Dalam tradisi masyarakat Melayu, membuat rumah tidak dapat dilakukan dengan begitu saja, melainkan haruslah memerlukan persyaratan tertentu. Salah satu syarat untuk membuat rumah yang serasi bagi pemiliknya yakni dengan menentukan ukuran rumah tersebut.
2.1. Hitungan Hasta
Sebelum rumah dibangun dan perlengkapan kayu dipotong, pemilik rumah (suami isteri) hendaklah membuat ukuran dengan menggunakan seutas tali yang dikira dengan “hitungan hasta”. Pada setiap menghasta tali biasanya ada istilah sendiri, misalnya :
- hasta pertama : ular berang
- hasta kedua : meniti riak
- hasta ketiga : riak meniti kumbang berteduh
- hasta keempat : habis utang berganti utang
- hasta kelima : utang lama belum terimbuh
Setiap kata pada tiap hasta mengandung makna tertentu, yaitu :
Karena adanya makna pada setiap perkataan itu, pemilik rumah akan menentukan besar rumahnya dengan mengulangi hastanya beberapa kali, kemudian berhenti pada bilangan dengan perkataan yang baik, yakni ”riak meniti kumbang berteduh”.
Sebaiknya yang melakukan pengukuran ini adalah seorang isteri, karena dianggap tangan isteri lebih dingin dari tangan laki-laki. Apalagi si isteri lebih banyak berada dirumah. Hal yang sedemikian itu, bolehlah disamakan ketika sedang menabur padi, kononnya tangan orang perempuan lebih baik, benih padi yang ditanam lebih besar menjadinya daripada tangan laki-laki.
2.2 Ukuran Pemasangan Kasau
Cara lain untuk menentukan ukuran rumah adalah dengan ”pemasangan kasau”, dan cara ini disebut dengan bilangan kasau. Sebelum mendirikan rumah, pemilik rumah membuat ukuran pada seutas tali atau sehelai daun pandan. Ukuran itu dihitung dari ujung siku sampai ke ujung buku jari tangan tergenggam, yang disebut ”setulang”. Setiap mengukur dengan tangannya itu, ia menyebutkan perkataan berikut :
- tulang pertama : Kasau
- tulang kedua : risau
- tulang ketiga : rebah
- tulang keempat : api
Setiap perkataan itu mengandung makna tertentu, yaitu kalau yang dimaksud:
Untuk mencari ukuran yang serasi, pemilik rumah akan melakukan perhitungan dengan berulang-ulang, dan berusaha untuk menghitung kepada bilangan kasau. Dengan demikian diharapkan rumah yang akan dibangun kelak mendapat rahmat dari Allah swt. Sehingga akan mendatangkan kebahagiaan.
2.3. Ukuran Gelegar
Bilangan gelegar merupakan cara yang biasa juga digunakan untuk menentukan ukuran rumah. Caranya mirip dengan perhitungan bilangan kasau, hanya perkataan yang berbeda.
- tulang pertama : gelegar
- tulang kedua : geligi
- tulang ketiga : ulur
- tulang keempat : bangkai
Setiap perkataan tersebut memiliki makna, yaitu :
2.1. Hitungan Hasta
Sebelum rumah dibangun dan perlengkapan kayu dipotong, pemilik rumah (suami isteri) hendaklah membuat ukuran dengan menggunakan seutas tali yang dikira dengan “hitungan hasta”. Pada setiap menghasta tali biasanya ada istilah sendiri, misalnya :
- hasta pertama : ular berang
- hasta kedua : meniti riak
- hasta ketiga : riak meniti kumbang berteduh
- hasta keempat : habis utang berganti utang
- hasta kelima : utang lama belum terimbuh
Setiap kata pada tiap hasta mengandung makna tertentu, yaitu :
- Ular berang, berarti rumah itu tiada baik, selalu panas dan sering terjadi silang sengketa baik antara sesama penghuninya atau dengan orang lain.
- Meniti riak, berarti penghuni rumah akan selalu bersikap angkuh dan sombong.
- Habis utang berganti utang, bermakna penghuninya akan selalu dalam berutang, kesulitan dan melarat.
- Utang lama tak terimbuh berarti penghuni rumah akan senantiasa dalam kesusahan, bahkan seluruh harta benda yang dibawanya kerumah itu akan habis sampai pemilik rumah itu jadi orang yang paling melarat.
Karena adanya makna pada setiap perkataan itu, pemilik rumah akan menentukan besar rumahnya dengan mengulangi hastanya beberapa kali, kemudian berhenti pada bilangan dengan perkataan yang baik, yakni ”riak meniti kumbang berteduh”.
Sebaiknya yang melakukan pengukuran ini adalah seorang isteri, karena dianggap tangan isteri lebih dingin dari tangan laki-laki. Apalagi si isteri lebih banyak berada dirumah. Hal yang sedemikian itu, bolehlah disamakan ketika sedang menabur padi, kononnya tangan orang perempuan lebih baik, benih padi yang ditanam lebih besar menjadinya daripada tangan laki-laki.
2.2 Ukuran Pemasangan Kasau
Cara lain untuk menentukan ukuran rumah adalah dengan ”pemasangan kasau”, dan cara ini disebut dengan bilangan kasau. Sebelum mendirikan rumah, pemilik rumah membuat ukuran pada seutas tali atau sehelai daun pandan. Ukuran itu dihitung dari ujung siku sampai ke ujung buku jari tangan tergenggam, yang disebut ”setulang”. Setiap mengukur dengan tangannya itu, ia menyebutkan perkataan berikut :
- tulang pertama : Kasau
- tulang kedua : risau
- tulang ketiga : rebah
- tulang keempat : api
Setiap perkataan itu mengandung makna tertentu, yaitu kalau yang dimaksud:
- Kasau bermakna rumah itu akan sangat baik bagi pemiliknya, karena akan membawa kebahagiaan dan ketentraman.
- Risau bermakna akan mendatangkan malapetaka dan selalu dirundung malang.
- Rebah bermakna penghuni rumah selalu dalam ancaman bahaya.
- Api bermakna rumah itu panas, selalu terjadi pertengkaran dan perkelahian, baik antara sesama penghuni maupun antara penghuni dari pihak lain.
Untuk mencari ukuran yang serasi, pemilik rumah akan melakukan perhitungan dengan berulang-ulang, dan berusaha untuk menghitung kepada bilangan kasau. Dengan demikian diharapkan rumah yang akan dibangun kelak mendapat rahmat dari Allah swt. Sehingga akan mendatangkan kebahagiaan.
2.3. Ukuran Gelegar
Bilangan gelegar merupakan cara yang biasa juga digunakan untuk menentukan ukuran rumah. Caranya mirip dengan perhitungan bilangan kasau, hanya perkataan yang berbeda.
- tulang pertama : gelegar
- tulang kedua : geligi
- tulang ketiga : ulur
- tulang keempat : bangkai
Setiap perkataan tersebut memiliki makna, yaitu :
- Gelegar bermakna rumah itu amat baik.
- Geligi barmakna penghuni rumah akan sakit-sakitan.
- Ulur bermakna pemiliknya selau dalam kesulitan.
- Bangkai, pemiliknya akan ditimpa malapetaka.