5. Mendu : Versi Rangkaian Cerita

Attayaya Butang Emas on 2010-02-28

Versi Rangkaian Cerita

Rangkaian cerita Mendu, sangatlah panjang. Menurut salah satu versi yang masih ada di Siantan, seperti berikut:
  • Raja Langkadura keluar untuk memeriksa keadaan di dalam negerinya Antapura
  • Kisah jatuhnya Dewa Mendu dari kayangan di hutan dalam kawasan kerajaan Raja Langkadura.
  • Kisah jatuhnya Anggara Dewa – adik Dewa Mendu – dari kayangan juga di hutan dalam kawasan kerajaan Raja Langkadura. Tempat jatuhnya berlainan dengan tempat Dewa Mendu.
  • Raja Laksamalik memeriksa keadaan seluruh kawasan negerinya yang bernama Antasina.
  • Kisah pertemuan antara Dewa Mendu dengan Anggaran Dewa di dalam hutan.
  • Kisah tentang Raja Langkadura hendak melihat puterinya yang bernama Siti Mahdewi.
  • Dewa Mendu sedang menduga pikiran adiknya apakah si adik akan mematuhi semua petunjuk dan nasihatnya.
  • Kisah Raja Laksemalik mencarikan jodoh yang sepadan buat pahlawan negeri Antasina.
  • Pahlawan kerajaan Antasina menjalankan perintah Raja Laksamalik dengan menyamar sebagai saudagar kain pergi ke negeri-negeri yang bersempadan dengan negerinya.
  • Raja Langkadura membuatkan sebuah mahligai buat anaknya Siti Mahdewi dengan memerintah para tukang
  • Raja Langkadura memeriksa apakah mahligai itu sudah siap atau belum. Rupanya mahligai itu sudah siap sempurna. Ia lalu membawa anaknya ke atas mahligai itu.
  • Pahlawan Kerajaan Antasina melihat Siti Mahdewi memasuki mahligai. Ia segera pulang ke negerinya untuk memberitahukan hal itu kepada rajanya.
  • Raja Laksamalik menerima kedatangan pahlawannya yang baru datang dari negeri Langkadura. Setelah mendengar kabar yang dibawa Pahlawannya, ia lalu memanggil seorang Kerani untuk membuatkan surat pinangan kepada Raja Langkadura.
  • Pahlawan kerajaan Antasina pergi ke negeri Antapura membawa surat peminangan dari Raja Laksamalik.
  • Raja Langkadura di balai penghadapan dengan menteri-menterinya. Ia menyatakan kerunsingan hatinya, lalu datang menghadap Pahlawan Kerajaan Antasina membawa surat peminangan sayangnya peminangan itu ditolak oleh Raja Langkadura. Pahlawan itupun pulang ke negerinya dengan marah.
  • Kisah dua orang anak muda yang membawa nasib ke dalam hutan. Mereka merasa penat lalu beristirahat. Si Abang tertidur. Dijaga oleh adiknya. Kemudian datang Nenek Sejanggi hendak mengganggu si abang. Perbuatan si nenek itu dihalangi oleh si adik. Mereka berkelahi dan Nenek Sejanggi dapat dikalahkan. Si Nenek minta ampun dan berjanji akan membantu anak muda itu kalau mendapat kesulitan dengan cara memanggil namanya. Nenek itu lalu pergi. Selanjutnya si adik pula yang tertidur, dan abangnya yang menjaga. Lalu datanglah Nenek Pendekar Bandan hendak mengganggu si adik yang sedang tidur. Perbuatan si nenek dihalangi oleh si abang. Maka terjadilah perkelahian antara keduanya. Nenek Pendekar Bandan dapat dikalahkan ia minta ampun dan berjanji akan membantu anak muda itu kalau mendapat kesulitan dengan menyebut namanya. Kedua anak muda itu adalah Dewa Mendu dan adiknya Anggaran Dewa.
  • Raja Laksamalik menerima Pahlawannya yang membawa kabar tidak menyenangkan. Raja Laksamalik merasa sakit hati lalu memanggil sahabatnya Nenek Buta Raksasa untuk menyihir Puteri Raja Langkadura yang bernama Siti Mahdewi. Setelah si Nenek Buta Raksasa pergi, Raja Laksamalik pun masuk ke dalam istananya.
  • Nenek Buta Raksasa memasuki taman bunga puteri Raja Langkadura dan memasang sihir di sana.
  • Tuan Puteri Siti Mahdewi di dalam mahligai bermimpi melihat taman bunga yang sangat menggoda indahnya. Ia lalu mengajak para inang dan dayang pengiringnya bermain-main di taman dengan terlebih dahulu meminta izin kepada ayahandanya.
  • Raja Langkadura sedang menceritakan tentang mimpinya kepada para menterinya. Kononnya ia bermimpi bahwa mahkotanya jatuh kepangkuannya. Kiranya tak seorang pun menteripun yang dapat mengetahui tabir mimpi itu. Tiba-tiba datang Siti Mahdewi meminta izin pergi bermain ke taman bunga. Raja Langkadura memerintahkan Pahlawan negerinya menjaga anaknya yang hendak bersukaria di taman bersama inang dan dayang.
  • Nenek Buta Raksasa bersembunyi di balik semak melihat rombongan tuan puteri Siti Mahdewi mendekati tempat sihir itu di pasang.
  • Dalam taman bunga ketika Siti Mahdewi dan sekalian inang dan dayang sedang bersuka-suka, tiba-tiba hari menjadi gelap. Lalu ketika terang kembali tuan puteri Siti Mahdewi telah tiada, ditempatnya duduk tadi, berdiri seekor gajah putih. Kekuatan sihir Nenek Buta Raksasa telah mengubah puteri itu menjadi gajah putih. Pahlawan dan sekalian inang serta dayang bergegas kembali ke istana.
  • Raja Langkadura masih membicarakan mimpinya kepada para menterinya. Tiba-tiba datang pahlawannya diiringi oleh sekalian inang dan dayang sambil menangis sejadi-jadinya. Pahlawan itu memberitahukan bahwa puteri Siti Mahdewi telah menjadi seekor gajah putih. Raja Langkadura pun pingsan. Setelah sadar, baginda raja mengambil keputusan akan membunuh gajah putih karena malu puterinya berubah menjadi gajah putih. Seorang Menteri dan seorang Pahlawan lalu diperintahkan membawa gajah putih itu ke tepi hutan dan membunuhnya di sana. Diperintahkan pula supaya membawa pulang darahnya sebagai bukti.
  • Menteri dan Pahlawan kerajaan Antapura membawa gajah putih ke tepi hutan. Menteri itu terlalu kasihan untuk menyembelih gajah putih. Karena itu dilepaskannya gajah itu supaya lari ke dalam hutan. Untuk mendustai sang raja, bahwa gajah putih itu dibunuh, ia menyembelih seekor kambing dan darah kambing itulah dibawanya pulang ke istana sebagai bukti.
  • Raja Langkadura menerima kedatangan Menteri yagn memperlihatkan darah kambing.
  • Tuan Puteri Siti Mahdewi membawa nasib ke dalam hutan. Di dalam hutan ia bertemu dengan seekor burung yang menceritakan kepadanya bahwa ada dua orang muda adik beradik yang berada di padang saujana di arah matahari mulia mati yang dapat mengembalikan tuan puteri kembali pada bentuk yang sebenarnya. Gajah putih itupun berjalan menuju tempat yang ditunjukkan burung tadi. Setelah sampai dan bertemu dengan kedua orang muda itu – yaitu Dewa Mendu dan adiknya Anggaran Dewa – gajah putih itupun menceritakan keadaan dirinya. Dewa Mendu pun menolong Siti Mahdewi dengan kesaktiannya sehingga menjadi manusia kembali.
  • Raja Langkadura memerintahkan supaya mengumpulkan kayu api untuk mengadakan makan minum sampai seratus hari kematian anaknya. Kerja itu diserahkan kepada tiga orang, yaitu Si Lamat, Si Laba dan Si Ngongoh. Ketiganya berangkat ke dalam hutan dan raja itupun masuk ke istananya.
  • Ketiga orang itu bertemu dengan Siti Mahdewi diiringi oleh dua orang muda. Si Lamat dan dua orang muda. Si Lamat dan dua orang kawannya membawa tuan puteri dan dua orang muda itu kembali ke istana.
  • Raja langkadura sedang duduk di balai penghadapan. Tiba-tiba datang Si Lamat, Si Laba dan Si Ngongah mengiringi Siti Mahadewi dan dua orang muda. Setelah mendengar sendiri apa yang telah terjadi, Raja Langkadura sangat bersenang hati. Ia lalu memerintahkan Datuk Menteri mengawinkan puterinya dengan Dewa Mendu.
  • Hari besar perkawinan antara Dewa Mendu dengan tuan puteri Siti Mahdewi.
  • Dewa Mendu lalu diangkat menjadi Raja Muda di negeri Antapura.

Versi lainnya :
  1. Raja Muda Dewa Mendu memeriksa keadaan negerinya kepada para Menteri dan Pahlawan Negeri dalam keadaan aman.
  2. Nenek Buta Raksasa dalam perjalanan pulang sangat bersenang hati karena sihirnya telah mengena. Tuan Puteri Siti Mahadewi telah menjadi gajah putih.
  3. Raja Laksamalik memerintahkan Pahlawannya untuk mencari ganti puteri Siti Mahdewi.
  4. Pahlawan kerajaan Antasina menyamar menjadi saudagar lain ke beberapa negeri. Akhirnya sampai ke negeri tempat Raja Muda memerintah.
  5. Raja Muda merasa hatinya tak sedap. Kemudian datang Pahlawan kerajaan Antasina yang menyamar sebagai saudagar kain, minta izin berjualan di negeri itu. Setelah mendapat izin ia pun pergi.
  6. Dan …… teruslah berpanjang-panjangan ceritanya …..