17. Mandi-mandi

Attayaya Butang Emas on 2009-01-28

Keesokan harinya, pagi-pagi diadakan upacara mandi-mandi bagi kedua pengantin. Acara ini selain untuk kedua pengantin diikuti pula oleh para kerabat dekat dan tetangga dekat yang ingin mengikuti acara. Acara madni-mandi biasanya dilakukan di tengah rumah atau tempat khusus yang disediakan untuk upacara mandi-mandi.

Peralatan mandi-mandi itu ialah :
  • - kain sarung batik
  • - peralatan tepung tawar
  • - tepak sirih
  • - anyaman pucuk nyiur
  • - gayung dan batil perak
  • - cepak berisi padi
  • - nyiur bulat
  • - benang tukal
  • - lilin
  • - cermin

Adapun acara mandi-mandi ini adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua pengantin telah selamat melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami isteri. Untuk itu seluruh keluarga menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT. Di samping itu sebagai ucapan terima kasih kepada seluruh kerabat yang telah membantu.

Kemudian, pengantin laki-laki memakai sarung batik dan berbaju baru. Sedangkan pengantin perempuan memakai sarung batik dan kemban (penutup dada). Kain batik ini lazim disebut sebagai “kain basah” yang dipergunakan dalam upacara mandi-mandi.

Sebelum kedua pengantin disandingkan (duduk berdampingan) Mak Andam menepuk tepung tawar. Setelah itu pengantin dibedak dilangir lalu dibilas air bersih dengan menggunakan batil perak. Acara ini dilanjutkan dengan permainan tarik menarik anyaman pucuk kelapa oleh kedua pengantin, dan siram menyiram air.

Setelah selesai permainan ini, kedua pengantin dimandikan dengan air tolak bala. Sesudah itu, pengantin mengenakan “kain sesarung”, yaitu kedua pengantin masuk dalam satu sarung. Selanjutnya pengantin dikelilingi dengan talam berisi padi, nyiur bulat, benang tukal, lilin, bercermin sebanyak tiga kali. Hal tersebut melambangkan bahwa dalam berumah tangga akan mengalami perjalanan hidup yang penuh bahaya dan tantangan yang harus dihadapi dengan sabar dan keimanan. Kedua pengantin juga diharapkan dapat hidup dengan aman, tenteram dan berkecukupan serta diberkahi keturunan yang baik-baik.

Setelah acara selesai kedua pengantin dibawa masuk ke billik pengantin. Sedangkan acara siram-siraman di luar, masih dilanjutkan antara para jemputan. Upacara bermandi-mandi ini merupakan upacara penutupan dari pelaksanaan majelis pernikahan di rumah pengantin perempuan.

More about17. Mandi-mandi

16. Menyembah

Attayaya Butang Emas on 2009-01-18

Upacara ini berlangsung sebelum pengantin dibawa masuk ke bilik oleh Mak Andam (Mak Inang) atau sebelum maghrib atau bisa dilakukan setelah sholat Isya. Seusai acara siang, kedua pengantin makan malam bersama keluarga pihak pengantin perempuan. Kemudian pengantin disandingkan dan kemudian menyembah terhadap kedua orang tua pengantin perempuan termasuk kerabatnya. Urutannya diatur oleh Mak Andam dimulai dari Kakek, Nenek, Ayah, emak, abang, kakak, adik, Pak Long, Mak Long, Pak Cik, Mak Cik, dan seterusnya yang masih kerabat dekat. Seringkali dalam upacara menyembah ini, pengantin perempuan bertangis-tangisan dengan Emak atau kerabat perempuan yang lain, sewaktu diberi nasehat ataupun lainnya.

Setelah selesai acara menyembah di rumah pengantin perempuan, barulah kedua pengantin menuju ke rumah orang tua pengantin laki-laki untuk menyembah orang tua pengantin laki-laki dan para kerabatnya.

Acara ini dipimpin oleh Mak Andam yang bertindak sebagai wakil orang tua pengantin perempuan. Adapun maksudnya acara menyembah ini adalah untuk memperkenalkan pengantin perempuan kepada keluarga dan kerabat pengantin laki-laki. Di samping itu kedua pengantin memohon do’a restu dari orang tua dan kerabatnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam acara ini ialah :
1. penghormatan, kedua pengantin wajib menghormati orang tua dan mertuanya beserta seluruh kerabatnya.
2. ketaatan, dalam acara ini menunjukkan ketaatan dari seorang anak dan menantu kepada orang tua dan mertua.
3. kekeluargaan, menyatukan kedua pengantin kepada seluruh keluarga dan kerabat masing-masing pihak.

Setelah selesai, maka kedua pengantin itu kembali ke rumah pengantin perempuan untuk persiapan acara berikutnya, yaitu mandi-mandi.

More about16. Menyembah

15. Makan Berhadap

Attayaya Butang Emas on 2009-01-08

Biasanya pelaksanaan makan bersuap disejalankan dengan makan berhadap. Artinya setelah kedua pengantin makan bersuap, kemudian mereka makan berhadap.

Perangkat peralatan dipersiapkan untuk melaksanakan upacara ini, yaitu : sprei (alas kain/permadani), talam, pahar, gelas, balang ceret untuk cuci tangan, piring tempat nasi dan piring yang telah berisi lauk-pauk.

Setelah peralatan dipersiapkan, maka Mak Inang (Mak Andam) memandu pengantin perempuan mengenai cara-cara melayani suaminya untuk makan. Melalui pelayanan ini terpancar kesetiaan, kepatuhan dan kasih sayang seorang isteri kepada suami.

Saat kedua pengantin makan berhadap, maka undangan pun disuguhi dengan makan minum. Untuk jemputan orang perempuan biasanya makan di dalam, sedangkan kaum laki-laki di luar rumah atau di halaman rumah yaitu di bangsal yang telah disediakan. Tempat makanan yang disiapkan di bangsal, yaitu meja yang dibuat dari tiga keping papan, sedangkan tempat duduknya dari sekeping papan. Meja dan tempat duduk dipasang berjejer panjang memenuhi bagian bawah bangsal. Jemputan makan berhidang, maksudnya segala hidangan yang dipersiapkan dihidangkan untuk tiga sampai lima orang. Makan berhidang dilakukan berkelompok berjumlah tiga sampai lima orang. Undangan yang datang silih berganti dan diberi makan oleh petugas. Setelah selesai makan, jemputan tersebut memberikan ucapan selamat kepada keluarga pengantin dan juga kepada pengantin sambil memberikan buah tangan.

Biasanya acara bersanding ini selesai sebelum masuk waktu maghrib. Kedua pengantin dibawa masuk ke dalam bilik. Saat berjalan menuju ke dalam bilik, kedua pengantin mengaitkan kelingkingnya. Sampai di bilik pengantin, Mak Andam mengambil tangankanan pengantin perempuan untuk bersalaman dengan suaminya. Pengantin perempuan masih diasuh oleh Mak Inang cara-cara melayani suaminya untuk makan malam.


More about15. Makan Berhadap