramah, pandai bergaul, rajin, memiliki rasa seni yang tinggi, pandai menyesuaikan diri dengan siapapun serta memiliki pengertian, yang kesemuanya patutlah terus dikembangkan. Di samping itu, masyarakatnya yang menganut agama Islam dengan kuat, beradat Melayu dan berbahasa Melayu serta dahulunya orang Melayu merupakan bangsa pelaut atau pejuang bahari, pedagang dan bangsa pemberani. Sampai ke hari ini dipercayai bangsa Melayu masih memiliki dan mempertahankan jati dirinya.

Orang Melayu selalu memiliki pandangan jauh ke depan dan selalu ingin belaja untuk menuntut ilmu pengetahuan dengan tidak meninggalkan budaya yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Sebenarnya dengan kemampuan itu, pada masanya akan selalu mampu untuk bersaing sekaliannya menjawab tantangan masa depan.

Terlepas dari masalah penjajahan, konon tersebutlah seorang cerdik pandai berkebangsaan Belanda bernama Vallentijn (1712 M) menyebutkan bahwa orang Melayu sangat cerdik, pintar dan manusia yang sangat sopan di seluruh Asia. Juga sangat baik, penuh sopan-santun, menyukai kebersihan dalam hidupnya dan umumnya begitu rupawan, sehingga tidak ada manusia lain yang bisa dibandingkan dengan mereka, di samping kelebihan lain sebagai masyarakat penggembira. Selain itu, orang Melayu juga mempunyai kebiasaan mempelajari bahasa mereka, tetapi tetap sealu berusaha memperluas pengetahuan dan juga mempelajari bahasa Arab.

Selain itu seorang cerdik pandai lainnya yang bernama C. Lekkerkerker (1916) menyebutkan bahwa jati diri Melayu adalah lebih dari segala suku-suku di nusantara. Tiada dapat dipungkiri bahwa orang Melayu merupakan orang-orang yang paling banyak berjasa dalam menyebarkan agama Islam di nusantara. Baik melalui bahasa, kapal, perdagangan mereka, perkawinan mereka dengan perempuan lain dan propaganda langsung. Orang Melayu juga suka mengembara. Suatu ras yang paling gelisah di dunia, selalu berpindah kemana-mana untuk mendirikan hunian.

Selain itu, adalah seorang cerdik-pandai juga berkebangsaan Belanda yaitu Prof. J.C. van Eerde (1919) menyebutkan bahwa orang Melayu sangat bertenaga dan penuh keinginan kuat untuk maju. Lalu, kalau ada yang mengatakan bahwa orang Melayu sekarang banyak yang tertinggal di berbagai bidang terutamanya di bidang ekonomi, tekhnologi. Bahkan ada kecendrungan sifat untuk maju semakin berkurangan. Maka patutlah kita mempelajarinya kembali. Padahal kalau kembali ke jati diri orang Melayu yang sebenarnya, seperti mengamalkan nilai-nilai kejujuran dalam berdagang, berani mengarungi lautan, dan jarang terlibat dalam soal kejahatan sebaliknya suka kepada tegaknya hukum yang dipadukan dengan bakat yang melekat pada dirinya seperti bidang kesenian, nelayan dan pelayaran tentulah tiada lagi akan terdengar kepada cerita yang diperkatakan orang itu. Sayangnya kitab yang disusun ini bukanlah pula memperkatakan hal yang sedemikian, sebaliknya hanya membatasi diri kepada yang berkenaan dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Melayu dengan adat dan budayanya. Meskipun di antara yang diperkatakan ini sebenarnya sangat berpengaruh kepada bidang-bidang yang lainnya.

Intisari dari jati diri Melayu sejak masuk kepada agama Islam di sekitar abad ke 15 M, sebagaimana menurut pendapat termasuk dari para sarjana asing, dapatlah dikatakan sebagai berikut :
  1. Seseorang disebut Melayu apabila sehari-hari berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu dan beragama Islam. Alhasil, orang Melayu itu dapat dilihat kepada agama dan budaya.
  2. Orang Melayu selalu percaya kepada Allah SWT dan selalu mengikuti ajaran Rasulullah; hal ini diperkuat dengan peribahasa : Bergantung kepada satu, berpegang kepada yang Esa.
  3. Orang Melayu taat kepada hukum demi keamanan dan kemakmuran masyarakatnya, seperti peribahasa : Adat itu jika tidur menjadi tilam, jika berjalan menjadi payung, jika di laut menjadi perahu, jika di tanah menjadi pusaka. Atau Mati anak heboh sekampong, mati adat heboh sebangsa. Walaupun demikian, tidak berarti adat resam tiada boleh berubah. Jika ianya tiada berkesesuaian, maka hal yang sedemikian dapatlah diubah tanpa mengundang kepada perkara yang menghebohkan. Hal ini bersesuaian dengan peribahasa Melayu yang berbunyi : Sekali air bah, sekali tepian berubah. Atau Tiada gading yang tak retak.
  4. Orang Melayu mengutamakan budi dan bahasa, karena keduanya menunjukkan kepada sopan santun dan tinggi peradabannya. Seperti peribahasa mengatakan : Usul menunjukkan asal, bahasa menunjukkan bangsa. Atau Taat pada petuah, setia pada sumpah, mati pada janji, melarat karena budi. Atau Hidup dalam pekerti, mati dalam budi. Selain daripada itu, di dalam pantun Melayu juga tersirat :
    Gunung Bintan lekuk di tengah
    Gunung Daik bercabang tiga,
    Hancur badan di kandung tanah,
    Budi baik dikenang juga.

  5. Orang Melayu mengutamakan pendidikan dan ilmu. Hal ini tercermin dalam beberapa peribahasa yang mengambil kepada hadist Rasulullah, yaitu : Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, atau Menuntut ilmu itu sejak dalam buaian sampai ke liang lahat.
  6. Orang Melayu mengutamakan budaya Melayu, becakap tidaklah kasar, berbaju menutupi aurat, menjauhkan pantang larang dan dosa. Biarlah mati daripada keluarga menanggung malu. Orang Melayu juga pandai menjaga air muka orang lain. Kalaupun marah cukup dengan sindiran. Seperti peribahasa mengatakan : Marahkan anak, sindir menantu.
  7. Orang Melayu mengutamakan musyawarah dan mufakat sebagai sendi kehidupan. Di dalam segala hal baik perkawinan, kematian, kenduri, mendirikan rumah, maupun dalam pemerintahan. Bahkan nilai-nilai ini juga dilaksanakan bagi pendatang sehingga orang Melayu sangat terkenal dengan keterbukaannya. Ada pantun yang berbunyi
    Apabila meraut selodang buluh
    Siapkan lidi buang miangnya
    Apabila menjemput orang jauh
    Siapkan nasi dengan hidangnya
  8. Orang Melayu tak suka mencari lawan ataupun melawan, seperti ungkapan yang mengatakan : Pantang Melayu untuk mendurhaka. Tetapi akan melawan jika ianya terdesak, seperti pribahasa mengatakan : Musuh pantang dicari, kalau datang tidak menolak. Atau pribahasa : Alang-alang menceluk pekasam, biar sampai ke pangkal lengan. Di dalam pantun diungkapkan :
    Kalau sudah dimabuk pinang,
    Daripada ke mulut biarlah ke hati
    Kalau sudah maju ke gelanggang
    Berpantang surut biarlah mati


Untuk lebih dekat lagi hendaklah kita telusuri sekalian menyimak adat resam budaya Melayu Kepulauan Riau yang di dalamnya banyak mengandungi “mutiara dan manikam” Melayu yang ada di muka bumi yang kemudiannya mengambil kepada intisarinya, patutlah ianya ditela’ah, dipelajari dan dikekalkan kepada anak cucu dan keturunan.




More about3. Jati Diri Melayu