4. MakYong : Dalam Catatan

Attayaya Butang Emas on 2010-01-26

Makyong dalam Catatan

Cukup banyak catatan tentang Makyong dibuat oleh seorang penulis Riau yang telah mengarang Syair Perkawinan Anak Kapitan Cina. Karya ditulis oleh Encik Abdullah pada 1277 Sanah Hijriyah atau tahun 1860 Masehi di Pulau Penyengat ini, antara lain, menggambarkan suatu upacara perkawinan besar-besaran seorang anak kapitan Cina yang karena perhubungan baiknya dengan penguasa Melayu (Engkau Puteri Raja Hamidah) dirayakan dengan cara Melayu di salah satu pusat Kerajaan Riau-Lingga. Beberapa petikan disajikan berikut ini.

………………………………………………………
Menyuruhkan orang membuat panggung
Serta berbuat bangsal makyong
Suatu tempat orang menyabung
Wayang kulitnya dua panggung

Siang dan malam barmain wayang
Orangnya ramai bukan kepalang
Makyong menari joget menembang
Sekalian melihat hatinya bimbang
Sekalian orang disuruh kampungkan
Pelantar yang buruk disuruh buatkan
Menyuruh berhadir segala kelengkapan

Demikian perintah permaisuri
Di hadapan selasar makyong menari
Said Husin muda bestari
Dialah memerintah di dalam puri

Orang melihat terlalu banyak
Hendak menanti orang berarak
Melihat makyong sudahlah jelak
Hendak melihat pengantin pulak
Seketika duduk bermohon keluar
Serta berjalan turun ke selasar
Melihat makyong menari berbanjar
Kapitan melihat terlalu gemar

Baginda menari memberi titah
Orang kita baiklah dikerah
Selain makyong suruh bawalah
Aturkan betul janganlah salah

Kemudian nasik berastakona
Diusung oleh muda teruna
Kemudian bandangan lebing sempurna
Serta makyong dengan penjawatnya
Makyong menari sambil berjalan
Serta menari sambil berjalan
Serta dengan bunyi-bunyian
Orang melihat berlari-larian
Ada laki-laki ada perempuan


Dari petikan di atas dapat diketahui bahwa seni pertunjukkan Makyong pada tahun 1860, telah menunjukkan betapa Makyong begitu diminati dan terkenal.
Untuk tempat bermain Makyong dibuatkan suatu tempat khusus yang disebut bangsal. Dan, yang dimaksud dengan permaisuri ialah Engkau Puteri Raja Hamidah, yang mengadakan perhelaan perkawinan anak kapitan Cina Tanjungpinang dengan dilaksanakan secara Melayu di Pulau Penyengat yang pada masa itu menjadi tempat kedudukan resmi para Yamtuan Muda Riau.