Kepercayaan dan pantang larang terhadap alat-alat memasak

Attayaya Butang Emas on 2009-04-30

Adapun dipercayai, bahwa alat-alat memasak tidak boleh dipinjamkan kepada orang lain. Kalaupun terpaksa dipinjamkan, alat-alat tersebut tidak boleh bermalam di tempat orang. Meminjamkan alat ini, apalagi bermalam di rumah orang menjadi suatu pantangan.

Di samping itu alat-alat memasak dipandang sebagai barang pusaka, dan tidak boleh dijual. Dipercayai pula, jika pantang larang tersebut dilanggar akan mendatangkan sial kepada pemiliknya. Yang dimaksudkan timpa sial itu boleh bermacam-macam. Misalnya, barang-barang sejenis yang dimiliki di rumah akan rusak atau pecah sehingga habis. Atau rezeki dari si pemiliknya akan sangat susah.

Tetapi adakalanya suatu kejadian atau peristiwa yang dianggap buang sial. Kalau perihal sedemikian terjadi, maka dianggap sebagai sesuatu keuntungan. Misalnya, kalau di dalam suatu perhelatan adat alat-alat yang rusak atau pecah, dipandang sebagai pertanda baik. Sebaliknya jika tiada yang pecah atau rusak, justru hal itu dianggap suatu kesialan. Oleh karenanya, terkadang dengan sengaja alat-alat dapur dipecahkan.

Hal-hal yang dianggap pantang larang, adalah:
  1. Dilarang mengetuk sendok atau sudip pada bibir periuk. Menurut kepercayaan bila hal itu dilakukan akan mengakibatkan mentahnya masakan. Yang makan tidak akan merasa kenyang sebab semangat dapur telah hilang.
  2. Dilarang mencicipkan masakan langsung sendok ke mulut. Hal itu akan dianggap menyebabkan rasa masakan hambar. Kalau mendapat anak kelak, mulutnya akan mancung.
  3. Dilarang mematahkan kayu api dengan mulut, akibatnya kayu lekas dimakan api dan masakan kononnya akan lambat masaknya.
  4. Dilarang meniup api dengan mulut, akibatnya gulai yang dimasak akan cepat kering kuahnya, mata cepat rabun, penyakit semput akan timbul dan kalau mempunyai anak kelak, mulut si anak akan mancung. Oleh karena itu untuk meniup api harus dipergunakan alat pipa atau bambu.
  5. Dilarang menampi beras di muka pintu, sebab akan berakibat pinangan orang berbalik.
  6. Dilarang mencuci alat-alat memasak di senja-kala atau di petang jumat, kononnya akan sempit rezeki.
  7. Dilarang melemparkan nasi lewat pintu atau jendela, sebab hal itu akan mengakibatkan hilangnya semangat nasi.
  8. Mengambil beras dalam tempayan (tempat menyimpan beras) tidak boleh sampai habis kikis. Kalau tertumpah ke lantai harus mengucapkan kata “Istigfar” – kuss semangat – supaya semangat beras tidak hilang.


More aboutKepercayaan dan pantang larang terhadap alat-alat memasak

2.3. Bentuk dan ukurannya

Attayaya Butang Emas on 2009-04-28

“Periuk bertutup”
terbuat dari bahan kuningan, gunanya untuk tempat memasak nasi, dodol, pulut, air gula dan lain-lain. Bentuknya bulat seperti tadah dan bagian atas agak lebar sedikit. Telinga tempat pemegangnya mencuat ke atas, terletak pada pinggir atas. Ukurannya ada bermacam-macam : besar, sedang (menengah) dan kecil. Ukuran menengah garis tengah lingkaran permukaannya kira-kira 20-25 cm, dan tingginya antara 17-20 cm. Periuk ini mempunyai tutup, dan oleh karena itu disebut “periuk bertutup”. Tutupnya terbuat dari bahan yang sama yaitu kuningan dan diberi bertangkai tempat pemegang.

“Periuk Gerenseng”
terbuat dari bahan tembaga. Bentuknya bulat tapi agak rendah atau pendek dari periuk “bertutup”. Bagian atasnya kecil dan genting seperti leher dengan pinggir melebar ke luar. Tidak punya telinga sebagai tempat pemegang, sebab pinggir yang melebar ke luar dapat dipergunakan untuk itu. Penutupnya layang atau datar dan bulat. Ukurannya bermacam-macam : besar, sedang, dan kecil. Tinggi dan lebar badannya berbanding 2:3, karena itu badannya kelihatan lebih rendah (pendek).

“Periuk tanah”
atau periuk yang terbuat dari tanah, bentuknya bulat pendek seperti bola, permukaannya kecil dan lehernya pendek. Tidak punya penutup dan tangkai atau telinga tempat pemegang. Periuk ini dipergunakan untuk memasak ramuan obat. Ukurannya kecil, kira-kira sebesar buah kelapa. Selain tempat memasak obat, periuk ini dipergunakan juga untuk tempat “temuni” atau uri bayi yang baru lahir dan biasanya ditanam di bawah rumpun pisang.

“Periuk bertutup bertelinga dua”
terbuat dari bahan kuningan. Biasanya dipergunakan untuk tempat memasak air minum atau merebus bahan makanan yang lain seperti jagung, ketela, pisang dan sebagainya. Bentuknya bulat pendek dan memiliki leher yang panjang. Pada lehernya terdapat telinga dua buah sebagai tempat pemegang yang mempunyai tutup dari bahan yang sama, yaitu kuningan. Ukurannya agak besar, yaitu lebih kurang dua kali ukuran periuk nasi biasa.

Bentuk
“belanga tanah”
hampir sama dengan bentuk “periuk gerenseng”, tetapi lehernya agak tinggi sedikit. Tidak mempunyai penutup dan telinga. Bibir atau pinggir belanga lebih tebal daripada gerenseng. Belanga ini terbuat dari bahan tanah liat yang dibakar (berupa keramik). Gunanya untuk tempat menggulai ikan. Ukurannya ada yang besar dan ada pula yang kecil atau sedang. Badannya lebih pendek, dengan perbandingan 2:3.

“Kuali”
terbuat dari tembaga, bertelinga dua buah, mencuat ke atas pada pinggir kedua sisi badannya. Bentuknya bulat seperti tadah. Badannya lebih rendah dan dasarnya agak datar. Ukurannya ada yang besar, sedang atau menengah dan kecil. Garis menengah permukaannya kira-kira 25 – 40 cm. Alat ini dipergunakan terutama untuk menggulai atau menggoreng.

"Batu-gilingan"
terbuat dari bahan batu alam yang dibentuk seperti kepingan dan salah satu permukaannya licin serta sedikit berlekuk (berbentuk lengkung). Bentuk badannya oval atau bulat telur, dengan tebal kira-kira 5 – 7 cm. alat gilingannya juga dari batu alam atau batu sungai yang bulat seperti peluru. Batu giling ini selain tempat untuk menggiling lada atau cabe dipergunakan pula untuk menggiling bahan bumbu masakan dan lain-lain. Ukurannya bermacam-macam, ada yang besar sedang dan kecil. Untuk keperluan rumah tangga sehari-hari biasanya dipergunakan yang berukuran kecil atau sedang. Panjang dan lebarnya antara 30 atau 40 cm.

Lesung
biasanya terbuat dari bahan kayu, seperti kayu pohon durian atau nangka. Bentuknya seperti trapesium sama kaki atau balok empat persegi panjang. Bagian atas diberi lubang berbentuk kerucut tertelentang. Ukuran besarnya kira-kira 40 x 50 x 70 cm. alat penumbuknya, yaitu harus terbuat dari bahan kayu, yang panjang kira-kira 170 – 200 cm, bagian tengahnya lebih kecil dari kedua ujungnya. Lesung ini dipergunakan untuk tempat menumbuk beras atau bahan-bahan makanan yang lain, seperti kopi, kacang dan sebagainya.

Niru atau nyiru
adalah berbentuk tadah segi empat, bulat atau lonjong, terbuat dari bahan anyaman bambu. Gunannya untuk menampih beras dan bahan-bahan makanan yang lain. Yang berbentuk segi empat ukurannya kira-kira 50 x 60 cm.

Ayak
adalah sebuah alat berbentuk bulat dan gunannya untuk mengolah sagu rendang. Terbuat dari anyaman bambu atau rotan yang jarang. Garis menengahnya kira-kira 25 – 30 cm.

Tapis atau disebut juga tapis-bertangkai
ialah alat berbentuk sendok tetapi daunnya lebih besar dan berbentuk lekuk (tadah) yang diberi berlubang-lubang kecil dan berguna untuk mengeringkan gorengan. Daun tapisan ini terbuat dari bahan alumunium atau seng dan tangkainya dari kayu. Daun tapisan ini ukuran garis menengahnya ada kira-kira 20 cm.

Alat perlengkapan goreng yang lain dinamakan
sudip
, berbentuk sendok tetapi daunnya datar, terbuat dari bahan besi (termasuk tangkainya juga besi). Daunnya agak kecil, yaitu selebar
Kira-kira telapak tangan, dan panjang tangkainya kira-kira 25 – 30 cm.

Sudu atau sendok
ada yang terbuat dari bahan kayu, tempurung batok kelapa dan seng dari alumunium. Ukurannya bermacam-macam : besar, sedang dan kecil. Yang besar dipergunakan untuk menyendok nasi atau makanan lain dari periuk untuk dipindahkan ketempat penyimpanan nasi atau makanan lain, atau untuk memindah makanan dari cembung tempat nasi ke piring. Sendok yang kecil yang sering disebut sudu dipergunakan untuk menyenduk makanan atau nasi dari piring ke mulut.

Sendok yang terbuat dari bahan kayu atau tempurung batok kelapa biasanya dipergunakan untuk menyendok nasi di dalam periuk.

Ceret atau cerek
adalah alat berbentuk labu yang badannya bulat seperti bola dan penutupnya kecil, dan mempunyai saluran berbentuk corong sebagai penyalur air dari dalam ke luar. Bentuk dan bahan pembuatannya bermacam-macam, ada dari kayu dengan corong memanjang ke atas dan sekaligus sebagai tangkainya. Bentuk ini dinamakan kendi atau kendi kayu (karena terbuat dari bahan kayu). Ada pula tempat menyimpan air minum yang dinamakan torak atau kendi bercorot terbuat dari bahan kuningan, badannya bersegi dan bermotif pucuk rebung. Gunannya tempat air minum dalam upacara adat atau perkawinan. Ada yang dinamakan teko-air, terbuat dari perak bakar bermotif ukiran. Badannya kecil dan berbentuk bulat panjang, penutupnya agak runcing dan bentuk badannya genting ke atas seperti pinggang.

Disamping itu ada pula
ceret labu berkaki kuku
terbuat dari kuningan, digunakan sebagai tempat air minum. Dan ceret labu duduk juga terbuat dari kuningan. Ceret-ceret ini biasannya dipergunakan untuk keperluan sehari-hari.

Perlengkapan lain sehubungan dengan memasak ini adalah
lekar
. Bentuknya berupa anyaman dari rotan bulat (disebut rotan “soni”)., dipergunakan sebagai alas periuk atau belanga. Besar lingkarannya dibuat menurut ukuran badan periuk atau belanga.

Tudung saji
adalah alat untuk menurut makanan yang sudah terhidang didalam mangkuk atau piring. Bentuknya seperti kerucut, runcing ke atas, terbuat dari bahan bambu atau pandan. Tudung saji diberi hiasan dengan berbagai macam motif. Ukuran besarnya kira-kira dapat menutup sekelompok piring atau mangkuk nasi, yaitu dengan garis menengah antara 75-90 cm. yang kecil ukurannya kira-kira bergaris menengah 25-30 cm.

More about2.3. Bentuk dan ukurannya

2.2. Peralatan di dapur

Attayaya Butang Emas on 2009-04-26

Kehidupan masyarakat Melayu juga tidak dapat melepaskan diri dari peralatan rumah tangga, terutama peralatan dapur atau peralatan masak-memasak. Peralatan rumah tangga khas Melayu yang pernah dipakai atau masih dipakai, antara lain :
  • Periuk (periuk bertutup, periuk gerenseng, periuk tanah, dan periuk bertutup bertelinga dua),
  • Kuali, dan belanga. Alat-alat ini secara umum digunakan untuk memasak masakan sehari-hari, namun, ada juga alat memasak ini yang digunakan secara khusus, misalnya belanga dan periuk tanah. Belanga digunakan untuk memasak gulai dan periuk tanah digunakan untuk merebus obat-obatan.
  • Lesung batu, nyiru,
  • Ayak, tapis(an),
  • Sudip, sendok, sudu,
  • Kukur kelapa.
  • Tudung saji,
  • Lekar, talam,
  • Ceret (ceret memiliki beberapa macam, seperti tekoh, torak atau kendi, ceret labu, labu duduk).





More about2.2. Peralatan di dapur

2.1. Peralatan dan perlengkapan rumah

Attayaya Butang Emas on 2009-04-24

Orang Melayu memiliki peralatan dapur tradisional yang digunakan dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Peralatan itu dibuat sesuai dengan pola kehidupan pada saat itu. Beberapa peralatan tersebut antara lain :
  1. Bangking yaitu alat yang digunakan sebagai tempat menyimpan pakaian terbuat dari kayu atau kuningan.
  2. Pertangas yaitu kuda-kuda yang terbuat dari kayu sebagai tempat pengantin berlangir.
  3. Semerap atau semerep yaitu alat yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan bunga telur dalam acara adat istiadat.
  4. Embat-embat yaitu tempat air mawar atau air percung yang digunakan untuk acara tepung tawar. Embat-embat ada yang terbuat dari kuningan dan ada pula yang terbuat dari kaca.
  5. Ketur yakni alat yang dipergunakan sebagai tempat meludah yang terbuat dari kuningan.
  6. Sanggan yaitu alat yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan gelas, sirih, dan sebagainya, yang terbuat dari kuningan.
  7. Senjung yaitu alat yang kegunaannya sama dengan sanggan yang terbuat dari tembaga atau kuningan.
  8. Dulang yaitu alat yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan kain. Dulang ada yang terbuat dari tembaga dan ada pula dari kayu. Dulang kayu boleh juga dipakai sebagai tempat untuk meletakkan bunga rampai.
  9. Kendil, yaitu lampu gantung yang bahan bakarnya minyak nyiur (kelapa).
  10. Lampu yaitu alat penerangan yang bahan bakarnya minyak tanah.
  11. Rehal atau gehal yaitu alat yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan Al-Quran.
  12. Tepak Sirih yaitu alat yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sirih atau bakik, kapur, gambir, pinang, tembakau dan juga kacip.
  13. Kacip alat pengupas dan pemotong pinang.
  14. Kaki dian yaitu alat yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan dian (lilin).


More about2.1. Peralatan dan perlengkapan rumah

2. Perlengkapan Rumah Tangga

Attayaya Butang Emas on 2009-04-22

Sudah pula menjadi perkara yang lazim, jika orang Melayu Kepulauan Riau juga memiliki alat perlengkapan rumah tangga tradisional, yang sebagiannya yang masih lagi dipergunakan sesuai dengan pola dan keperluan hidup itu sendiri. Walaupun tiada juga terlepas kepada keadaan dan perubahan zaman yang terus berubah.

lihat postingan berikutnya

More about2. Perlengkapan Rumah Tangga

1.3. Tempat Mencuci dan Mengeringkan.

Attayaya Butang Emas on 2009-04-20

Mencuci alat-alat dapur dan bahan makanan yang akan dimasak, biasanya dilakukan di tempat khusus yaitu pelantar. Karena daerah persekitaran tempat mencuci sering menjadi kotor, maka pelantar dapur selalu dibuat dibagian belakang yang terlindung dari pandangan dari orang yang datang dari depan rumah.

Pelantar dibuat dekat ruang dapur supaya mudah membawa barang-barang cucian itu. Di pelantar biasanya juga terletak tempayan air pencuci alat-alat atau barang-barang yang dicuci.

Air bekas cucian itu langsung jatuh ke tanah melalui lantai pelantar yang memang dibuat jarang-jarang dari kayu bulat atau belahan batang nibung. Air bekas cucian itu akan mengalir melaui parit kecil kedaerah pembuangan dibelakang dapur.

Sebagai tadah atau tempat penampung air untuk keperluan mencuci dipergunakan sejenis baskom ukuran sedang. Pada masa dahulu baskom terbuat dari bahan kayu yang ditebuk dan dibuat lubang berbentuk tadah. Tetapi setelah orang mengenal baskom yang terbuat dari seng, almunium dan lain-lainnya, maka baskom yang terbuat dari kayu itu sudah jarang dapat ditemui.

Tempat mengeringkan perabot dapur yang sudah dicuci dipergunakan alat di ruangan dapur, namanya kelek anak yaitu semacam peran. Kelek anak itu terletak didekat dinding dapur, lantainya jarang sehingga air basuhan yang masih melekat pada alat-alat tersebut dengan mudah menetes ke bawah dan langsung jatuh ke tanah.

More about1.3. Tempat Mencuci dan Mengeringkan.

1.2. Air dan Sampah buangan Dapur.

Attayaya Butang Emas on 2009-04-18

Seperti diketahui, air merupakan keperluan pokok dalam kehidupan sehari-hari manusia. Tiadalah dapat dibayangkan kehidupan tanpa air. Setiap hari kita memerlukan untuk keperluan minum, mencuci dan mandi. Kebersihan sangat erat hubungannya dengan air dan bagaimana kita memperlakukan air bekas cucian itu.

Karena itu sumber air, terutama untuk keperluan makan dan minum selalu menjadi masalah di daerah pantai yang dapat dicapai air laut ketika pasang. Sebab didaerah-daerah seperti ini air tanah tak dapat dipergunakan sebagai air minum. Sumber air minum di daerah ini satu-satunya adalah air hujan. Bila musim kemarau datang, sekaleng air hujan sangat berharga dan karena itu air menjadi barang dagangan yang diperjual-belikan orang.

Hal seperti ini biasanya terjadi di daerah-daerah pesisir seperti Bagan siapi-api, Dumai, Bengkalis, Selat Panjang, Tembilahan, Enok dan lain-lain. Hal yang sedemikian menjadi masalah umum pula pada beberapa tempat di daerah Kepulauan Riau. Akan sangat mujurlah tempat-tempat yang mempunyai sumber air minum yang berasal dari mata air yang mengalir dari bukit-bukit atau gunung melalui sungai-sungai kecil ke daerah pantai, atau daerah yang agak ketinggian sehingga tidak tercapai oleh air laut yang meresap ke dalam tanah. Daerah ini dapat dibuat sumur untuk sumber air minum.

Di daerah Kepulauan Riau sebagian daerahnya terdiri atas daratan yang berbukit-bukit kecil, sehingga di sebahagian daerah tersebut, sumber air minum dapat diambil dari air tanah, baik dengan cara membuat sumur maupun dari mata air yang berasal dari bukit atau gunung.

Masalah lain yang ditimbulkan dari air adalah bekas air yang digunakan di dapur. Kegiatan memasak dan makan yang berlangsung setiap hari, dan berpusat di dapur selain menghasilkan air kotor juga menghasilkan sampah buangan dapur. Lalu bagaimana masyarakat memperlakukan limbah air dan sampah buangan dapur yang merupakan kebiasaan menurut tradisinya.

Dari penelitian yang dilakukan di beberapa daerah ditemukan banyak persamaan dalam cara memperlakukan air limbah dan sampah buangan dapur oleh masyarakat. Yaitu air limbah cucian di buang di bawah pelantar. Genangan air di bawah pelantar itu kemudian dialirkan melalui parit ketempat pembuangan dibelakang dapur. Air limbah ini kadang-kadang dipergunakan untuk pupuk tanam-tanaman sayur yang ada di sekitarnya. Tapi lebih sering tidak, karena daerah sekitar “pelimbahan” itu pada umumnya sudah subur. Disekitar pelimbahan ini biasanya ditanami dengan sirih, pisang, kelapa, dan tanam-tanaman untuk obat dan keperluan-keperluan dapur lainnya.

Sedangkan sampah buangan dapur seperti sisa-sisa bahan makanan, daun atau kertas pembungkus dan sebagainya biasanya dikumpulkan ke dalam keranjang yang disediakan dekat tungku dapur. Sisa-sisa makanan yang terserak di lantai di sapukan dan dikumpulkan ke dalam keranjang sampah. Remah nasi itu tak boleh jatuh ke bawah lantai. Karena itu, terutama di waktu malam, dipantangkan menyapu lantai.

Sampah dapur yang terkumpul dalam keranjang sampah, kemudian di buang ketempat “pelimbahan”, yaitu tempat khusus membuang sampah yang terdapat di belakang dapur. Pelimbahan ini merupakan sebuah lobang dalam lingkungan pekarangan, setelah sampahnya penuh kemudian ditimbun atau di bakar. Karena itu lingkungan pelimbahan ini tanahnya sangat subur. Di sekitar ini ditanam kelapa atau pohon buah-buahan. Sampah pekarangan disapukan juga ke daerah ini.

More about1.2. Air dan Sampah buangan Dapur.

1.1. Tata Ruang Dapur

Attayaya Butang Emas on 2009-04-16

Susunan ruang dapur, dari setiap rumah sememangnyalah tiada yang serupa benar. Ada sebagiannya memiliki dapur yang susunan ruangnya lebih sederhana seperti dengan pembagian atau sekatan ruang yang terdapat pada bangunan dapur secara keseluruhan. Dan ada pula dapur ruangannya tidak diberi sekat pembatas seperti kamar. Keseluruhan ruangannya merupakan ruangan lepas dan menyatu dengan ruangan serambi penghubung di bagian apa yang disebut susur pandan, sehingga ruangan dapur menjadi luas. Pada bagian kanan atau kiri dapur terdapat tungku dapur untuk memasak makanan. Di tepi dinding dekat tungku diletakkan tempayan tempat menyimpan air minum. Pada dinding sebelah muka dan belakang dekat tungku dapur terdapat “kelek anak”, yaitu semacam “peran” tempat menyimpan atau meletakkan alat-alat keperluan dapur. Ruang lapang di tengah-tengah dapur dijadikan tempat ruang makan keluarga.

Ruangan ini mendapatkan penerangan dari cahaya matahari yang masuk melalui jendela yang terdapat pada dinding sisi kanan dan kiri dapur. Di bagian belakang sekali ada ruang terbuka, dinamakan “pelantar”. Ruangan ini dapat ditempuh melalui pintu dapur. Dapur yang terdapat pada rumah orang Melayu di Tanjungbatu memiliki beberapa ruang atau kamar. Di tengah-tengah sekali terdapat ruang yang dinamakan “beranda belakang” atau “ruang makan”. Ruangan ini dihubungkan dengan ruang tengah rumah oleh ruang serambi penghubung atau “susur pandan”. Ketiga ruangan ini tidak dibatasi oleh diniding atau pintu pembatas.

Pada sisi sebelah kiri ruang makan (beranda belakang) terdapat kamar tidur satu atau dua buah. Pada sisi lain yang berhadapan dengan ruang kamar tidur ini terdapat pula dua buah ruangan berbentuk kamar yang dipisahkan oleh sebuah ruangan yang dinamakan “ruang dapur”. Kamar sebelah kemuka dipergunakan untuk gudang tempat menyimpan barang-barang keperluan dapur atau keperluan rumah tangga yang lain. Kamar yang satu lagi adalah ruang dapur tempat meletakkan tungku memasak. Pada dinding tempat tungku terdapat “kelek anak”, tempat meletakkan alat-alat keperluan dapur. Dekat ruang dapur arah kesamping dan bersisian dengan kamar gudang terdapat lagi ruang yang dinamakan “beranda samping”. Beranda ini mempunyai tangga naik untuk masuk ke dapur.

Ruang dapur untuk meletakkan tungku memasak mempunyai pintu untuk menghubungkannya dengan ruang sumur yang terletak kira-kira satu atau dua meter disamping dapur. Sumur ini biasanya di beri dinding dan menempel ke dinding ruang dapur. Disebelah belakang ruang sumur ini di buat kakus.

Tempayan tempat menyimpan air minum biasanya diletakkan dekat dinding pembatas antara ruang tungku dapur dengan dinding arah ke sumur mandi.

More about1.1. Tata Ruang Dapur

1. Dapur Orang Melayu

Attayaya Butang Emas on 2009-04-14

Sebagaimana umumnya rumah orang Melayu di daerah pesisir di sepanjang pantai Timur Pulau Sumatera, kemudian juga di beberapa daerah seperti di Bagan Siapi-api, Bengkalis, Selat Panjang, Tembilahan, Kuala Enok dan lain-lain, rumah tradisional orang Melayu di kepulauan Riau sendiri termasuk golongan rumah nelayan. Bangunannya berbentuk rumah panggung berbubung (panjang) dan beratap limas.

Di daerah pantai yang berawa-rawa rumah didirikan di atas tiang yang lebih tinggi agar tak terkena oleh air pasang (naik). Tingginya kadang-kadang sampai 2 atau 3 meter lebih dari tanah yang kalau pasang surut penuh dengan lumpur. Keadaan lingkungan rumah yang berawa-rawa ini kebanyakan terdapat di daerah sungai Rokan, Siak, Kampar, Inderagiri dan Enok, yang pada umumnya di sepanjang pantai Timur Sumatera. Tetapi ada juga disebahagian daerah-daerah, tidaklah demikian. Yaitu ada rumah–rumah yang didirikan di atas tanah keras di pinggir-pinggir pantai yang berpasir. Seperti di kepulauan Riau pada umumnya.

Pola pemukiman penduduk di daerah ini mengikuti alur jalan lalu-lintas umum yang terdapat di sepanjang pantai ataupun daratan di sesuatu pulau. Pada umumnya rumah itu menghadap ke jalan umum yang membentang di sepanjang kampung atau desa.

Tempat dapur rumah tradisional penduduk daerah ini terdapat di bagian belakang. Antara rumah dan dapur terdapat ruang pemisah berupa gang yang disebut “gajah menyusu” atau “susur pandan”. Ruang ini merupakan serambi penghubung antara ruang rumah dengan ruang dapur.

Tungku tempat memasak tidak hanya terdapat di ruang dapur, tetapi juga pada tempat lain di luar dapur. Bangunan ini terpisah dari dapur, terletak kira-kira sepuluh meter di sebelah belakang. Namanya bangsal masak luar rumah. Bersebelahan dengan bangsal masak ini, pada sisi kanan atau kiri biasanya ada pula bangunan lain yaitu bangsal kerja untuk menggiling karet. Di belakang bangsal gilingan karet ini terdapat sumur tempat mandi yang diberi dinding seng atau atap daun nipah dan sebangsanya. Di daerah bagian belakang rumah atau dapur ini terdapat pula bangunan “kakus” tempat buang air (wc/toilet).

Antara jalan dan rumah terdapat lapangan halaman pekarangan rumah. Halaman depan dekat pinggir jalan biasanya diberi berpagar hidup. Begitu pula bekas pekarangan dengan tanah/pekarangan tetangga sebelahnya kadang-kadang berpagar, tetapi kebanyakan tidak. Jalan melalui samping rumah biasanya tidak ada. Sebab di daerah bagian belakang tidak ada lagi rumah tempat tinggal orang. Di daerah ini terdapat kebun-kebun karet atau kebun lainnya.

Kalau memelihara ternak seperti ayam, itik dan sebagainya, kandang ternak itu di bangun di belakang dapur. Kandang ini adakalanya terpisah dari dapur, tetapi kadang-kadang menempel ke bangunan lain, misalnya pada dapur atau bangsal memasak.

Di sekitar pekarangan, kadang-kadang terdapat pokok buah-buahan atau kelapa untuk keperluan sehari-hari. Keadaan seperti yang digambarkan itu, tentunya tidak seluruhnya demikian, namun begitu demikianlah kira-kira gambaran umum situasi lingkungan dapur dan pekarangan rumah orang Melayu di desa-desa atau kampung yang tinggal di sebelah darat. Akan sangat berbeda dengan yang bermukim di sepanjang pantai.

Dapur senantiasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu rumah tangga, termasuk rumah tangga orang Melayu Riau Kepulauan. Oleh masyarakat setempat, dapur secara simbolis dianggap merupakan pelambang kesejahteraan keluarga. Lebih konkrit lagi sebagai lambang perut keluarga, rezeki keluarga, yaitu mencakup hasil kebun dan jerih payah usaha keluarga. Bahkan merupakan lambang kesejahteraan masyarakat daerah setempat.

Oleh karena itu, orang Melayu Kepulauan Riau mempunyai kepercayaan yang kuat akan “semangat” atau “nama” yang terdapat pada setiap dapur. Kalau “semangat” tidak dipelihara dengan baik maka ia akan hilang. Dan ini berarti hantu atau setan dapur, dinamakan “hantu pisau raut” (disebut demikian karena menurut keyakinan masyarakat ke dua belah siku hantu tajam seperti pisau raut) akan merajalela, dan oleh karena itu kesejahteraan keluarga terancam.

Mungkin karena mempunyai perasaan yang sedemikian itu, maka dapur diperlakukan dengan cara yang khusus dalam tradisi kehidupan masyarakat. Perlakuan khusus ini tidak saja berhubungan dengan pantang dan larangan yang erat hubungannya dengan tingkah laku penghuninya, tetapi juga dalam membangun dan menetapkan tempat dapur dalam lingkungan rumah tangga.

Dalam susunan rumah tangga penduduk, dapur harus dibangun pada permukaan tanah yang baik, tidak boleh terletak diatas bekas sumur yang telah ditutup, misalnya, dan bebas dari rintangan. Dapur harus dibuat dari bahan kayu yang baik, tahan lama, dan mempunyai syarat-syarat tertentu ketika mengambil atau meramunya di hutan. Misalnya, hari rabu atau saat bulan terang adalah pantang menebang kayu untuk bahan pembuat dapur. Ketika ditebang, kayu tak boleh tertimpa kepada kayu lain, tumbangnya harus baik tak ada penghalang.

Menurut susunan ruang rumah, dapur senantiasa berada dibelakang. Ia merupakan bangunan yang tersendiri dan dihubungkan dengan rumah oleh sebuah gang yang dinamakan “susur pandan” atau “gajah menyusu”. Pada dinding kiri dan kanan, dapur diberi jendela dan di belakang sebuah pintu keluar. Di depan pintu dapur ini terdapat “pelantar” tempat mencuci piring mangkuk. Pintu ini khusus untuk keperluan keluarga saja, tamu tidak dibenarkan lewat pintu ini.

Susunan ruang rumah biasanya terdiri atas beberapa ruang, antara lain beranda, anjungan pada bagian depan yang menghadap tangga. Arah ke dalam terdapat ruang beranda dalam yang luas membujur ke kiri-kanan rumah dan mendapat cahaya penerang dari sinar matahari siang melalui jendela di sisi kiri dan kanan ruang itu. Sebelah belakang ruang ini terdapat kamar tidur dua buah yang di antarai oleh ruang tengah yang berujung ke ruang beranda belakang. Pada satu sisi ruang ini terdapat sebuah pintu yang menuju ke suatu ruangan yang dinamakan “ketapak samping”. Pada setiap sisi ruangan ini terdapat jendela, dan kesebuah pintu menuju gang serambi penghubung bernama “susur pandan”.

Walaupun tidak semua rumah mempunyai susunan atau tata ruang demikian, sebab tidak semua ruang yang ada di kampung serupa bentuk dan susunannya, namun demikianlah gambaran tempat dapur dalam hubungannya dengan lingkungan rumah tangga tradisional.

More about1. Dapur Orang Melayu

10. PENGGALAN KESEPULUH : Perlengkapan Rumah Tangga Dan Alat Memasak Orang Melayu

Attayaya Butang Emas

10
PENGGALAN KESEPULUH


Perlengkapan Rumah Tangga
Dan Alat Memasak ORANG MELAYU



More about10. PENGGALAN KESEPULUH : Perlengkapan Rumah Tangga Dan Alat Memasak Orang Melayu

2. Pakaian Dalam Perkataan Yang Patut

Attayaya Butang Emas on 2009-04-12

Berikut hendaklah digambarkan sebarang pekerjaan berkenan dengan mengenakan pakaian ini dengan menggunakan perkataan yang patut.
1. Untuk Seluar (celana).
………………………
Seluar panjang semata kaki,
Goyang bergoyang ditiup angin,
Kibarnya tidak lebih sejengkal,
Pesaknya tiada begitu dalam.
Elok sanggam menutup malu,
Kalau melangkah tidak menyemak.
Kalau duduk tiada menyesak,
Kaki diberi awan-awanan.
……………………


Yang pucuk rebung.
Tabur bertabur tampuk manggis,
Elok dipakai dalam majelis.
Sanggam dipakai helat jamuan,
Patut bertempat nikah kawin.
……………………
Kalau selerang kain tak sampai,
Diberi tampun sebelah atas.
Tempat tali dua pinggang,
Tali tidak bersimpul mati.
Cerutnya tidak menyesakkan,
Longgar tidak menggelusir.
………………………
Seluar pelasah separuh tiang,
Elok terletak di tengah betis.
Keatas tidak menyundak lutut,
Ke bawah tidak menggantung betis.
Kalau lebar tidak mengibar,
Kalau sempit tidak berketak.
……………………….
Tidak menyinsing dibawa duduk,
Tidak menyingkap dibawa rukuk.
Elok di pakai petang pagi,
Pantas dibawa pergi ke sawah.
Tapi jangan bawa bertandang,
Tak molek ke rumah orang.
……………………
Seluar Sempit sepalut nangka,
Labuh menjejak-jejak keting.
Sempit disorong sempit disentak,
Tak berliang angin lalu.
Kaki bersulam benang emas,
Tabur bertabur bunga telepuk.
Elok dipakai berpatut-patut.
……………………
Seluar pendek seluar sempak.
Labuh terletak di atas lutut,
Tidak molek dipandang.
Tempat terpakai dalam rimba,
Kene dibuat basahan mandi.
Lebarnya tidak membuka air,
Sempit tidak membentuk bongkol.
2. Tentang Baju
…………………
Pertama disebut Teluk Belanga
Tebuk leher bertulang belut,
Cengkam dijalin menjari lipan.
Buah baju tunggal-tunggalan,
Kalau bulat menelur burung,
Kalau bertangkai memudung petai,
Atau bermata bagai cincin.
……………………
Labuhnya sampai segenggam tangan,
Lebar dapat dikipas-kipas.
Lapang tidak nmenyangkut ranting,
Sempit tidak membilang tulang.
…………………………..
Labuh di luar dagang dalam,
Labuh di dalam dagang luar.
Kalau bersulam berbenang emas,
Tekat berkumpul di atas dada.
Turun kebawah bak sarang lebah,
Kalau tangan bersulam suji.
Bagai simpai di ujung lengan,
Pucuk rebung timbalannya.
Bertabut bunga jarang-jarang,
Tidak berbatas tempat memakai.
……………………….
Kedua bernama Cekak Musang
Leher tegak empat leher,
Renda berenda benang emas.
Jalin menjalin benang kelingkan,
Dua butang sebelah atas.
Tiga buah dibawahnya,
Butang bulat pudung petai.
Butang bersegi mata cincin,
Tabur bertabur bunga telepuk.
Tekad penuh diatas dada,
Jalar menjalar ujung lengan.
………………………..
Sebuah kocek diatas,
Dua buah kocek di bawah.
Lebarnya dapat berkibar,
Sempitnya dapat berkiah.
Labuh sampai segenggam tangan,
Patut dipakai dagang dalam.
Patut dipakai dalam majelis,
Pantas dibawa dalam jamuan.
……………………….
Ketiga Baju Bersingkap Dada
Belah leher sampai ke bawah,
Butang bersusun lima buah.
Di bawah berjahit mati,
Di atas berumah-rumah.
Kalau berenda menyusur belah,
Kecik dibawah kiri kanan.
Pakaian kain dagang di luar,
Patut dibawa berjalan jauh.
Atau bertandang-tandang.
………………………
Keempat Baju atas Angin
Yang dibawa alim ulama,
Yang dipakai bermusim-musim.
Labuhnya mencecah tanah,
Yang disebut baju jubah.
………………..
Kelima Baju Kutang
Yang dipakai dalam rumah,
Atau meramu kedalam hutan.
Atau ke sungai pergi berikan,
Tak boleh bawa bertandang.
Tak beradat ke rumah orang.
...........................
Yang perempuan lain bajunya
Pertama disebut Baju Kurung
Leher melingkar tulang belut,
Cengkam-cengkaman menjari lipan.
Kalau ditenun tabur bertabur,
Sulam ditangan sulam di bawah.
Sulam menjalin keliling dada,
Labuhnya sampai ke bawah lutut.
……………………….
Kibar berkibar ditiup angin,
Tidak sempit menyampul nangka.
Patut dipakai tua muda,
Tidak berbatas pemakaiannya.
Aib bertutup malu tersimpan,
Sesuai adat dengan syara’.
Sesuai ke tengah, sepadan ke tepi.
…………………………….
Kedua disebut Kebaya Panjang
Gunting bernama gunting sembilan,
Belah terbuka sampai ke bawah.
Dalam acap-acap betis,
Dalam tidak menyemakkan.
Pendek tidak menyesakkan,
Kalau berenda sebelah muka,
Berenda pula kaki bajunya,
Renda keliling lingkar-berlingkar.
……………………
Tabur-bertabur seluruh badan,
Jalin-jalin sulaman tangan.
Kalau belah mau ditutup,
Terpasang kronsang sebelah atas.
Kronsang bersusun sampai pusat,
Bertali-tali semat menyemat.
Patut dipakai tua muda,
Tidak terbatas tempat bertandang.
Baik ke tengah, patut ke tepi.
……………………..
Ketiga bernama Kebaya Pendek
Pendek menyapu-nyapu duduk,
Pendek separas-paras tanah.
Belah leher sampai ke bawah,
Genting-genting pada pinggangnya.
Kembang mengepak sebelah bawah,
Lengan panjang tidak berkibar,
Tetapi sempit tidak berketak,
Dada bertutup lapis dada.
Susun bersusun kronsang butangnya,
Rangkai-berangkai sampai ke pusat.
Patut dipakai di dalam rumah,
Pakaian perempuan sudah berlaki.
Untuk berjalan bertandang-tandang,
Atau ke helat-helat kecil,
Ke sawah atau ke sungai.
................................
Keempat, pakaian di dalam bernama kutang
Di muka ampuan susu,
Di belakang lebar sejengkal.
Berbutang tiga serangkai, sulam kelilingnya.
Kalau perempuan belum berlaki,
Sama lebar muka belakang.
Lebar labuh sampai ke perut,
Tidak terbuka jika berkemban.
3. Kain
Pertama kali Pelekat Bertapak Catur
Bertapak-tapak sama besar,
Pakaian laki-laki ke helat jamu.
Pakaian di dalam dagang luar,
Pakaian di luar dagang di dalam.
……………………….
Kalau sudah beranak bini,
Atau orang yang patut-patut.
Kain samping di bawah lutut,
Sama setengah jantung betis,
Ikat bergulung lurus-lurus.
……………………….
Kalau anak muda-muda
Kain labuh di atas lutut,
Bagai hulubalang masuk gelanggang
Bagai ayam mencari lawan,
……………………….
Kedua Kain Bertenun-tenunan.
Bertabur kepala emas,
Tabur berserak bunga hutan.
Kepala pekat berpucuk rebung,
Di pakai dalam helat jamu.
Dalam majelis yang patut-patut.
Kalau dibuat kain samping.
Kepala kain sebelah kanan
Atau membelit kebelakang.
Kalau dipakai labuh-labuhan,
Kepala terletak di belakang
………………………..
Kalau perempuan memakai kain
Kepala terletak di samping kiri,
Atau membelit ke belakang.
Belit sampai ke kedudukan,
Kalau kepala sebelah muka,
Duduk menuju atas pangkuan.
Boleh dipakai anak dara,
Bagai penyimak bujang datang.
Bagai pendinding aib malu.
...................................
Ketiga Kain Lepas
Yang disebut kain panjang,
Pakaian orang perempuan
…………………………
Keempat Kain Selingkup
Kain sarung dibuat tudung,
Berselingkup dalam helat.
Berselingkup dalam jamuan.
…………………..
Kelima Kain Basahan
Kalau lelaki separuh lutut,
Kalau betina sekembanan.
Atasnya menutup dada,
Bawahnya menutup betis.
Kain tebal tidak membayang,
Kain tidak kain berlobang.
Kain penutup aib malu,
Kain penjaga adat lembaga.
Yang dipakai waktu mandi,
Atau di rumah menyusu budak.
Tidak dibawa ke luar rumah,
Tidak dibawa pergi bertandang.
Tidak menyambut orang datang,
Patut menjadi penunggu ladang.
……………………….
4. Selendang
Selendang penutup kepala,
selendang penyungkup muka.
Penyungkup air dengan malu,
Penyungkup adat dengan lembaga.
Selendang tipis bayang-bayangan,
Pakaian orang sudah berlaki.
Tapi bolehnya dirumah saja,
Tidak dibawa ke helat jamu.
Tidak dibawa dalam majelis.
…………………..
Kalau selendang sangkut di siput
Sangkutnya tidak rendah amat.
Bawah menjulai ke atas bahu,
Ujung pangkal turun ke dada.
………………………
Kalau selendang berselingkup,
Ujung berilang di bawah dagu,
Sebelah turun ke dada,
Sebelah jatuh ke belikat.
……………………..
Kalau selendang selingkup mati
Yang tersingkap sebelah mata,
Pakaian gadis patut-patut.
Yang tahu adat lembaga,
Yang tahu air malu.
………………………
Selendang itu banyak ragamnya
Bersulam bermanik-manik,
Bertenun berbenang emas.
Berterawang awan-awanan,
Berenda berterawang.
Atau selendang biasa saja,
Yang hitam tanda berduka
Yang putih untuk mengaji,
Yang berwarna ke helat jamu.
Tempat bersuka hati,
Tempat berhimpun sesama baya.
……………………….
5. Tanjak dan Destar
Sekali bernama destar,
Duanya bernama tanjak.
Yang di ujung di kepala,
Dipakai berpatut-patut.
Yang beradat lembaga,
Yang beradat berketurunan.
Yang di jaga dipelihara,
Yang bertempat dan bertepatan,
Yang ada asal-usulnya.
……………………….
Pertama bernama belah numbang
Sama belah kiri kanannya,
Di muka guntingan layar.
Tergombak menyapu awan,
Berkelipat pucuk-pucuknya.
Pakaian anak raja-raja
Atau orang muda patut-patut.
Atau Hulubalang handalan,
Untuk masuk helat jamuan.
Untuk merempuh-rempuh gelanggang.
……………………….
Kedua bernama Tebing Laksemana
Seluk berseluk sebelah bawah
Tingkat bertingkat bertabur bunga
Lipat menyusun tebing sungai,
Sama tinggi kiri kanan
Pakaian orang Besar Negeri,
Pakaian orang yang patut-patut.
Orang kuasa tampuk negeri
…………………………
Ketiga bernama Tubang Layar
Tinggi kanan rendah kiri,
Lipat bersusun tiga lenggek
Pucuk mengipas-ngipas angin,
Bertabur bertelepuk
Pakaian raja yang berdaulat,
Pakaian Datuk pemegang adat,
Pakaian orang patut-patut
…………………………
Keempat bernama Tebing Runtuh
Bagai tebing runtuh sebelah,
Yang tinggi sebelah kanan,
Yang rendah sebelah kiri,
Yang pucuk sebelah muka.
Lipatnya jalin-jalinan,
Berlenggek bersusun lima,
Bertabur berbenang emas,
Pakaian orang besar-besar.
Orang patut dalam negeri
…………………………
Kelima bernama Tanjak Laksemana
Pucuk kelepai melambai angin,
Tiga susunan lipatan kain.
Tinggi kumpul sebelah muka,
Belakang berlekuk akar kacang,
Pakaian raja yang berkuasa,
Atau Laksemana turun ke laut.
………………………….
6. Tentang Perhiasan
gelang kaki bersusun-susun,
bergiring-giring mainannya.
kalau melangkah dengan adat,
tidak berbunyi giring-giringnya.
Kalau melangkah dengan lembaga,
Bunyi ada terdengar tidak.
Kalau anak baru pandai berjalan
Giring berbunyi tempat berjalan,
Supaya senang mencarinya,
Tahu kemana perginya.
………………………….
Gelang tangan bersusun-susun
Susun satu orang biasa,
Susun dua orang berada
Susun tiga yang patut-patut,
Susun lima datuk-datuk
Tujuh susun ke atas anak raja-raja
…………………………..
Gelang pangkal lengan,
Gelang berasal-usul
Gelang tanda suku sakatnya
Gelang dipakai dalam suku,
Gelang dipakai orang berbangsa,
Tidak terbatas banyak susunnya
……………………………
Gelang adat berbelah rotan
Disebut Gelang Bondan,
Kalau padu diberi rantai
Kalau kosong diberi mainan
…………………………..
Gelang pusaka, Kepala Ular,
Elok berkelok kait berkait
Kepala pungguk berpangguk,
Mata diberi mutu manikan,
Diberi rantai dengan mainan
………………………….
Lingkar melingkar cincin di jari
Belah rotan dijari manis,
Cincin bermata kilau berkilau
Tempat bersanggit sesama muda
kalau bersanggit cincin di jari,
menyembur darah kemuka,
berkocak iman didada
Mengulang darah ke ujung kuku,
hati di dalam guncang-guncangan
mata memandang serong-serongan,
pandang serong pandang memabukkan,
pandang tepat ia membunuh
…………………………….
Kalau tersusun cincin di jari,
Jangan dibawa berjalan-jalan
Sudah dekat hari berjanji,
Sudah sampai bulan bertunang
Kalau lelaki memakai cincin,
Cincin bermata batu akik,
Atau bermata bergunaan
Untuk pemanis-manis muka,
Untuk penyedap bercakap-cakap,
Banyak dipakai sebelah kanan.
Kalau perempuan memakai cincin,
Cincin penaik seri muka,
Banyak dipakai sebelah kiri
...................................
Rantai bersusun selingkar leher
Selapis pakaian umum,
Dua lapis orang berada,
Tiga lapis orang berbangsa,
Ke atasnya anak raja
Yang terjuntai sampai ke dada,
Atau berjela sampai ke perut.
Yang ke dada di dalam baju,
Yang ke perut di luar baju.
…………………………
Rantai selari tidak bermata,
Yang bermata bernama Rantai Bunga.
Bunga berisi mutu manikam,
Dilingkar kelopak daun,
Atau bercengkerama kuku belalang,
Atau dikungkung busut timbul
…………………………
Dokoh tergantung atas dada,
Jurainya panjang sampai ke perut.
Selapis orang banyak,
Dua lapis orang berada,
Tiga lapis orang berbangsa,
Keatasnya anak-anak raja.
Dokoh berantai kiri kanan,
Satu rantai orang berada
Dua rantai orang berbangsa,
Tiga rantai anak raja.
……………………………
Rantai di buat tangkal leher,
Dokoh berguna tangkal dada,
Menutup darah gemuruh
Menutup hati berdebar
Menutup air dengan malu,
Menutup hantu dengan setan.
Kronsang bersusun Butang Baju
Yang bulat duit-duitan,
Yang berkelopak bunga sekaki.
Yang menutup belah baju,
Yang bersusun tiga susun.

Atau lima susun tingginya,
untuk penutup air malu.
Untuk penutup darah gemuruh,
Menutup hantu dan setan.
Menjaga adat dengan lembaga,
Kerongsang berantai jurai-jurai.
Semat bersemat menepi baju,
Menyemat adat dengan lembaga.
.......................................
Pending terletak pada pinggang,
Kalau lelaki penutup kain,
Kalau betina penutup bengkung
Pending berbentuk daun sehelai,
Bersegi bagai wajik.
Pending besar pending tunggal,
Pending banyak Pending beranak.
Lingkar melingkar keliling pinggang
Untuk menutup pusat dan perut
Penutup aib dengan malu,
Penutup adat dengan lembaga
Penutup hantu dan setan,
Penutup sihir dan serapah
……………………….
Caping terletak disamping kiri,
Bentuk meniru sehelai daun,
Yang dipakai anak perempuan.
Untuk penghalau hantu dan setan,
Penutup aib dan malu
Bengkung dipakai orang lelaki
Bengkung tunggal sepembelitan,
Lebarnya setelempap tangan.
Tempat menyisip keris dan sekin.
Untuk masuk dalam gelanggang,
Atau merempuh merambah musuh,
Untuk penjaga-jaga diri,
Untuk penutup air malu,
Untuk penolak jin dan setan.
Bengkung perempuan bertali-tali
Sambung bersambung dengan pendingnya
Untuk penutup aib dan malu,
Diperbuat pula penjaga-jaga badan
......................................
Tajuk kepala berketar-ketar
Ketar disebut getar-getar,
Yang ditajuk suntingkan ke siput atas kepala.
Tajuk bukan sembarang tajuk,
Kalau berjalan dengan adat,
Tidak bergoyang tajuk di kepala
Kalau berjalan dengan lembaga,
Tidak bergerak tajuk kepala.
Kalau bergoyang gerak bergerak,
Tampak budi kurang adab,
Tampak laku kurang tertib,
Tampak kurang tunjuk ajarnya,
Tampak miang dengan gatalnya
......................................
Tajuk berjurai berjumbai-jumbai
Melingkar keliling siput,
Bersusun atau beratur.
Tiga tajuk orang banyak,
Lima tajuk datuk-datuk.
Tujuh ke atas anak-anak raja
....................................
Jumbai berjumbai sebelah kiri,
Penolak hantu setan.
Jumbai berjumbai sebelah kanan,
Penolak sirih serapah.
Jumbai berjumbai menutup,
Muka untuk menutup aib malu.
Untuk tanda gadis sunting,
Belum pernah naik pelamin.
Putih bersih bagaikan kapas,
Belum disentuh kumbang lalu,
Belum dihinggap kumbang datang,
Belum lepas dari pingitan adat
Jumbai berjumbai di belakang saja,
Tanda jalan sudah terbuka,
Tanda tangga sudah ditingkat
Tanda anak bini orang
.......................................
Hiasan kening Ketam Dahi.
Elok terletak dikaki rambut.
Himpit berhimpit anak rambut,
Bagai lengkung sehari bulan,
Tempat jurai diletakkan,
Tanda gadis dalam pingitan,
Tanda belum disentuh kumbang.
Tanda suci seputih kapas
....................................
Ketam Dahi di ubun-ubun
Untuk penutup jembalang lalu,
Untuk penutup hantu lewat.
Untuk penjaga benak kepala,
Dari sihir dengan tenung,
Dari aib dan malu.
7. Perangai berpatut
Cara berpakaian baju Teluk Belanga
Kain diikat Dagang Luar,
Kepala berkopiah saja,
Kain labuh sampai ke keting,
Kain seluar bayang-bayangan.
Serta keris dipinggang tak nampak,
Itu pakaian ke mesjid
Atau bertandang ke sanak famili

Kalau berbaju Teluk Belanga
Kain diikat bawah lutut,
Kepala memakai tanjak.
Hulu keris bayang-bayangan,
Celana labuh sampai keting
Itu pakaian datuk-datuk
Pakaian orang patut-patut,
Untuk duduk di helat jamu
Atau majelis di Balai Besar

Kalau memakai cekak musang
Kain diikat Dagang Luar,
Kepala berkopiah saja
Labuh kain sampai ke keting,
Kaki seluar bayang-bayangan
Itu pakaian pergi ke mesjid
Atau kenduri mendoa saja
Atau bertandang sama sekampung

Kalau memakai Cekak Musang
Kain diikat Dagang Dalam,
Kain labuh ke bawah lutut,
Pinggang memakai Bengkung Lebar,
Keris terpampang sebelah kiri.
Kepala memakai Destar,
Seluar labuh sampai ke keting
Itu pakaian raja-raja
Atau Datuk dan Panglima
Atau orang patut atau orang Bangsawan
Yang duduk dihelat jamu
Atau mejelis di Balai Besar

Kalau memakai Baju Belah
Ikat kainnya Dagang Luar,
Kain labuh sampai ke tumit
Itu pakaian orang ramai,
Atau Datuk diam di rumah
Atau bertandang-tandang saja

Kalau tanjak miring ke kanan
Kain terletak diatas lutut,
Belah kain nganga-menganga,
Tersibak kiri kanan.
Keris dipinggang melentang,
Lengan baju bersingsingan
Itu tanda mencari musuh,
Sombong ada pongahpun ada.
Kalau berjalan menghentak bumi,
Kalau melangkah membusungkan dada,
Kalau memandang gendeng-gendeng,
Kalau bercakap tengking-menengking

Kalau Tanjak miring ke kiri
Senget mencecah bulu mata,
Kain bersibak kiri kanan.
Keris dipinggang menelentang,
Labuh kain ke atas lutut
Lengan baju digulung tanggung.
Itu tanda membesarkan diri,
Bagai ayam masuk gelanggang.
Sebagai hulubalang mencari musuh ,
Kalau bercakap tengking-menengking
Kalau berjalan hentak menghentak,
Sombong ada pongah terbawa

Kalau Tanjak terletak lurus
Atau senget agak sejari,
Senget kanan senget kiri.
Antara nampak dengan tidak,
Kain diikat belahnya lurus.
Dagang Luar Dagang Dalam,
Berkeris berajawali.
Menelungkup sebelah kiri,
Itu tanda orang beradat.
Tanda tahu sopan santun,
Tanda tahu pada bangsanya
Tanda berpihak atas lembaga,
Cakapnya berusai-usai.
Langkahnya bagai dibilang,
Lenggangnya bagai ditatah.
Itulah orang yang patut-patut,
Yang patut dituakan.
Yang patut didahulukan,
Yang patut dibawa berunding.
.........................................
Yang disebut pakaian Lengkap
Pertama memakai destar,
Kedua ber-cekak musang,
Ketiga berkain samping
Keempat berseluar labuh.
Kelima berkeris,
Keenam berselempang.
Ketujuh berbengkung berpending,
Kedelapan berkasut kaki,
Kesembilan berkampil sirih,
Kesepuluh bergelang dokoh,
Kesebelas bercincin,
Kedua belas bersapu tangan.
.....................................
Yang disebut Pakaian Tua
Pertama ber-teluk belanga,
Kedua berkain samping
Ketiga berseluar labuh,
Keempat berkopiah
Atau destar menurut patutnya
Kelima berikat bengkung,
Keenam berkeri
Ketujuh berkasut kaki,
Kedelapan berkampil sirih
Kesembilan bersapu tangan
.......................................
Kalau Gadis di pelaminan
Pertama berbaju kurung,
Atau memakai Kebaya Panjang
Kedua berkain labuh
8. Kelengkapan penyeri
Dalam pakaian adat tradisional Melayu
Berkait pula dengan :
Inai,
Inai ditangan,
Merahnya merah pemanis,
Merah penolak hantu setan,
Merah tanda dalam anyir,
Tidak dapat digamang-gamang,
Tak boleh berjalan jauh,
Tanda diri dalam ikatan,
Tanda kasih hendak ditanam,
Tanda penaik seri muka,
Seri pelangi elok manis,
Inai kuku inai pemanis,
Inai telapak tangan penjaga diri,
Dan inai di telapak kaki
Inai tanda jauh berjalan.
.....................................
Celak,
Kalau mata memakai celak,
Celak pemanis seri pelangi,
Celak pelindung biji mata,
Yang jahat pergi jauh,
Yang aniaya tidak sampai,
Yang buruk menjadi baik,
Yang bertingkah diam-diam.
......................................
Sirih pemanis,
Kalau memakan, merahnya membayang bibir,
Manisnya ditengok orang banyak,
Manis bagai manisan bunga,
Manis penaik cahaya muka,
Manis pembangkit tuah badan.
.......................................
Sirih Lelat,
Daunnya berukir terawang,
Daun berhias bunga putih,
Dan bertuah tanda tiba,
Untuk pembangkit seri muka,
Untuk penangkis musuh datang,
Untuk penenang-penenang hati,
Untuk tanda datang baik,
Untuk pengisi adat lembaga.
.......................................
Bedak Pupur,
Untuk pembangkit seri bulan,
Bedak pemanis penyeri wajah.
Pemanis muka, yang tipis layang-layangan,
Terbayang darah kemuka,
Terdamping air ditelan.
Bedak langit sekujur tubuh,
Tepung berlimau purut,
Berbunga banyak ragam bercampur pandan wangi,
Guna melindungi badan,
Pembuang peluh kusuk.
...................................
Kasut
Kasut sebagai alas kaki,
Bermanik bertatah mutu manikam,
Lentik-lentik mengujung jari,
Untuk meningkat pelaminan,
Untuk duduk di majelis besar,
Pakaian anak raja-raja,
Anak datuk-datuk, orang patut serta berasal-usul.
...................................
Selempang Panjang,
Tersimpai dibahu kanan,
Ujung terurai ke ikat bengkung,
Geser-geseran ke sampir keris,
Pakaian raja yang berdaulat,
Pakaian datuk kuat kuasa,
Pakaian panglima pemberani,
Tekadnya menulang daun,
Tabur telepuk rapat-rapat.
.........................................
Tampan-tampan,
Tersampai ke bahu kanan,
Pakaian orang penjawat,
Pertama Penjawat Tepak,
Kedua Penjawat Keris Pendek,
Penjawat Pedang, Penjawat Keris Panjang,
Penjawat Tombak, Penjawat Payung, Penjawat Tanda.
.....................................
Keris,
Keris tersisip sebelah kiri,
Keris beradat berlembaga,
Keris telentang tanda mencari lawan,
Bagai ayam berkokok berdentang,
Bagai hulubalang masuk gelanggang,
Elok dipakai dalam hutan
Atau berlayar tengah laut,
Untuk menjaga-jaga diri.
Keris sampir telungkup,
Tidak mencari lawan,
Tidak mencari musuh,
Yang dipakai dalam jamuan,
Untuk pergi bertandang,
Berselubung sampai ke hulu,
Tanda beradat berketurunan disebut keris Terapang.


More about2. Pakaian Dalam Perkataan Yang Patut

1. Perhiasan sehari-hari

Attayaya Butang Emas on 2009-04-10

Perhiasan yang dipakai untuk anak-anak, adalah subang untuk anak perempuan yang telah ditindik telinganya. Sedangkan anak laki-laki tidak menggunakan apa-apa. Setelah agak besar anak itu barulah ditambah dengan perhiasan seperti kalung dan gelang untuk anak perempuan, dan cincin yang ada huruf depan dari nama anak tersebut untuk anak laki-laki. Untuk laki-laki dewasa perhiasannya adalah cincin sedangkan perempuan adalah anting-anting (subang), kalung (rantai leher), gelang, cincin. Tetapi untuk laki-laki Melayu dahulu tiada diperbolehkan memakai perhiasan dari emas, melainkan hanya perhiasan yang terbuat dari suasa.

Kelengkapan dan pakaian sehari-hari :
  1. Taplak karet untuk bayi, kegunaannya ialah supaya air kencing tidak menembus pada kasur atau kain alas kasur.
  2. Kain lampin, supaya si bayi tidak kedinginan di atas taplak keret dan sekaligus meresap air kencing.
  3. Kopiah (peci, songkok) adalah untuk menutup rambut dan kepala bagi laki-laki, baik semasa anak, remaja, dewasa dan tua.
  4. Kain ikat bahu atau ada juga yang menyebutnya kain sandung sering digunakan oleh laki-laki ataupun perempuan dewasa.
  5. Baju gunting cina, berikut celana dan kainnya.
  6. Baju kurung berikut celana dan kain samping.
  7. Baju kurung leher cekak musang, dengan celana dan kain sampingnya.
  8. Baju kurung leher tulang belut, berikut celana dan kain samping.
  9. Baju pesak sebelah dengan celananya.
  10. Baju empat saku dengan celana empat saku.
  11. Baju Kancing tujuh dengan pantolannya.
  12. Baju kot dengan celananya.
  13. Baju kebaya biasa dengan kain panjangnya.
  14. Baju kebaya labuh dengan kain panjangnya.
  15. Baju kurung singkat dengan kain tapih.
  16. Baju kurung dengan satu sut.
  17. Baju kurung leher dengan belah pinang.
  18. Selendang untuk menutup rambut dan kepala wanita.
  19. Kain tudung kepala, juga sama kegunaannya dengan selendang, hanya lebih menyeluruh termasuk dengan badan.
  20. Sandal, capal atau kasut ialah kelengkapan pengalas kaki atau telapak kaki, baik untuk laki-laki maupun perempuan.

Disamping baju terdapat pula dengan yang dipakai :
  • Celana dalam
  • Celana pendek
  • Celana empat saku
  • Celana baju kurung
  • Celana gunting Cina
  • Celana pantalon
  • Celana pencak silat.

Kemudian juga menggunakan kain-kain berupa : Kain pelekat, kain songket, kain telepuk, kain samarinda, kain mastuli, kain tandi, kain cindai, kain selendang, kain selendang manto, kain samping, kain selerang, kain dua lerang, kain tapih, kain panjang, kain basah, kain kerudung, kain bengkong, kain lampin, kain brokat, kain drill dan lain sebagainya.

Pakaian yang dikenakan dalam beberapa upacara antara lain sebagai berikut :
  • Baju kurung, berikut seluar atau celana untuk laki-laki
  • Baju kurung leher cekak musang berikut seluar untuk laki-laki
  • Baju kurung leher tulang belut, berikut seluar untuk laki-laki
  • Baju pesak sebelah dengan celananya, juga untuk laki-laki
  • Baju empat saku berikut seluar, untuk laki-laki
  • Baju kancing tujuh berikut seluar, untuk laki-laki
  • Baju kebaya labuh berikut kainnya, untuk perempuan
  • Baju kebaya berikut kainnya, untuk perempuan
  • Baju kurung singkat berikut kainnya, untuk perempuan
  • Baju belah panjang berikut kainnya, untuk perempuan
Perhiasan yang dikenakan dalam beberapa upacara, antara lain :
a. Bagi laki-laki
  • Untuk kepala yaitu kopiah (songkok, peci), serban, songkok haji, terbus, tanjak dengan bentuk dan namanya Balong Ayam, Menyongsong Angin, Elang Menyongsong Angin, Elang Melayang, Tebing Runtuh, Belah Mumbang, Tubang layar, Tanjak Sultan, Tanjak Temenggung, Tanjak Laksamana, Tanjak Datok, dan Tanjak Hulubalang.
  • Untuk di dada, badan, tangan serta jari, yaitu dokoh, kain selempang, selendang, gelang tangan, cincin, inai kuku di jari dan telapak tangan.
  • Untuk pinggang yaitu kain bengkong, pending, cembul cengkeh dan keris.
  • Untuk kaki yaitu gelang kaki, kasut (sandal, selipar, capal) inai kuku jari dan telapak kaki.
b. Untuk perempuan pada umumnya hampir sama hanya bedanya :
  • Memakai anting-anting.
  • Berambut panjang atau memakai sanggul. Sedangkan untuk sanggul dikenal beberapa bentuk ataupun jenisnya, yaitu : Sanggul Biasa (konde) Sanggul Dua, Sanggul Lipat Pandan, Sanggul Lintang, Sanggul Sikat, Sanggul Toncit, Sanggul Gelung.

Alat yang dipakai untuk sanggul antara lain sepit rambut, jala rambut, tusuk konde sanggul, kain kerudung, selendang manto dan selendang biasa.

Sedangkan untuk memakai kain dikenal pula cara mengikat kain, yaitu :
  • Ikat bahu, yaitu kain tapih yang diikat sebelah bahu, bahu kanan atau bahu sebelah kiri
  • Ikat biasa atau sabuk, dengan kain tapih
  • Ikat kembang, dengan membuat kain sebagai kembang
  • Ikat baju kurung
  • Ikat simpai


More about1. Perhiasan sehari-hari

9. PENGGALAN KESEMBILAN : Pakaian Melayu Tradisional dan perhiasannya.

Attayaya Butang Emas on 2009-04-05

9
PENGGALAN KESEMBILAN

Pakaian Melayu Tradisional dan perhiasannya


Baik dalam Sejarah Melayu atau Hikayat Hang Tuah cukup banyak gambaran yang menyatakan bahwa seseorang yang berhasil melaksanakan titah perintah Raja lalu “diberi Persalinan dengan selengkap pakaian “ (Shellabear, 1903:198) dan : memakailah pakaian yang indah-indah” (Kassim Ahmad, 1975:234). Akan tetapi, sulit mencari keterangan seperti apakah agaknya segala macam pakaian yang indah-indah dianugerahkan itu. Namun, undang-undang Melaka pasal yang pertama ada menyatakan tentang pakaian Raja-raja, dengan warna diraja (Royal Colour) yaitu warna kuning, dan larangan memakai kain tipis yang berbayang-bayang seperti kasa (Liauw Yock Fang, 1976 : 64). Lebih-lebih dalam adat raja-raja Melayu diperoleh keterangan yang cukup banyak tentang pakaian yang dipergunakan di dalam majelis (dalam arti pertamanya mengacu pada keindahan) dan patut dibawa ke dalam majelis (dalam arti kedua mengacu kepada makna perkumpulan orang ramai), sopan, dan merendahkan diri (Panuti Sudjiman, 1983).

Karya rujukan yang berasal dari daerah Riau ialah ”Tsamarat al-Mathlub fi Anuar al-Qulub” oleh Hitam Khalid bagian tentang adapt istiadat dan bekerja besar. (Samad Ahmad, 1985:41:50). Akan tetapi, penjelasan yang menggambarkan secara jelas tentang pakaian Melayu pada masa itu tak terperinci. Sebuah karya dari Siak Sri Indra Pura ”Bab al-Qawaid” pun tak banyak memberikan keterangan tentang pakaian di daerah itu kecuali suatu larangan datang ke balai tanpa baju kot, seluar pantalon, dan berkopyah.

Keterangan yang cukup memadai kembali terdapat dalam ”Kitab pengetahuan bahasa pada kata - kepala (entry) baju”. Pengarang kamus ensiklopedis monolingual itu menerangkan baju sebagai “Masyhur dipakai orang menutup badannya, serta jadi perhiasan, akan tetapi banyak macamnya dan masing-masing kesukaan orangnya dan masing-masing bangsanya’.

Dari keterangan tersebut dapatlah menjadi kesimpulan bahwa pakaian setidak-tidaknya mempunyai dua kegunaan, pertama untuk menutup badan dan kedua untuk perhiasan. Dalam kegunaan pertama terkandung arti pakaian sebagai alat untuk melindungi diri dari cuaca, dsb, sedangkan pada kegunaan yang kedua mengandung arti keindahan dan keadaan si pemakainya. The Encylopedia Americana 1970 yang menerangkan ”clothing sebagai benda untuk melindungi dari cuaca, mencapai batasan kesopanan, perhiasan pada tubuh, dan menjelaskan kedudukan seseorang dalam masyarakat”.

Selanjutnya kitab pengetahuan bahasa menyatakan pula sebagai berikut :

Adapun kelengkapan pakaian dan perhiasan secara tradisional bergantung kepada si pemakainya, untuk sehari-hari, baik berada di rumah maupun di luar rumah. Perihal yang sedemikian sudah dimulai sejak masih bayi, masa kanak-kanak, remaja dan dewasa maupun orang tua. Kesemuanya dibedakan pula pada umur dan juga pada laki-laki atau perempuan.

Biasanya memang telah ditetapkan perhiasan dan kelengkapan tradisional yang dipakai sehari-hari baik di dalam rumah ataupun di luar rumah, berbeda dengan waktu upacara. Perihal yang sedemikian itu jelas kelihatan, terutamanya dalam kekhasannya, seperti:
  1. Gurita, sejenis barut yang dipakai pada bagian perut bayi. Kegunaannya supaya si bayi tidak mudah masuk angin juga menjaga pusat si bayi kerena habis dipotong tali pusatnya.
  2. Baju belah, sejenis baju untuk bayi yang tidak memakai kancing, hanya diikat saja, dipakai setelah si bayi memakai gurita.
  3. Kain bedung, digunakan sebagai pembalut bayi, kegunaannya supaya kaki dan tangannya masih lunak itu tidak menjadi bengkok. Biasanya digunakan setelah bayi dimandikan. Kalau ia kencing hanya kain bedung ini yang diganti.
  4. Barut gantung, kain berbentuk segi tiga sama sisi yang juga disebut otto. Barut ini biasanya dipakai setelah anak pandai berjalan. Kemudian barulah dikenakan dengan pakaian yang disesuaikan dengan jenis kelamin lelaki atau perempuan. Di sinilah baru jelas kelihatan kanak laki-laki atau perempuan.
  5. Baju monyet, yaitu sejenis baju dengan celana pendek bersatu, di mukanya bersaku untuk menyimpan makanan atau benda lainnya. Untuk anak perempuan ada kalanya juga memakai baju monyet. Sekarang baju monyet sudah jarang sekali kelihatan ataupun dikenakan pada anak-anak.
  6. Celana basah (basahan) dipakai oleh orang lelaki dewasa untuk bekerja di kebun atau nelayan. Pakaian kerja ini dilengkapi dengan baju yang biasanya terbuat dari kain belacu dan berlengan pendek. Untuk perempuan dewasa juga memakai kain sarung dengan baju kebaya pendek. Prihal sedemikian sesuai dengan kegunaannya untuk melakukan pekerjaan baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
  7. Kain sarung biasanya disebut kain pelikat untuk dipakai laki-laki, untuk perempuan memakai sarung polos atau batik sarung, yang memakai punca atau kepala kain.
  8. Baju kurung, yaitu baju yang dipakai laki-laki atau perempuan yang disebut juga baju gunting Cina untuk laki-laki. Baju ini biasanya juga dipakai setelah badan bersih untuk bersiap-siap menunaikan sholat atau menerima tamu yang berkunjung ke rumah.
  9. Tutup kepala, untuk laki-laki disebut kopiah, songkok, peci. Sedangkan bagi perempuan menggunakan sepotong kain yang disebut selendang. Pakaian yang dipakai orang tua sama yang dipakai oleh orang dewasa, hanya pada kain pelekat dewasa (muda) hanya selerang (satu lerang) saja, sedangkan untuk orang tua menggunakan kain dua lerang (labuh, panjang). Sedangkan yang lainnya hampir sama. Tetapi untuk orang lelaki yang telah pergi haji menggunakan peci haji atau surban haji, begitu juga dengan pihak perempuan.


More about9. PENGGALAN KESEMBILAN : Pakaian Melayu Tradisional dan perhiasannya.