14. Cerita Rakyat Melayu

Attayaya Butang Emas on 2011-06-28

14.CERITA RAKYAT

Di antara prosa khazanah Kepulauan Riau ialah cerita rakyat dan cerita tulisan para penulis daerah ini,baik lama maupun baru. Berikut ini disajikan beberapa contohnya.

Cerita Rakyat Melayu
BUJANG SRI LADANG


Cerita Bujang Sri Ladang ini mengisahkan seorang perjaka yang tidak mau menikah. Akan tetapi, pada suatu hari dia minta izin pada kedua orang tuanya pergi merantau. Dalam perantauannya itulah dia bertemu dengan 11 orang puteri yang sedang mandi di danau. Lalu, Bujang Sri Ladang menyembunyikan baju-baju puteri itu sehingga mereka merasa kehilangan.

Ketika sedang mencari baju-baju itu, tiba-tiba Bujang muncul dan menanyakan apakah yang sedang dicari. Mereka menjawab bahwa mereka kehilangan baju-baju yang dipakai untuk pulang ke kayangan. Pada saat itu, Bujang bertanya, “Jika baju itu kutemukan, apa upahnya?” salah seorang puteri menjawab. “Apa saja yang kamu minta akan kami kabulkan”. Bujang pun menanyakan niatnya bahwa dia menginginkan salah seorang diantara puteri itu untuk menjadi istrinya. Setelah sepakat, salah seorang puteri bersedia menjadi istri Bujang, tetapi dengan satu syarat, yaitu Bujang tidak boleh makan buah delima selama mereka menikah. Bujang pun sanggup memenuhi janji itu. Tak lama setelah itu, Bujang dan salah seorang puteri itu menikah.

Suatu hari Bujang dan teman-temannya pergi berburu di hutan. Di dalam hutan, teman Bujang menemukan buah delima yang sedang masak. Bujang sangat lapar. Tanpa menyadari sumpahnya, Bujang pun memakan buah delima itu. Setelah makan, barulah Bujang sadar bahwa dia telah melanggar janji. Lalu ia buru-buru pulang ke rumah untuk melihat istrinya. Istrinya sudah siap-siap akan terbang ke kayangan tetapi Bujang masih sempat menyambar rambut istrinya yang panjang dan Bujang pun ikut terbang. Akan tetapi Bujang tidak dapat mencapai kayangan dan berada di awang-awang, sedangkan istrinya telah berkumpul kembali dengan kakak-kakaknya di kayangan.

Cerita Rakyat Melayu
PAK ANDE BERTEMU GERGASI


Pak Ande adalah seorang suami yang bodoh memiliki anak bernama Ande. Dia tidak memiliki perkerjaan. Istrinya sangat risau melihatnya dan berusaha mencari pekerjaan untuk suaminya.

Pada suatu hari, Pak Ande ditawari pekerjaan di sebuah kapal. Kapal itu sekali seminggu akan singgah di kampong Pak Ande. Pak Ande sebetulnya tidak begitu berminat, tetapi istrinya yang sangat mendesak. Pak Ande terpaksa menyatakan setuju.

Setelah bersiap-siap dan dibekali makanan atau kue-kue, pagi-pagi berangkatlah Pak Ande dari rumah menuju pelabuhan. Setelah tak tampak lagi sosok tubuh Pak Ande ketika memasuki tikungan, Mak Ande dan anaknya melanjutkan tidurnya karena hari masih pagi. Rupanya Pak Ande tidak jadi ke pelabuhan dan balik lagi ke rumah. Dia berjalan mengendap-endap dan menaiki para rumahnya.

Selama tujuh hari dia berada di para itu dan kue-kuenya yang dibekali istrinya itulah yang dimakannya selama tujuh hari. Dia atas para itu pulalah Pak Ande tidur pada malam harinya. Pada waktu tidur itulah tikus-tikus mendatangi Pak Ande karena bau kue yang tersisa di bibir Pak Ande. Tikus-tikus itu menggigit bibir Pak Ande sedikit demi sedikit sehinggalah habis bibir Pak Ande. Pak Ande sebetulnya sangat kesakitan, akan tetapi dia tak berani menjerit karena takut pada istrinya. Sebetulnya, dia ingin sekali memukul tikus-tikus itu, tetapi dia takut terdengar istrinya pula. Akhirnya dia rela kehilangan bibirnya.

Karena sudah seminggu, kapal yang berlayar kembali lagi ke kampong Pak Ande. Mak Ande bersiap-siap menyambut Pak Ande sambil membersihkan seluruh rumah, termasuk para dapur. Ketika menarik kain di atas para itulah, tampak Pak Ande yang sedang bersembunyi. Wajahnya hitam karena asap dapur. Dengan muka pucat ketakutan, Pak Ande turun. Istrinya sangat marah karena ditipu, tetapi anaknya ketakutan melihat wajah Pak Ande yang tidak berbibir.

Karena sangar marah, Mak Ande dan anaknya pergi dari rumah, tetapi disusul Pak Ande dari kejauhan. Karena perjalanan jauh, Mak Ande merasa haus dan berniat ingin memanjat pohon kelapa, tetapi tidak dapat memanjat. Pada waktu itulah Mak Ande terpaksa memanggil Pak Ande yang mengikutinya dari jauh dan memanjat. Setelah meminum air kelapa, rasa haus belum juga reda.

Sesampainya di hutan, mereka mendengar suara orang makan, tetapi sangat kuat. Setelah diintip, ternyata sepasang gergasi sedang makan. Mereka terpaksa mendiamkan diri karena takut. Akan tetapi anak Pak Ande tidak dapat menahan lapar dan berteriak minta makan. Mendengar teriakan itu, sepasang gergasi keluar dari sarangnya dan mereka sangat marah dan akan memakan Pak Ande sekeluarga. Akan tetapi melihat wajah Pak Ande yang tak ada bibir, sepasang gergasi ketakutan dan lari tunggang-langgang meninggalkan sarang mereka. Setelah gergasi tak kelihatan lagi, barulah Pak Ande sekeluarga berani berdiri dan memeriksa sarang gergasi. Pada saat itulah ditemukan emas dan berlian yang banyak. Pak Ande mengambil semua emas dan berlian itu dan sejak itulah Pak Ande sekeluarga menjadi kaya, namun bodohnya tetap tidak hilang.

Cerita Rakyat Melayu
WAK SI DOLAN


Wak si Dolan adalah bujang telajak yang berumur kira-kira setengah abad. Pekerjaannya sebagai nelayan miskin sehingga rumah pun tak sanggup dibuatnya. Dia hanya memiliki pondok yang beratap yang berdinding rumbia dan berlantai nibung.

Suatu hari dia memancing dan mendapat ikan ternggiri batang yang besar. Bukan main senang hatinya dan dia membayangkan akan mendapatkan uang banyak karena ikan tenggiri itu harganya mahal.

Uang itu akan dibelika ayam. Setelah ayamnya berkembang biak, dia akan membeli itik. Itik berkembang, dia akan membeli kambing. Kambing berkembang, dia akanmembeli sapi. Sapi berkembang biak, dia akan membeli jaring ikan yang besar. Lalu dia akan menjadi kaya, punya rumah besar dan bagus.

Dia menghayal ingin memiliki istri dua sekaligus, yaitu Fatimah dan Aminah. Dia akan merasa bahagia tidur bersama kedua istrinya. Ketika menghadap ke Aminah, Fatimah akan menggelitik pingganggnya. Sebaliknya, ketika dia menghadap Fatimah, Aminah akan menggelitiknya. Akhirnya dia berbalik ke kanan dan ke kiri karena kegelian. Karena merasa geli badannya begoyang-goyang ke kiri dan ke kanan sehingga sampannya pun ikut bergoyang dan oleng. Karena asyik dan kuatnya bergoyang, akhirnya sampannya terbalik. Dolan tersentak sadar, tetapi ikan tenggirinya tenggelam ke dasar laut dan dibawa arus. Habislah khayalannya untuk mendapat istri cantik.

Cerita Rakyat Melayu
PUTRA LOKAN


Pada zaman dulu di hulu sungai Bintan memerintah seorang raja yang adil. Rakyatnya makmur dan sejahtera. Akan tetapi, sayangnya, raja tidak memiliki keturunan meskipun sudah belasan tahun menikah.

Pada suatu hari permaisuri dan raja pergi berkelah di muara sungai dan permaisurinya yang ditemani dayang-dayang mandi di sungai. Entah apa sebabnya tiba-tiba permaisuri terjatuh dan pingsan.

Raja sangat resah melihata keadaan permaisurinya. Dipanggilnya tabib, tetapi tabibi tidak mengobati karenda permaisuri sedang berbadan dua. Berita ini sangat menggembirakan raja dan permaisuri derta seluruh rakyatnya.

Ketka melahirkan, bepata terkejutnya raja dan permaisuri karena anak yang dilahirkan berupa lokan. Peristiwa ini merupakan aib bagi raja. Raja bingung dan malu. Ada saat kebingungan itlah bendaraha kerajaan yang menyimpan niat jahat pada raja mengahsut raja agar permaisuru dan likan dibuang ke dalam hutan yang jauh dari kerjaan. Sesampai di hutan, permaisuri merasa sangat sedih, takut dan bingung. Dalam kebingan itu pula dia bertemu dengannenek Kebayan. Di rumah nenek Kebayan yang sempit itulah permaisuru menghabiskan waktu bersama dengan lokan anaknya.

Setelah 18 tahun di hutan, rupanya lokan berkembanga sesuai usianya. Pada malam bula purnama, muncullah seorang putera dari dalam kolam. Betapa terkejutnya permaisur da dia heran siapakah gerangan pemuda tampan ini. Akan tetapi, putera lokan langsung mengatakan bahwa dia adalah purta permaisur yang muncul dari dalam lokan. Betapa haru dan bahagianya permaisuri.

Tak lama kemudian, mereka berdua, yaitu permaisuri dan putranya berangkat ke kerajaan. Mereka ingin bertemu dengan raja dan melihat-lihat keadaan itu kota kerajaan. Mereka tinggal di pinggir kota dan Putra Lokan menyamar sebagai pedagang kelliling sehingga agak bebas memasuki lingkungan istana.
Dari penyamaran inilah diketahui bahwa raja telah ditawan dan ditahanoleh bendahara dan pengikutnya d dalam perigi beracun. Hal ini diceritakannya pada ibundanya. Lalau mereka berencanamelakikan penyerangan terhadap bendahara.

Pada saat yang tepat, Putra Lokan melakukan penyerangan dan menang. Kemudian dapat membebaskan raja dari dalam perigi beracun. Raja merasa sangat beruntang budi kepada Putra Lokan. Kemudan raja bertanya, “Siapakah pemuda sebenarnya?” Purta Lokan menjawab “Biarlah nanti ibunda saya yang menjawab, sebentar lagi ibunda akan datang menghadap baginda”. Taklama kemudian muncullah ibunda Putra Lokan dan tahulah baginda bahwa pemuda itu adalah putranya sendiri.

Cerita Rakyat Melayu
BATU BELAH BATU BETANGKUP


Dalam cerita ini digambarkan seorang janda yang hidup dengan dua orang anaknya, yaitu Yang Sari dan Pang Yakop. Yang Sari berumur 14 tahun dan Pang Yakop berumur 1,5 tahun. Janda ini bekerja mencari ikan dan berladang.

Janda ini sangat ingin memakan telur ikan temakul yang didapatkan di laut. Karena inginya dia memakan telur tersebut, sampai-sampai dia berpesan kepada anaknya, Yang Sari, “Tinggalkan sedikit untuk Mak telur ikan temakul. Janganlah engkau habiska ya!”. Akan tetapi, Yang Sari lupa pada pesan Maknya. Telur itu habis dimakannya karena enak.

Maknya sangat kesal dan marah dan pergi ke tepi pantai di dekat sebuah batu besar. Di situ beliau menyesali hidup ini apalagi anaknya tidak mau mendengar pesannya. Lalu janda itu bersumpah, “Batu belah batu bertangkup; daripada aku berpanjang derita; batu belah bertangkup, tangkuplah aku. Entah kekuatan gaib mana yang muncul, tiba-tiba batu besar tadi benar betangkup dan tertelanlah janda itu di dalamnya. Tinggalkah Yang Sari dan Pang Yakob berdua tanpa ayah dan ibu. Yang Sari sangat tertekan dan menyesal, tetapi tak ada gunanya.

Cerita Rakyat Melayu
PUAKA TANJUNG PENYABUNG


Cerita ini menghisahkan seorang anak bernama Atan Comot yang durhaka kepada ibunya. Atan Comot hilang ditelan laut karena ibunya menyumpahinya. Hal ini terjadi ketika Atan Comot yang sudah kaya raya malu menerima makanan kesayangannya ketika masih kecil, yaitu borin asap dengan ulam latuh. Peristiwa itu terjadi ketika Atan menendang baki berkarat yang berisi borin asap dan ulam latuh yang dibawa ibunya. Kemudian Atan memukul tangan ibunya yang berpegang pada tepi perahu sehingga ibunya terjatuh ke dalam sampan kecilnya dan hampir tercebur ke laut. Ibu Atan sangat sedih, kesal dan marah. Kemudian , ibu Atan pergi ke sebuah batu di Tanjung Penyabung itu dan berdo’a sambil memegang kedua buah dadanya. Doanya, “Jika benar anak diperahu itu anakku Atan, anak yang telah kukandung Sembilan bulan sepuluh hari; anak yang telah kubesarkan dengan air susuku ini, terjadilah sesuatu padanya”. Setelah doa itu selesai, tiba-tiba guruh menggelegar dan angin ribut turun dengan kencangnya menenggelamkan perahu Atan. Atan menjerit minta tolong dan minta ampun pada ibunya, tetapi sudah terlambat. Atan hilang ditelan laut.

Saat ini, menurut cerita orang, entah benar entah tidak, jika angin sedang kencang, pernah terlihat seorang nenek berdiri di atas batu dan terdengar pula suara orang menjerit.

Berikut ini hendak dikisahkaan sebuah cerita rakyat tentang di Jangoi. Ceritanya adalah seperti berikut:

Cerita Rakyat Melayu
SI JANGOI


Pulau Penyengat, Pulau Los dan Pulau Paku, tiga tempat yang sangat berkaitan. Di antara ketiga pulau tersebut, Pulau Penyengat lebih besar dan berpenduduk ramai. Di dalam Sejarah Kerajaan Riau-Lingga, kedudukan Pulau Penyengat sangat penting sekali. Bukan saja sebagai hadiah Mas Kawin dan Sultan Mahmud kepada Engku Putri atau Raja Hamidah. Tetapi juga pada tahun 1808 M menjadi pusat pemerintah Kerajaan. Yaitu ketika Raja Ja’far yang diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda VI menggantikan Raja Ali, menjadikan Pulau Penyengat sebagai pusat kediaman dan pemerintahannya.

Selain itu, Pulau Penyengat sudah dikenal, jauh sebelum Kerajaan Riau di pindahkan dari johor ke Hulu Riau. Yakni sebagai pulau yang disinggah oleh para pelaut untuk mengambil air bersih. Dan kononnya di pulau itu banyak sejenis binatang penyengat seperti lebah. Hingga kemudiannya pulau itu bernama Penyengat.

Sedangkan Pulau Los Keadaannya jauh lebih kecil serta tidak berpenghuni. Posisinya berada tak jauh dari Pulau Penyengat. Kalau kita melihat dari Pelabuhan Laut Tanjungpinang, posisi Pulau Los di sebelah kanan Pulau Penyengat. Dari ujung Senggarang, Pulau Los sangat dekat.

Tidak begitu jelas kenapa Pulau Los tidak berpenghuni, tetapi menurut cerita orang-orang tua, dahulunya Pulau Los menjadi sarang Bajak Laut ketika berakhirnya pemerintahan Kerajaan Riau-Lingga. Konon, menurut ceritanya Pulau Los juga dijadikan tempat pembuangan orang-orang jahat.

Bagi para nelayan dahulu, di daerah sekitar Pulau Los ada suatu tempat yang ditakuti, karena kononnya di situ terdapat semacam gelombang pasang yang sering datang tiba-tiba. Soal kebenarannya, Wallahu alam bishawab.
Dan bagaimana dengan Pulau Paku?
Pulau Paku sebenarnya hanyalah semacam tanah busut (beting) di tengah laut antara Teluk Keriting dan Penyengat. Entah kenapa dan bagaimana ceritanya hingga tanah busut atau beting tersebut hingga disebut pulau. Yang jelas kalau air pasang dalam Pulau Paku itu tenggelam dan tidak kelihatan, tetapi kalau air surut akan kelihatan. Dan konon, dahulunya di Pulau Paku itu tumbuh sejenis pohon. Kononnya pula Pulau Paku ini sebagai lambang kemakmuran.

Demikianlah halnya tentang Pulau Penyengat, Pulau Los dan Pulau Paku. Lalu, bagaimanakah kisah si Jangoi sesuai dengan judul cerita kali ini? Jangoi, menurut pengertian dalam bahasa Melayu adalah nakal. Atau anak yang nakal. Atau barangkali nama Jangoi hanya diberikan sebagai nama tokoh dalam cerita ini, itupun tak begitu pasti.

Syahdan alkisah, menurut yang empunya cerita kehidupan masyarakat di Pulau Penyengat sangatlah harmonis dan bahagia. Masyarakatnya ramah tamah, bersopan santun, dan saling kasih mengasihi antara satu sama lainnya. Kebahagiaan kehidupan mereka agak terganggu ketika munculnya seorang anak yang bernama jangoi.

Jangoi adalah julukan untuk anak yang nakal, yang suka mengusik orang. Apalagi mengusik anak dara, tak perduli pagi, siang, petang ataupun malam. Di saat orang menjaring, Jangoi pun suka merusak jaring orang. Alkisah, adaaaa….. saja yang dikerjakan atau diganggunya.

Pernah juga orang-orang kampong merasa geram dan marah kepada Jangoi, hingga suatu ketika Jangoi ditangkap dan diikat di sebuah pohon. Tetapi entah bagaimana, e’eh ….. tahu-tahu si Jangoi lepas dari ikatan dan menghilang. Orang kampong pun jadi heran. Padahal ikatan di pohon itu begitu kuat, tapi ternyata si Jangoi dapat melepaskan diri.

Untuk beberapa hari, sejak Jangoi di tangkap dan menghilang, keadaan kampong agak tenang. Tak pernah terdengar lagi soal si Jangoi yang suka mengganggu orang. Tapi ketentraman itu tidak lama. Rupanya entah dari mana, tahu-tahu si Jangoi muncul lagi. Kali ini kelakuannya lebih jahat. Tidak hanya suka mengganggu ataupun mengusik, tapi sengaja mengejar-ngejar anak-anak perempuan ataupun anak dara yang mau pergi atau pulang mengaji. Sehingga sebagian anak-anak dara ataupun anak-anak takut pergi untuk mengaji.

Malahan suatu ketika, pada suatu malam Jangoi bersembunyi pada sebuah pohon yang rimbun, ia memakai pakaian putih, layaknya mayat yang baru keluar dari lobang kubur. Entah mukena siapa yang dicurinya.

Begitu orang-orang pulang dari surau dan melewati pokok rimbun itu, Jangoi pun keluar dengan melompat-lompat layaknya sebagai lembaga atau hantu. Maka berhamburan berlari-lari sambil berteriak-teriak ketakutan orang-orang itu, khususnya orang perempuan dan anak-anak. Penduduk setempat sangat marah! Maka dicarilah akal untuk menangkap si Jangoi. Orang-orang kampong sengaja mengintai dan mencari kelengahan Jangoi.

Alhasil, pada suatu ketika, dapatlah si Jangoi ditangkap oleh orang kampong. Beramai-ramai orang kampong itu mengarak si Jangoi. Kedua tangannya diikat ke belakang. Sesampainya di sebuah pohon yang besar, si Jangoi diikat. Sekali ini, si Jangoi tidak ditinggal begitu saja. Melainkan dijaga oleh orang dewasa. Jaganya bergantian. Pokoknya, istilah kata orang, tak boleh leke.

“Huh! Baru kau rasa sekarang, ya? Kau tak akan dapat lepas lagi, Jangoi. Kami jaga engkau berganti-ganti,” kata orang yang menjaganya.
Apa jawab si Jangoi?
“Kalau ada orang menjaga enak juga. Engakau orang jadi pengawal aku, si Jangoi!” Ejek Jangoi.
“kurang ajar! Dasar anak bertuah!” kata si penjaganya dengan marah.
“Aku diikat, engkau orang menjaga. Engkau orang juga yang penat!” Ejek Jangoi lagi. Naik pitam juga orang yang menjaganya melihat perangai si Jangoi.
“Hei, dengar! Budak macam kau ‘ni tak perlu dilayan!” Kata si Penjaganya dengan geram.
“Tak, layan sudah! Akupun tak rugi!” Jawab si Jangoi sambil ketawa-ketawa.
“Iiih …. Kalau bukan masih budak lagi, sudah aku lumat-lumatkan, engkau ‘ni!” Begitu geramnya di Penjaga itu melihat perangai Jangoi. Adaaaa …. Saja jawabnya. Maka si Penjaga itupun tak hendak melayan si Jangoi lagi.

Memang sungguh luar biasa, istilah kata orang, tak boleh leke. Padahal orang yang menjaganya betul-betul dan dijaga secara berganti-ganti. Tapi dalam sekelip mata, si Jangoi boleh hilang dari pokok tempat ia diikat. Para penjaga kalang-kabut mencari-cari, sampai kemerata tempat. Tapi si Jangoi hilang macam di telan bumi.

Akhirnya, orang-orang kampong jadi putus asa. Mereka tak tahu lagi bagaimana untuk mencari dan menangkap si Jangoi. Orang-orang kampong sangat khawatir kalau-kalau si Jangoi muncul lagi dan buat perangai yang lebih teruk. Dan betul saja, tak sampai sepekan si Jangoi pun muncul. Sekali ini bukan anak dara, anak-anak ataupun orang perempuan, melainkan orang-orang tua pun diusik dan ditakuti-takuti. Layaknya jadi macam orang minyak!.

Suasana kampong betul-betul kelam-kabut dibuat ulah si Jangoi!. Maka akhirnya orang kampong berkumpul dengan dipimpin oleh Orang Tua di kampong itu. Mereka bermusyawarah untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

“wahai orang-orang kampong, nampaknya perangai si Jangoi, tak boleh kita diamkan begitu saja. Si Jangoi telah membuat kerusuhan di kampong kita ini!” kata Orang Tua itu.

“Kalau dapat sekali ini, kita rejam saja, Tok!” ujar salah seorang penduduk.
“Tapi si Jangoi itu masih budak-budak lagi, takkanlah hendak direjam pula!” kata penduduk yang lain.
“Memang masih budak-budak, tapi kelakuannya sudah melampau batas! Sudah membuat kampong kita ini kacau balau!” Kata salah seorang penduduk yang lainnya pula.
“Yang penting kita dapat menangkap dahulu budak yang bernama Jangoi itu. Bagaimana dan apa yang patutu kita buat, biarlah nanti kalau si Jangoi sudah tertangkap. Kita jangan biarkan lagi si Jangoi itu buat kerusuhan di kampong kita ini. Itu yang penting!” akhirnya Orang Tua yang memimpin musyawarah itu berkata.

Banyak orang kampong yang memburu dan hendak menangkap si Jangoi. Pada hari petang menjelang maghrib, si Jangoi mulai dengan perangainya mengusik orang yang akan pergi sembahyang.

Maka serentak orang-orang kampong yang sudah bersiap sedia, langsung mengejar Jangoi.
Maka terjadilah kejar-mengejar, walaupun ramai orang yang memburunya, tak mudah untuk menangkap Jangoi. Jangoi pandai menggelecek, lari sana, sembunyi di sini. Badannya pun macam belut, licin. Payah di tangkap. Tetapi dengan usaha yang gigih dari orang-orang kampong, akhirnya Jangoi dapat tertangkap.

Begitu jangoi dapat tertangkap, langsung diikat serta diapit oleh beberapa orang dewasa sehingga tak dapat lari. Langsung dibawa kehadapan Orang Tua.
“Hei Jangoi …. Aku hendak bertanya kepadamu. Jawablah dengan jujur …. Apa sebenarnya maksudmu suka mengganggu orang-orang kampong, hingga kelakuanmu seperti orang minyak!” Tanya Orang Tua. Tapi si Jangoi tidak menjawab, ia hanya tertawa-tawa saja.
“Baiklah, kalau kamu tidak mau menjawab. Tapi beritahukan kepadaku, ilmu apa yang kamu pakai sehingga dapat melepaskan ikatan dan menghilangkan diri …” Tanya lagi si Orang Tua dengan sabar.

Ternyata si Jangoi masih belum ingin menjawab, ia masih diam dan hanya tersenyum-senyum. Orang Tua itu pun hampir habis kesabarannya, tapi masih juga ditahannya. Lalu Orang Tua itu berkata lagi,
“sekarang jelaskan apa syaratnya supaya kamu tidak boleh melepaskan diri dan menghilang lagi!”
“Benarkah orang-orang kampong ingin menyingkirkan aku dari kampong ini?” Tiba-tiba si Jangoi bicara.
“Kamu budak yang sangat nakal, yang hilang sama sekali dari kampong ini!” ujar seorang penduduk dengan geram.
“Kalau kau tak mau member tahu syaratnya, tubuhmu akan kami bakar hidup-hidup!” kata orang yang lainnya pula.
Mendengar tubuhnya mau dibakar, si Jangoi ketakutan. “Jangan, jangan dibakar. Aku tidak akan mati, tapi akan sangat menderita …”
Ujar si Jangoi ketakutan.
“Kalau begitu katakanlah syaratnya!” Ujar Orang Tua di kampong itu.
“Baiklah! Jika orang-orang kampong sangat benci padaku, dan ingin melenyapkan aku, mudah saja. Syaratnya, pisahkan tubuhku menjadi tiga bahagian. Kepala, badan dan kaki.” Jelas Jangoi menerangkan.

Mendengar penjelasan dari si Jangoi, orang-orang kampong sangat terkejut. Terumanya si Orang Tua. Sungguhnya itu hanya ingin menakuti-nakuti. Tak akan tergamak atau sampai hati mereka untuk membakar si Jangoi hidup-hidup, apalagi harus memenggal tubuh si Jangoi menjadi tiga bahagian, kepala,badan serta kaki.

Melihat orang-orang kampong sangat terkejut dan sepertinya tak sampai hati untuk memenggal dirinya menjadi tiga bahagian, si Jangoi pun berkata, “Kenapa orang-orang menjadi ketakutan dan tak sampai hati untuk memenggal aku? Kalau tubuhku tidak dipisahkan, aku tidak akan mati dan aku akan terus mengacau!” Ujar si Jangoi.

Kata-katanya, betul-betul membuat orang kampong serba salah. Kalau tidak melakukan seperti apa kata si Jangoi. Kampong tidak akan aman. Tapi kalau melakukan syarat yang dikatakan oleh Jangoi, mereka juga tak sampai hati. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya si Jangoi di bunuh. Namun orang kampong tidak mengikut arahannya dari Jangoi untuk memisahkan ketiga bahagian tubuhnya.

Akhirnya, tak sampai seminggu si Jangoi bangkit dari kuburnya, dan hidup kembali, serta mengacau orang kampong lebih dahsyat. Si Jangoi betul-betul jadi macam orang minyak.

Terpaksalah orang kampong mencari orang yang berilmu, orang pandai, untuk menangkap Jangoi. Setelah berusaha dengan keras, akhirnya si Jangoi dapat tertangkap.

“Wahai orang kampong sekaliannya, kita memang harus melakukan seperti arahan yang diberikan oleh si jangoi ini. Sebab itulah petuahnya, jika kita tidak melakukannya. Si Jangoi akan terus dengan perangkainya. Bahkan semakin hari, semakin jahat. Memang kita tak sampai hati, sebab si jangoi masih budak lagi. Demi kepentingan orang banyak, terpaksalah kita harus mengorbankan si Jangoi!” Demikian kata orang pandai itu dengan panjang lebar.

Akhirnya dengan perasaan serba salah, orang-orang kampongpun melakukan seperti apa yang dikatakan oleh Jangoi. Konon, kepala Jangoi di tanam di Pulau Los, badannya di tanam di Pulau Penyengat, sedangkan kakinya di tanam di Pulau Paku. Memang sungguh ajaib!
Sejak kejadian itu si Jangoi memang tak pernah muncul lagi. Kampong itupun kembali tentram seperti semula.

Oleh sebab itu, kalau ada anak nakal, selalu disebut orang,
“Huh! Kelaku macam si Jangoi!”

*****

Cerita rakyat yang diceritakan di atas hanyalah sebagian dari cerita rakyat yang dimiliki Kepulauan Riau. Selain cerita-cerita di atas, Kepulauan Riau masih memiliki banyak cerita rakyat, antara lain, Pinang Gumba, Bidu Berjanggut, Silang Juna, Si Jambu Rakai, Jerambang, Dandan Setia Nazar Dicinta, Panglima Undan, Asal Mula Orang Maras Pindah ke Bakung, Awang Pengintai, Cerita Suku Barok, Gunung Lima Beradik, Ular Mati Ekor, Panglima Daik, Pak Belalang, Pak Pandir, Lebai Malang, Si Tanggang, Si Badang, Pulau Paku, Pulau Tapai, Jangoi, Kisah Gunung Daik dan masih banyak lagi.
More about14. Cerita Rakyat Melayu

13. Gurindam 12 (XII) lengkap

Attayaya Butang Emas on 2011-06-24

Berikut kita simak Gurindam 12 (XII) selengkapnya tersebut:

INILAH GURINDAM DUA BELAS NAMANYA

Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam serta shalawatnya Nabi yang akhirul jaman serta keluarganya dan sahabatnya sekalian adanya.
Amma ba’du daripada itu maka tatkala sampailah Hijratun Nabi 1263 Sanah kepada dua puluh tiga hari bulan Rajab hasi Selasa mana (….) telah ta’ala kepada kita yaitu Raja Ali Haji mengarang satu gurindam cara Melayu yaitu yang boleh juga jadi diambil faedah sedikit sedikit dar pertakaannya itu pada orang yang ada menaruh akal maka adalah banyaknya gurindam itu hanya dua belas pasal di dalamnya.

Syahdan
Adalah beda antara gurindam dengan syair itu aku nyatakan pada bermula arti syair Melayu itu perkataan yang bersajak yang serupa dua berpasang pada akhirnya dan tiada berkehendak pada semupuna perkataan pada satu-satu pasangannya bersalahan dengan gurindam. Adapun arti gurindam itu yaitu perkataan yang bersajak juga pada akhir pasangannya tetapi sempurna perkatannnya dengan satu pasangannya sahaja jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab.

Bermula inilah rupanya syair.

Dengarkan tuan suatu rencana
Mengarang di dalam gundah gulana
Barangkalai gurindam kurang kena
Tuan betulkan dengan sempurna

Inilah gurindam yang dibawah syatar ini

Persamaan yang indah-indah
Yaitu ilmu yang member faedah
Aku hendak bertutur
Akan gurindam yang beratur

1
INI GURINDAM PASAL YANG PERTAMA


Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilangkan nama

Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat

Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri

Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya

Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat

2
INI GURINDAM PASAL YANG KEDUA


Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut

Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang

Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa

Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah hartanya beroleh berkat

Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji

3
INI GURINDAM PASAL YANG KETIGA


Apabila terpelihara ata
Sedikitlah cita-cita

Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping

Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh

Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi

4
INI GURINDAM PASAL YANG KEEMPAT


Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh

Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah

Mengumpat dan memuji hendaklah piker
Disitulah banyak orang yang tergelincir

Pekejaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala

Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinaya tiada di sangka

Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah

Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar

Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor

Di manakah salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi

Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih

5
INI GURINDAM PASAL YANG KELIMA


Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia

Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah pada kelakuan dia

Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu

Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

6
INI GURINDAM PASAL YANG KEENAM


Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat

Cahari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru

Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri

Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan

Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi

7
INI GURINDAM PASAL YANG KETUJUH


Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta

Apabila banyak berlebih-lebih suka
Itu tanda hampirkan duka

Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat

Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih

Apabila banyak mencacat (?) orang
Itulah tanda dirinya kurang

Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sahajalah umur

Apabila mendengar akan khabar
Menerimanya itu hendaklah sabar

Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan

Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut

Apabila perkataan yang ama kasar
Lekaslah orang sekalian gusar

Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang berbuat onar

8
INI GURINDAM PASAL YANG KEDELAPAN


Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya

Kepada dirinya ia akan aniaya
Orang itu jangan engkau percaya

Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya

Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya khabar

Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripada syirik mengaku kuasa

Kejahatan diri sembunyikan
Kebajikan diri diamkan

Keaiban orang jangan dibuka
Keaiban diri hendaklah sangka

9
INI GURINDAM PASAL YANG KESEMBILAN


Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan

Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa

Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah syaitan tempatnya manja

Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat bergoda

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan

Adapun orang tua(h) yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru

10
INI GURINDAM PASAL YANG KESEPULUH


Dengan bapa jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka

Dengan ibu hendaklah hormat
Supada badan dapat selamat

Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai

Dengan istri dan gundik janganlah alpa
Supaya kemaluan jangan menerpa

Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil

11
INI GURINDAM PASAL YANG KESEBELAS


Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa

Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela

Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat

Hendaklah marah
Dahulukan hujjah

Hendak dimalui
Jangan melalui

Hendak ramai
Murahkan perangai

12
INI GURINDAM PASAL YANG KEDUABELAS


Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri

Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja

Hokum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat

Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu

Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai

Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti

Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tak buta

Tamatlah gurindam yang duabelas pasal, yaitu karangan kita Raja Ali Haji pada bulan Hijrah Nabi kita seribu dua ratus enam puluh tiga kepada tiga likur hari bulan Rajab. Selasa, jam pukul lima Negeri Riau Pulau Penyengat.



More about13. Gurindam 12 (XII) lengkap

13. Gurindam Melayu

Attayaya Butang Emas on 2011-06-20

13. GURINDAM

Bahwasannya perkataan gurindam itu sama dengan Perhiasan atau burung dalam arti kiasan. Suara boleh bergurindam, demikian juga dengan tutur kata boleh bergurindam, berbunga-bunga, berperhiasan utnuk menarik dan melembutkan hati orang yang mendengar atau kepada siapa ditujukannya. Karena kalimat berperhiasan itu ada kalanya disertai dengan petatah-petitih, dipadu pula dengan kalimat bersajak dan berirama. Gurindam pada awalnya diperdapat dari bahasa Tamil, besebab pergaulan dengan orang-orang Hindu. Bentuk Gurindam berbait-bait. Bilangan barisnya dua dan bersajak sempurna ataupun tidak sempurna. Umumnya kedua baris pertama dan baris kedua sangatlah berhubungan erat, merupakan mata rantai inti pemikiran.

Selain itu, isi gurindam sepertinnya ikatan sebab akibat. Yaitu baris pertama disebutkan suatu sebab sedangkan baris kedua menyimpulkan akibat. Sedangkan jumlah suku kata antara baris pertama dan kedua, diusahakan sama, tentulah ini untuk menjaga keseimbangan irama.

Rumusnya bersajak:

…………………………..a
…………………………..a

Pada umumnya isi gurindam adalah nasihat, baik untuk sopan santun dalam pergaulan. Perhatikan gurindam berikut ini:

Awal diingat akhir tidak,
Alamat badan akan rusak.


Atau,
Jika kamu bersifat murah,
Segala orang datang menyerah.


Atau,
Jika kena penyakit kikir,
Sanak saudara lari menyingkir.


Atau,
Kurang piker, kurang siasat,
Tentu dirimu kelak tersesat.


Selain gurindam yang berisikan nasihat, soal sopan santun kemudiannya lebih kental dengan nasihat agama. Tapi kalau kita menyimak lagu-lagu Keroncong Lama ada juga yang berbentuk gurindam, misalnya:

Aduh, aduh! (diucapkan : yadu, yadu!)
Sakit sungguh menanggung rindu.


Atau,
Oleleuh di Kutaraja
Kalau boleh dibawa saja.


Sedangkan di pesisir barat Sumatera disebutkan orang dengan nama Radat di dalam lagu Z(d)ikir, yaitu lagu melayu yang di Arabkan.

Syahdan, beberapa abad kemudiannya, masuklah Agama Islam ke Indonesia, tak terkecuali gurindam pun mengalami sedikit perubahan, terutamanya tentang isinya yang lebih banyak kepada Nasihat Agama dan kebaikan kehidupan di dunia atara sesame insane.

Gurindam yang terkenal benar dikalangan penyelidik-penyelidik bahasa ialah “Gurindam 12” buah tangan Pujangga Raja Ali Haji, yang digubah pada bulan Rajab, tahun 1263 H di Penyengat, yang kemudiannya disalin ke dalam majalah Land-en Volkenkunde Bataviasche Genootschap no. 2 yang keluar dalam bulan April 1653.


More about13. Gurindam Melayu

12. Syair Melayu

Attayaya Butang Emas on 2011-06-16

12. SYAIR MELAYU

Yang dimaksud dengan syair dalam kesusastraan Indonesia ialah sejenis puisi yang serupa bentuknya dengan pantun. Kata Syair diambil daripada bahasa Arab, tetapi arti syair yang kita kenal sekarang ini, lain dengan arti kata Arab yang berarti Penggubah atau Pengikat Sastera.

Zaman kecemerlangan syair di dalam perpustakaan Indonesia ialah di zaman pertengahan. Berpulauh buku hikayat dikeluarkan orang dari Bandar Singapura, yang berisi syair.

Diantara syair-syair yang terkenal, ialah:
  • Hikayat Abdul Muluk
  • Syair Bidasari
  • Syair Burung Bayan
  • Syair Putri Hijau
  • Syair 25 Rasul Pilihan
  • Syair Perahu
  • Syair Singapura dimakan Api.

Didalam permainan sandiwara (komedi stambul) ataupun Drama Bangsawan, syair memegang peranan penting. Pemain-pemainnya bersoal jawab dengan kalimat-kalimat yang berbentuk syair.

Syair terdiri dari beberapa bait, puluhan, bahkan ratusan bait. Dan setiap baitnya mengandungi 4 baris, dan biasanya dalam 1 baris terdapat 4 perkataan yang jumlah suku katanya berkisar antara 8 sampai 12. Dalam tiap bait tiada mengenal sampiran, jadi keempat-empat baris itulah isinya. Oleh karenanya di keempat kalimat itu sangat berkaitan erat artinya.

Keempat barisnya (rumusnya) bersajak:
…………………..a
…………………..a
…………………..a
…………………..a

Jikalau pantun dapatlah berdiri sendiri, sedangkan syair tiadalah demikian halnya. Syair harus terdiri dari beberapa syair, tergantung panjang pendeknya cerita yang hendak dikarang. Atau seberapa panjangnya surat yang hendak di kirim.

Syahdan menurut penyelidikan sejarah, syair yang tertua dalam bahasa Melayu ditemui pada sebuah batu nisan tua di Mineye Tujoh (Aceh). Kata-kata yang tertulis di situ ialah kata-kata Arab bercampur dengan India Kuno.
Berikut, barang sejenak kita lagukan dari penggalan syair Perahu.

Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Memebetuli jalan tempat berpindah
Disanalah iktikad diperbetuli sudah.

Wahai muda kenalilah dirimu,
Ialah perahu tamsil tubuhmu,
Tiadalah berapa lama hidupmu,
Ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif budiman,
Hasilkan kemudi dengan pedoman,
Alat perahumu jua kerjakan,
Itulah jalan membetuli insan.


Tiadalah lama berkekalan keadaan Syair ini, dikarenakan lama kelamaan orang merasakan bahwa keindahan syair tak lagi meresap kedalam jiwa, tiada menawan sebagai Pantun.

Kalimat-kalimat syair terasa-rasa bagai dicari-cari, dan terkadang mengada-ngada hanya untuk melengkapi persamaan bunyi pada ahkir baris. Orang hanya lebih tertarik dengan isi cerita yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian lambat laun syair terdesak hingga tersadai di pantai, dan akhirnya seakan tiada terpakai.


More about12. Syair Melayu

11. Pantun dan Seloka Melayu

Attayaya Butang Emas on 2011-06-12

11.PANTUN dan seloka

Adapun akan menyalurkan pikiran dalam sesuatu bahasa adalah dua jalannya, yaitu dengan jalan bahasa yang bersajak, dalam bahasa Melayu dikenal dengan Pantun, Syair dan Gurindam. Sedangkan yang kedua dengan jalan bahasa biasa yang tiada bersajak (prosa).

Sesungguhnya dalam Pantun, Syair dan Gurindam itulah banyak tersembunyi rahasia bahasa Melayu. Melalui Pantun itulah yang menyatakan tabiat, pikiran, dan perasaaan Orang Melayu. Tiadalah dapat ditelurusi dengan sebenar-benar (masa atau tarikhnya) kepastiannya sejak bila sesungguhnya pantun itu mulai muncul dan menjadi bahagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan orang Melayu. Dan sejak bila Pantun itu sendiri telah masuk dalam khasanah (perbendaharaan) kesusastraan Indonesia (Nusantara).

Yang terasa-rasa dan menurut pikiran berdasarkan kitab-kitab sastra lama dan juga melalui siarah sejarah; maka daripadanya diambil kesimpulan, bahwa Pantun sebagai Puisi lama (sastra lama) ini, sudah dimiliki oleh nenek moyang orang Melayu sebelum pengaruh kebudayaan Hindu dan Arab masuk ke Indonesia. Pantun adalah warisan nenek moyang yang paling unik.

Mungkin agak menarik untuk menjadi perhatian. Bahwasannya banyak sarjana barat yang mengadakan penelitian tentang Pantun, seperti Tuan H. C. Klinkert, pada tahun 1866 melalui karangannya yang berjudul “de Pantuns of Minnezangen der Malelers” yang artinya “Pantun atau Nyanyian orang Melayu berkasih-kasihan”. Karangan itu dimuatkan dalam surat cerita yang bernama “Bijdragen tot de taals. Land en Volkenkunde van Ned – Indie” yang artinya “Bantuan bagi ilmu Bahasa. Ilmu Negeri dan Bangsa-bangsa Hindia”. Kemudiannya Prof. Pijnappel, L. K. Hermsen, Winsd stedt, Roolvink dan lain sebagainya, menulis, menilik kahi dan memperkatakannya berkenaan dengan Pantun ini. Waktu Prof. Ch. A. van Ophuysen mulai menjalankan jabatannya menjadi Guru Besar bahasa Melayu pada Sekolah Tinggi di kota Leiden pada tahun 1914, beliau juga telah berpidato panjang lebar berkaitan dengan Pantun.

Pantun yang merupakan bahagian dari bentuk puisi lama, hampir merata dikenal di seluruh penjuru tanah air (Nusantara), walaupun diucapkan dalam bahasa daerah. Seperti di daerah Tanpanuli dikenal dengan nama Ende-Ende, misalnya:

Molo mandurung ho dipahu
Tampul si mardulang-dulang
Molo malungun ho diahu
Tatap sirumondang bulan.


Artinya:
Jika tuan mencari paku
Petiklah daun sidulang-dulang
Jika tuan rindukan daku
Pandanglah sang bulan purnama


Sementara untuk bahasa Sunda dan Jawa, disebut orang Paparikan, seperti umpamanya Paparikan berikut ini dalam bahasa Banten:

Sing getol ngiman jajamu
Ambeh jadi kuat urut
Sing getol neangan elmu
Gunana dunya akhirat


Artinya:
Rajinlah minum jamu
Agar kuatlah urat
Rajinlah tuntut ilmu
Bagi dunia akhirat

Sedangkan di daerah Banyuwangi terdapat Pantun Gandrung dan di sekitar Surabaya (Jawa Timur) ada Pantun Ludruk. Seperti Pantun Gandrung berikut ini:

Kabeh-kabeh gelung konde
Kang endi kang gelung jawa
Kabeh-kabeh ana kang duwe
Kang endi yang durung ana


Artinya:
Semua bergelung konde
Manakah si gelung jawa
Semua telah beroleh-oleh
Siapakah yang belum punya


Biasanya Pantun Gandrung atau Pantun Ludruk ini dinyanyikan oleh penari perempuan.

Selain Pantun yang terdiri dari 4 baris tersebut, di Sumatera Barat dan di Bengkulu (Bengkahulu) terdapat pantun yang terdiri dari 6 baris, 8 baris atau lebih. Buatan dan makna pantun itu juga sama dengan pantun yang biasa, yang juga dikenal dengan nama ibarat berarti umpama berasal dari bahasa Arab.

Dalam perjalanannya ke Kelantan, Malaysia; Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, pengarang yang kenamaan itu juga pernah menyusun buku pantun lengkap dengan cara menyanyikannya. Sayangnya tiadalah diperdapat lagi karangan-karangan atau karya-karya yang bagus dan sangat berharga tersebut.

Pantun selain dibawakan seperti lazimnya, juga dilagukan yang acapkali diiringi oleh peralatan music seperti Rebana, Kompang, Gendang, Biola dan lain sebagainya. Di zaman dahulu, di dalam suatu acara, seing diadakan perjamuan pantun. Sang Penyanyi (Pemantun) mengeluarkan pantunnya dengan diiringi oleh alat music. Tinggi rendah nya suara pemantun itu bersetujuan benar dengan suara bunyi-bunyian tersebut.

Segala yang hadir membukakan telinganya. Apalagi jikalau mereka (sang pemantun) mengumpamakan dirinya sebagai dua orang yang berkasih-kasihan; sangatlah meriahnya. Seandarinya salah seorang tak dapat membalas pantun lawannya; kekalahan itu diiringi gelak terbahaknya orang yang mendengar. Sebaliknya bunyi Kur yang disorakkan, diiringi bunyi rebana yaitu sebagai upah orang yang bijak menyahuti pantun.

Jikalau seseorang dapat mengeluarkan sebuah pantun yang mengandungi sepatah atau dua patah perkataan yang tersebut dalam pantun lawannya, maka kepandaiannya itu sangat diindahkan. Seorang penyanyi (pemantun) dimasukkan dalam golongan orang yang ahli kalau ia dapat berturut-turut mengucapkan beberapa buah pantun, yang melahirkan buah pikirannya. Selain itu, yang sangat ditinggikan benar ialah beberapa buah pantun yang berhubung-hubung, pantun yang berikut didapati beberapa buah perkataan yang tersebut pada pantun yang mendahuluinya.

Di Pulau Piang atau di Temasik (Singapura) dikeluarkan orang Pantun Seloka atau Ibarat Pantun, yang dimaksud adalah Pantun bertali-tali atau berkait-kait. Sebab baris yang kedua dan yang keempat dari panting pertama menjadi baris yang pertama dan ketiga pada pantun yang lain (berikutnya). Oleh karenanya antara Pantun dan Lagu Melayu, ibarat seperti kuku dan daging. Artinya, satu kesatuan yang tak terpisahkan. Simaklah semua Lagu Melayu, apakah itu yang ber irama Inang, Langgam, Zapin, joget maupun Gazal, senikata nya berbentuk pantun. Apatah lagi Dondang Sayang sebagai itu dari lagu Melayu.

Puisi tradisional Melayu (Puisi Lama) yang bernama PANTUN ini telah memainkan peranan yang istimewa dalam perjalanan hidup orang Melayu. Ada dugaan kata PANTUN berasal dari kata kata TUN yang mempunyai arti TERATUR, sebagaimana yang dikemukakan oleh Renward Branstetter. Dari pada pendapat itu Hoesein Djajadiningrat berkesimpulan, bahwa Pantun ialah bahasa yang terikat dan teratur atau tersusun. Disamping itu akar kata TUN dalam dunia Melayu juga bisa berarti arah, pelihara dan bombing, seperti yang ditunjukkan oleh kata tunjuk dan tuntun. Kesimpulannya, pantun dapat berarti sebagai bahasa terikat yang dapat member arah, petunjuk, tuntunan dan bimbingan.*)

Puisi lama yang dinamakan Pantun, ialah puisi yang daripadanya terdiri dari 4 baris. Tiap baris diusahakan terdiri dari 4 perkataan pula. Tetapi dalam kenyataan keseharian, kedapatan juga (malah sering) lebih dari 4 perkataan yang digunakan orang.

Sampiran pada pantun terdiri dari 2 baris, yaitu baris kesatu dan kedua. Sedangkan isinya 2 baris pula, yaitu baris ketiga dan baris keempat. Kalau dilihat dari keadaannya, pantun mempunyai rumus sajak silang, yaitu: a, b, ab.

Jadi yang bersajak ialah baris kesatu dengan baris ketiga, dan baris kedua dengan keempat. Bersebab ada beberapa pendapat dari kalangan orang yang pandai – pandai. Yaitu yang beranggapan bahwa sampiran dan isi didalam sebuah bait pantun itu mempunyai kaitan yang erat. Karenanya tiadalah diperbolehkan membuat sampiran asal jadi (tangkap muat) demi hanya untuk persamaan bunyi baris pertama dengan baris ketiga dan baris kedua dengan baris keempat (bersajak).
Misalnya:

Hujanlah hari rintik-rintik,
Tumbuh cendawan belang kaki,
Kami sepantun telur itik,
Kasih ayam muka menjadi.


Hubungan sampiran dan isi di sini, terletak pada persamaan kejadian (peristiwa), yaitu cendawan tidak akan tumbuh kalau tidak disebabkan hujan, dan telur itik tidak akan menetas jika tidak dierami ayam. Kemudian ada lagi:

Telur itik dari Singgora,
Pandan terletak dilangkahi,
Darahnya titik di Singapura,
Badannya terhantar di Langkawi.


Jangan dikatakan sebait pantun itu tiada kena-mengena antara sampiran dan isinya. Terlebih dari sekedar keterkaitan, pantun itu dibuat juga berkenaan peristiwa sejarah. Seperti dituturkan secara selintas berikut ini:

Syahdan, ada seorang hamba Allah di Pasai, Tun Djana Chatib namanya. Maka Tuan itu pergi ke Singapura tiga bersahabat, dengan tuan di Bunguran dan di Selangor.

Maka Tun Djanah berjalan di pecan Singapura, maka lalu hamper istana raja; pada ketika itu raja perempuan melihat ditingkap, maka berpandang kepa Tun Djana Chatib. Maka ada sebatang pinang hampir istana itu, maka ditilik oleh Tun Djanah Chatib, belah dua pohon pinang itu. Telah dilihat oleh Paduka Seri Maharaja perihal itu, maka baginda terlalu marah; maka baginda berkata:

“Lihatlah kelakuan Tun Djanah Chatib, diketahuinya istri kita menengok, maka ia menunjukkan pengetahuannya”.

Maka disuruh baginda bunuh. Maka Tun Djana Chatib pun dibawa orang kepada tempat pembunuhan. Serta ditikam orang akan Tun Djana Chatib, darah titik ke bumi, badannya ghaib tiada berketentuan. Ada suatu ceritera, badan Tun Djanah Chatib itu terhantar ke Langkawi, ditanamkan orang disana.

Demikian ceritanya hingga dibuatkan orang akan pantunnya seperti yang tersebut.

Hendak jugalah diketahui, bahwa Singapore itu terletak di gentingan Kra pada daerah perbatasan Siam dan Malaysia. Hal ini hendak menunjukkan betapa jauhnya Singgora itu.

Kemudiannya, kita maklumi bersama bahwa telur Itik baru akan menetas kalau dieram di induk ayam. Hal ini menunjukkan kepasrahan kepada Penguasa Alam (Allah), akan nasib dan ketentuannya dalam perjalanan yang jauh. Sebermula Tikar Pandan (pandan) ialah benda yang halus, harus dihematkan; kiasan bagi puteri istana yang harus diperlakukan dengan lebih banyak kehormatan.

Syahdan, dikarenakan pantun dipergunakan oleh semua umur, maka dicerai-ceraikanlah pantun itu terdiri dari 3 jenis pantun, yaitu:
1. Pantun Anak-Anak
2. Pantun Orang Muda
3. Pantun Orang Tua.


Sedangkan untuk PANTUN ANAK-ANAK, masih dapat di bagi kepada 3:

1.Pantun Bersuka Cita

Misalnya :
Elok rupanya kumbang jati,
Dibawa itik pulang petang.
Tidak terkata besar hati,
Melihat ibu sudah datang.


Atau:
Dibawa itik pulang petang,
Dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang,
Hati cemas menjadi hilang.


Atau:
Dapat di rumput bilang-bilang,
Menghisap bunga dengan mayang.
Hati cemas menjadi hilang,
Perut lapar menjadi kenyang.


2.Pantun Berduka Cita.

Misalnya:
Anak nelayan menangkap pari,
Sampannya karam terlanggar karang.
Sungguh malang nasibku ini,
Ayah pergi ibu berpulang.


Atau:
Tanamlah bayam sambil duduk,
Tanam di dekat pinggir payah.
Lihatlah ayam tidak berinduk,
Begitu macam untungnya saya.


Atau:
Ke balai membawa labu,
Labu amanat dari situnggal.
Orang memakai baju baru,
Hamba menjerumat baju bertambal.


3.Pantun Teka Teki

Misalnya:
Biduk sekunar dari barat,
Penuh berisi asam cuka.
Makan di laut muntah di darat,
Apakah itu cobalah terka.


Atau:
Diukur dijangka-jangka,
Burung merak, burung angkasa
Bertiup angin sangkakala,
Di situ kita bertemu mata.


Atau:
Kalau puan, puan cerana,
Ambil gelas didalam peti.
Kalau tuan bijaklaksana,
Binatang apa tanduk di kaki.


Sedangkan untuk PANTUN ORANG MUDA, terbagi lagi kepada 3 bahagian pula:

1.Pantun Dagang (Pantun Nasib)

Misalnya:
Tidak salah bunga lembayung,
Selahnya pandan menderita.
Tidak salah bunda mengandung,
Salahnya badan buruk pinta.


Atau:
Baying orang mengetam pulut,
Hamba seorang mengetam padi.
Banyak orang karam di laut,
Hamba seorang karam di hati.


Atau:
Serai serumpun tengah halaman,
Tempat murai turun mandi.
Tinggal kampong tinggal halaman,
Tinggal tepian tempat mandi.


2.Pantun Muda
Untuk Pantun Muda ini masih dapat dibagi lagi kepada 3 hal, yaitu:

a. Pantun Berkenalan

Misalnya:
Dari mana hendak kemana,
Dari Jepang ke Bandar Cina.
Kalau boleh kami bertanya,
Bunga yang kembang siapa punya.


Atau:
Beringin di kampong pulau,
Pautan ayam tedung Gombak.
Hati ingin memandang pulau,
Biduk ada pengayuh tidak.

Yang juga sama dengan:
Melenguh lembu di gunung,
Melenguh sampai ke balai.
Maksud hati memeluk gunung,
Apa daya tangan tak sampai.


Atau:
Mahal harganya kain batik,
Dipakai selendang ke kuala.
Jika bunga boleh dipetik,
Dipersunting dijunjung di kepala.


b. Pantun Berkasih-kasihan

Misalnya:
Jika roboh kota Melaka,
Papan di Jawa saya dirikan.
Jika sungguh sebagai kata,
Badan dan nyawa saya serahkan.


Atau:
Jika tiada karena bulan,
Takkan bintang meninggi hari.
Jika tidak karena tuan,
Takkan adik datang ke mari.


c. Pantun Berceraian:

Misalnya:
Penggal puan penggal selasih,
Penggal puan di Johor Lama.
Buah hati tinggallah tuan,
Kanda pergi tidakkan lama.


Atau:
Buah pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan.
Walau jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.


Atau:
Hanyut cawan dengan kakinya,
Berperai-perai bunga selasih.
Ayuhai badan apa jadinya,
Hampir bercerai dengan kekasih.


Untuk lebih asyik-masuk dalam buai kemesraan, kita petikkan daripada cuplikan pantun mengajuk hati dari sepasang teruna. Marakermah dan Puteri Caya Chairani:

Marakermah:
Dari Banten ke Tanjung Kandis,
Berlayar ditumbang angin utara.
Lagi berhadapan mulutnya manis,
Balik belakang lain bicara.


Caya Charirani:
Ambil puan dari Marinda,
Pandan di jawa saya rebahkan.
Jika tuan membawa adinda,
Badan dan nyawa saya serahkan.


Marakermah:
Ambil puan diatas batu,
Hendak berlayar ke benua Jawa.
Jika tuan berkata begitu,
Esok hari kekanda bawa.


Caya Chairani:
Anak belida memakan kanji,
Pandan di Jawa diranggungkan.
Jika kekanda mungkirkan janji,
Badan dan nyawa menanggungkan.


Marekermah:
Terang bulan terang ke paya,
Raja Mesir bertenun kain.
Tuan dipandang bertambah caya,
Rasaku tidak pada yang lain.


Caya Chairani:
Aci-aci ke Bangkahulu,
Seri paduka panglimanya.
Jika kasih sabar dahulu,
Nantikan saja ketikanya.


3.Pantun Jenaka

Misalnya:
Elok rupanya pohon belimbing,
Tumbuh di dekat limau lungga.
Elok berbini orang sumbing,
Biar marah ketawa juga.


Atau:
Elok jalannya Kota Tua,
Kiri kanan berbatang sepat.
Elok berbini orang tua,
Perut kenyang ajaran dapat.


Atau:
Orang Jawa pergi ke Banda,
Membeli ikan dengan rebung.
Orang tua berbini muda,
Bagai rasa menang menyabung.


Sampailah kepada PANTUN ORANG TUA yang dipilah pula kepada 3 bahagian, yaitu:

1.Pantun Nasihat

Misalnya:
Berburu kepadang datar,
Dapat rusa belang kaki.
Berguru kepalang ajar,
Bagai bungan kembang tak jadi.


Atau:
Riang-riang terbang ke kolam,
Retak bertanggur depan kota.
Laksana siang menanti malam,
Demikian umur sekalian kita.


Atau:
Anak gajak mandi di sumur,
Ambil galah dalam perahu.
Orang muda jangan terkebur,
Cubaan Allah siapa yang tahu.


2.Pantun Adat

Misalnya:
Rama-rama si kumbang jati,
Khatib Endah pulang berkuda.
Patah tumbuh hilang berganti,
Pusaka tinggal begitu juga.


Atau:
Yang merah hanya saga,
Yang kurik hanya kundi.
Yang indah hanya bahasa,
Yang baik hanyalah budi.


Samalah dengan:
Tingkap papan kayu persegi,
Riga-riga di pulau Angsa.
Indah tampan karena budi,
Tinggi bangsa karena bahasa.


Atau:
Bunga melati bunga di darat,
Bunga seroja di tepi kali.
Hina besi Karen karat,
Hina manusia tidak berbudi.


3.Pantun Agama

Misalnya:
Kemumu di dalam semak,
Jatuh melayang selarangnya.
Meski ilmu setinggi tegak,
Tidak sembahyang apa gunanya.


Atau:
Asam kandis asam gelugur,
Kedua asam siriang-riang.
Menangis mayat dalam kubur,
Teringat badan tidak sembahyang.


Atau:
Kemumu di tengah pecan,
Diembus angin jatuh ke bawah.
Ilmu yang tidak diamalkan,
Bagai pohon tidak berbuah.


Pantun Berkait
Sebenarnya Pantun Berkait ini samalha dengan pantun yang biasa lazimnya, tetapi antara bait yang satu dengan bait yang lain, ada rantai yang berkait-kait. Maka Pantun Berkait ini ada juga yang menyebutnya sebagai Pantun Rantai.

Alhasil, jika kita perhatikan dalam 1 bait, maka:
- Jumlah barisnya 4
- Baris 1 dan 2 ialah sampiran
- Baris 3 dan 4 adalah isinya.
- Sajaknya a b, a b

Sedangkan keterkaitan antara bait-bait itu ialah; baris ke 2 dan ke 4 pada bait pertama, menjadi baris ke 1 dan baris ke 3 pada bait berikutnya. Untuk jelasnya kita contohkan kepada pantun berikut:

Bunga kenanga di Kampung Raya
Sayang terkelup di dalam peti *
Bagaimana untung nasib saya
Darikan hidup baiklah mati **

Saying terkelup di dalam peti, *
Bungan melati tumbuh di karang, ***
Darikan hidup baiklah mati, **
Tempat hati diambil orang. ****

Bunga melati tumbuh di karang, ***
Ambil pena dalam cunia.
Tempat hati diambil orang, ****
Apa guna hidup di dunia.


Serba sedikit telah diutarakan tentang pantun berkait. Dan sebelum kita tamatkan pembicaraan berkaitan tentang pantun, hendak juga disampaikan prihal irama pantun.

Irama pantun ketika disampaikan ianya juga berlagu. Boleh juga ianya dinotasikan seperti lagu yang sedia adanya. Tetapi hal yang serupa itu tiada pernah pula dikerjakan orang. Maka tiada diperbuat akannya.

Irama pantun, adalah gaya berbicara yang teratur tetapi tidak bemelodius. Ada orang yang berpantun menggunakan irama lagu Hitam Manis, atau yang agak popular dipergunakan lagu Indung-indung.


Keterangan :
*) UU Hamidy, makalah yang disampaikan dalam kenduri seni Melayu se Dunia di Batam pada tanggal 26 – 31 Oktober 2002. Judul Makalahnya “ Jagad Pantun Persada Melayu di Riau”.

More about11. Pantun dan Seloka Melayu

10. Mantera Melayu

Attayaya Butang Emas on 2011-06-08

10. Mantera

Dipercayai mantra adalah bentuk sastra lisan paling tua yang dimiliki oleh orang Melayu. Ianya tidak hanya dimiliki oleh Dukun, Bomoh atau pawang saja. Sebagaimana yang telah diperkatakan, bahwa mantra termasuk salah satu sastra lisan yang memiliki kekuatan gaib, maka ianya memang harus dipelajari secara tekun. Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa mantra adalah permainan kata-kata yang mempunyai kekuatan gaib. Kemudiannya setelah Agama Islam masuk di negeri Melayu, sebagian mantra-mantra telah menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Seperkara berkaitan dengan mantra ini, tetaplah ingin dimasukkan dalam kelompok kesusastraan, terlepas dari berbagai kepentingan yang ada di dalamnya. Sebab penyususn beranggapan bahwa nilai-nilai yang terdapat di dalam mantra, lebih kepada penilaian sastranya.

Kemudian daripada itu hendak pula dijelaskan, bahwa sebagian dari mantra-mantra yang berhasil dituliskan ini, tidaklah ditulis secara lengkap. Hal ini sesuai dengan permintaan dari nara sumber yang menghkawatirkan kepada pekerjaan yang kurang patut atau disalah gunakan. Itu sebabnya di setiap mantra tersebut, sebagian dari baris-barisnya, oleh penyusun hanya memberikan tanda titik-titik saja.

Inilah beberapa contoh mantra-mantra tersebut:
Mantera Mengusir Hantu Polong
…………………………………..
…………………………………..
Hi, polong
Aku tahu asal engkau
Mula menjadi
Hidung luas tapak tangan lebar
Jangan engkau dengki aniaya
Kepada si……………………..
Jika engkau dengki aniaya
Durhaka engkau kepada Allah
Raib dikau seperti angin
Hancur dikau seperti air
Berkat do’a………………………
La ilaha ilallahu Muhammadarrasulullah

Mantera Mengusir Angin Putting Beliung (taung)
…………………………………….
……………………………………
Hi----iii taung
Aku tahu asal engkau jin
Hi----iii jin
Aku tahu asal engkau jin
Lidah api yang berasap
……………………………………
…………………………………..

Biasanya mantra ini dipergunakan pada saat tutun ke laut atau oleh para nelayan.

Mantera Seri Muke
…………………………………..
………………………………….
Perlu peredah patah
Aku duduk pintu mahari
Aku lalu siti Fatimah latah
Raja tertunduk tuan puteri tertawa
……………………………………….
Kurs semangat ……………….. (dengan menyebutkan namanya)
………………………………………

Dipergunakan oleh kaum perempuan, pada minyak wangi yang diletakkan pada pakaian.

Mantera Masuk Hutan
………………………………..
Allah tongkat aku
Muhammad paying aku
Allah kanan aku
Muhammad kiri aku
Bukan aku memakai kuasa aku
Aku………………………………
…………………………………………

Dipergunakan ketika memasuki hutan, supaya jangan tersesat atau diganggu oleh hantu jembalang.

Mantera untuk orang yang Tersampuk

Bismillahhirrahmanirrahim
Lahaula quata illabillah hilaliyil azim 3 x
Bismillah hi a’la ahdi rasulullah s.a.w
Wa ala ahdi sulaiman ibni Daud
Infiru ayuhal jinn wassyaitan
Ahsantu alikum wa azam tu alaikum
Aiyatahul arwanur rohani yatu
………………………………. (dan seterusnya)

Biasanya dipergunakan untuk orang yang terkena sampok sesuatu mahluk gaib.

Mantra “Serindai”
…………………………………….
Bismillahhirramanirrahim
Hi amrih na wajiah jin serindai
Buka kunci rumahku
Buka kunci yang di dalam rumahku
Buka kunci yang keliling rumahku
Kunci Allah lagi terbuka
Kunci Muhammad lagi terbungkai
Inikan pula kunci si amrih jin serindai
Ambil ranggas mata ranting hendak membuat pagar
Hendak memagar rangka bidadari…
……………………………………….

Biasanya dipergunakan untuk budak-budak di bacakan pada segelas air, kemudian diminumkan dan disapukan pada muka.

Mantera Disengat Lipan
…………………………………
Bismillahhirrahmanirrahim
…………………………………
………………………………..
Asal menjadi lipan
Tali pusat rasulullah yang terbuang
……………………………….
………………………………..

(membaca kata-kata tersebut sambil ibu jari dilekatkan pada langit-langit, kemudian disapukan kepaa yang sakit).

Mantra terkena bisa Binatang di Darat
………………………………….
Bismillahhirrahmanirrahim
…………………………………
………………………………..
Aku tahu asal engkau
Darah pusat rasulullah yang mengalir ke darat
……………………………..
…………………………….

(sama, untuk hewan berbisa di darat).

Mantera Terkena Bisa Binatang Laut
…………………………………….
Bismillahhirrahmanirrahim
…………………………………….
…………………………………….
Aku tahu asal engkau
Darah pusat rasulullah yang mengalir ke laut
…………………………………….
……………………………………

(ibu jari diletakkan pada langit-langit, kemudian disapukan pada yang terkena bisa pada hewan di laut).

Mantra Penawar Racun
……………………………………
Lailahaillah
Yaa a hu yaa a hu
Aku makan di dalam
Famayya yaa ahu yaa ahu 3x
…………………………………
………………………………….

(biasanya dipergunakan kalau ragu-ragu terhadap sesuatu yang akan di makan, apakah bertamu di rumah orang, dan lain sebagainya).

Mantera Untuk Anak-anak yang Terjatuh
………………………………………….
Tukul tangkal,
Tukul pintu,
Budak nakal
Memang begitu
…………………………………….
……………………………………..
Kursss…. Semangat………………….

(sebut nama si anak sambil mengusap tempat yang bengkak, boleh juga menggunakan rambut si emak).

Untuk anak yang baru pandai berjalan kemudian jatuh, maka salah satu anggota tubuhnya bengkak, lalu dibacakan mantra yang tersebut di atas.

Mantra Pengasih
……………………………..
………………………………
Minyak situang-tuang
Tuang dalam kuali
Mukaku cantik bagaikan bulang terang
Siapa yang melihat tergila padaku
Kurss semangat………….. (sebut nama orang yang dikehendaki)
……………………………

Mantra Pemanis
……………………………….
Bismillah…………….
Minyak ini minyak cawandi
Tumpah dari ubun-ubun nabi Muhammad
Bintang bertabur ke kiriku, ke kananku
Aku duduk dipandang lebih
Aku berdiri dipandang lebih
Aku berjalan di pandang lebih……………
……………………………………
………………………………….

Pendinding atau menjaga diri
(dibaca ketika hendak tidur)
…………………………..
…………………………
Hak burdahak
Aku berserah kepada yang hidup
Yang tiada mati
Kata Allah kukatakan
Kata Muhammad kukatakan
………………………….
………………………….

Tentang Mantra dapat juga dibaca di : Mantra Melayu di Tamadun Melayu

More about10. Mantera Melayu

9. Kesusasteraan Melayu

Attayaya Butang Emas on 2011-06-04

9. Kesusasteraan Melayu
Menurut bentuknya kesasteraan dapat dibedakan dengan keusasteraan lisan dan kesusasteraan tulisan. Kesusasteraan lisan yaitu kesusastraan yang hanya dituturkan dari mulu ke mulut, alhasil penyampaiannya berlangsung secara lisan.

Sastra lisan pada mulanya bentuknya hanya berupa ikatan bahasa yang berguna untuk mendapatkan kesaktian, semisal melalui mantra, pesona ,serapah, pantun-pantun yang iucapkan oleh bomoh atau dukun atau pawing (pantun hokum). Selain itu terdapat juga sebagai ikatan bahasa yang berguna sebagai hibura, yaitu cerita penglipur lara seoerti cerita-cerita rakyat yamg meliputi legend, mitos, fable dan lain-lain.

Kemudiannya, dalam pergaulan sehari-hari timbul pula Teka-teki, Kias (yang terkadang disampaikan dalam bentuk pantun), Pri bahasa, dan Pantun. Dalam pergaulan dan berbagai pengaruh, kemudiannya dikenal pula dengan S(e)loka, Gurindam, Syair dan Puisi-puisi baru (modern). Oleh karenanya tiadalah mengherankan jika Kepulauan Riau amat kaya akan kesusastraannya, baik melalui perjalanan sejarahnya yang begitu panjang sejak Raja Perempuan Wan Sri Beni, Tri Buana, Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah sampai yang terakhir Sultan Abdurahman. Maupun dengan keadaan daerahnya yang berada di pesisir dan menjadi laluan atau lintasan perdagangan.

Diantara sastra itu meliputi puisi dan prosa. Di samping prosa klasik terdapat pula prosa baru seperti cerpen karya Raja Ali Haji, karya-karya Haji Ibrahim, dan karya-karya penulis baru lainnya.

Seperti yang telah diantarkan pada penjelasan terdahulu berkaitan dengan karya sastra yang tergolong puisi meliputi mantra, pantun, seloka, syair, gurindam, dan puisi baru. Khusus tentang gurindam, karya Raja Ali Haji Gurindam Dua Belas yang dikenal orang sampai ke mancanegara. Puisi baru khazananh Kepulauan Riau mendapat perhatian yang besar dan telah dikaji oleh para ilmuwan dalam dan luar negeri. Berikut ini hendaklah disajikan dikemukakan tentang mantra, pantun, seloka, syair dan gurindam yang terdapat di Kepulauan Riau.


More about9. Kesusasteraan Melayu