9. Berinai

Attayaya Butang Emas on 2008-11-15

Sesudah upacara berandam, kegiatan berikutnya dilakukan oleh kedua calon pengantin adalah berinai. Pada masyarakat Melayu, tanda-tanda orang menjadi pengantin baru, jari tangan dan kaki, telapak tangan dan kakinya diberi inai sehingga kelihatan kuning kemarah-merahan. Jadi pada masyarakat Melayu, tidak boleh sembarangan menggunakan inai. Sebab berinai memberi isyarat dan pelambangan bercorak tertentu.

Pemasangan inai pada calon pengantin juga dilakukan oleh Mak Andam. Kegiatan ini berbeda suasananya dengan kegiatan berandam. Menginai calon pengantin dalam suasana santai dan diwarnai kemeriahan. Khalayak ramai terutama sahabat calon pengantin diperkenankan menyaksikannya. Lain halnya dengan kegiatan berandam, orang yang menyaksikan terbatas jumlahnya.

Berinai dilakukan pada malam hari, di rumah kediaman calon pengantin laki-laki maupun perempuan. Dilaksanakan malam hari menurut kepercayaan masyarakat Melayu adalah lebih baik, karena warna inai akan lebih merah, sebaliknya apabila dilakukan pada siang hari warnanya akan memudar. Selain itu mengenakan inai tidak boleh mendengar ayam berkokok. Oleh sebab itulah, kegiatan dilakukan pada malam sebelum jadwal ayam berkokok menunjukkan waktu.

Telah disampaikan di atas, bahwa malam berinai adalah malam suka cita. Suasana pada malam itu lebih meriah, karena rumah calon pengantin perempuan banyak yang datang untuk melihat persiapan terakhir, sebab tinggal 1 hari lagi akan diadakan hari pernikahan. Biasanya sahabat-sahabat yang datang berkumpul di bilik pengantin untuk melihat keindahan bilik pengantin sekaligus menggoda calon pengantin perempuan.

Persiapan untuk berinai antara lain tilam yang sudah dihias, daun inai yang sudah dihaluskan, dan kain tambal atau sobekan kain untuk membungkus inai di jari.

Keadaan calon pengantin perempuan pada saat akan diberi inai berbaring telentang dengan tangan diangkat agar daun inai yang sudah dihaluskan tidak mengotori tempat yang lainnya. Pada saat melakukan kegiatan ini, Mak Andam menuturkan beberapa buah pantun.

Sayang cik Dollah meracik punai,
Punai diracik di pohon belimbing,
Dengan bismillah ku lepekkan inai,
Inai di lepek di jari kelingking.

Sayang cik Dollah meracik punai,
Punai diracik di pohon senduduk,
Dengan bismillah ku lepekkan inai,
Inai dilepek di jari telunjuk.

Sayang cik Dollah meracik punai,
Punai diracik si limau manis,
Dengan bismillah ku lepekkan inai,
Inai dilepek di jari manis.

Sayang cik Dollah meracik punai,
Punai diracik oleh Pak Ngah,
Dengan bismillah ku lepekkan inai,
Inai dilepek di jari tengah.

Sayang cik Dollah meracik punai,
Punai diracik limau kesturi,
Dengan bismillah ku lepekkan inai,
Inai dilepek di ibu jari.

Sayang cik Dollah meracik punai,
Punai diracik di tengah halaman,
Dengan bismillah ku lepekkan inai,
Inai dilepek di jari telapak tangan.


Setelah pemasangan inai, Mak Andam membiarkan calon pengantin perempuan bersama teman-temannya di bilik pengantin malam itu. Inai yang sudah dipasang sebaiknya dibuka pagi hari, agar warnyanya bagus. Hal ini dilakukan oleh pembantu Mak Andam atau pengasuh pengantin perempuan.

Selesai pemasangan inai pada calon pengantin perempuan, Mak Andam dan pembantunya pergi ke rumah pengantin laki-laki. Pengantin ini berinai, berbeda suasananya bila dibandingkan dengan rumah calon istrinya. Di rumah calon pengantin laki-laki, tidak semeriah di rumah calon istrinya. Ini terjadi, karena keramaian lebih terkonsentrasi di rumah calon pengantin perempuan.