2.b. Peringkat Kedua Persalinan

Attayaya Butang Emas on 2008-08-12

Segera sesudah bayi dilahirkan, Tuk (Mak) Bidan melakukan pekerjaan mengangkat kaki si bayi untuk beberapa saat lamanya supaya memberikan benda cair keluar dari mulut dan kerongkongan si bayi. Selama beberapa detik paru-parunya berkembang dan menghirup napasnya yang pertama kali. Sesudah itu bayi akan menangis keras-keras. Inilah salah satu suara yang paling merdu pada pendengaran seorang emak atau pun ”si ayah muda” pada ketika itu.
Sekarang si bayi telah sanggup sendiri dan bernafas sendiri, sejurus kemudian warna kulitnya berubah menjadi seperti biasa. Setelah pusat bayi dipotong dengan pemotongan pusat yaitu sebilah rotan atau bambu yang telah ditajamkan.

Sekira sepuluh atau lima belas menit berikutnya maka tembuni terlepas. Tetapi jika tembuni itu agak terlambat keluarnya, Tuk (Mak) Bidan boleh menekan perlahan-lahan atau memijit-mijit rahim pada perut si emak. Pekerjaan yang serupa ini adalah untuk menjaga rahim si emak supaya tetap dan menolong pendarahan yang berlebih-lebihan.
Tembuni dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam periuk tanah disertai dengan sedikit asam dan garam yang telah disediakan. Tembuni itu disebut kakak bayi. Supaya anak tidak sakit, tembuni tersebut hendaklah ditanam baik-baik pada suatu tempat tertentu dengan suatu upacara. Penanaman itu dilakukan setelah anak tanggal pusat. Selama pusat bayi belum tanggal atau terlepas, tembuni yang disimpan di dalam periuk tanah itu dijaga dengan baik di rumah.*)

Keterangan :
*) Sebagian orang ada pula yang langsung menanam tembuni itu setelah dibersihkan.