dengan Bismillah

Attayaya Butang Emas on 2008-07-10

Madahnya sayup melayang-layang
suling bernyanyi di tengah kota
Indahnya hidup berkasih sayang
saling menghargai di antara kita


Dengan bismillah permulaan kalam,
Sebagai hajat mengangkat batang terendam,
Harapkan adat, seni dan budaya dapat terus diandam,
Menjadi seloka, ibarat, kias, tamsil permata nilam,
Menghalus rasa, budi dan jiwa nan kelam,
Menjadi ruh dan jiwa Melayu sebagai ikutan siang dan malam.

Itulah adat resam, budaya orang Melayu tempat bersemayam.

Berumah di tepi pantai hendak tahu besarnya gelombang,
Berburu di hutan hendak pandai menjinak harimau yang garang,
Bermain keris hendaklah bijak menimang-nimang,
Pikiran dan jiwa tidak menjadi gamang,
Apatah hidup berkesesuaian dan berimbang,
Pandai meletak, memanis dan menggaram cerita dikarang,
Tiada orang bercekau melintang pukang.

Harum baunya si bunga melati,
letakkan bersama daun selasih.
Mari kita membangun negeri,
menjalin rasa menebar kasih.

Bunge raye di tepi tanjung,
jangan direnggut dahan berpaut.
Adat budaye rase nak junjung,
hidup mengikut pade yang patut.


Adat resam, seni budaya Melayu yang bersebati dalam hidup,
Menjadi ikutan dari zaman berzaman sudahlah termaktub,
Demikianlah yang tersurat di dalam kitab yang terlingkup,
Harapkan ianya menjadi.

Lamalah sudah kitab ini disusun, dikaji oleh penyusun,
Dengan harapan hidup turun temurun menjadi santun,
Antara satu dengan yang lain selalulah rukun,
Kitab "Butang emas" yang berisikan warisan menuntun.

Oleh karenanya, sangatlah elok kalau orang muda,
atau anak sekolah dapat membaca dari pustaka.

Orang tua mengajarkan dengan cara yang patut dan bersahaja,
Akan warisan, adat budaya kepada anak keturunan nan belia,
Supaya hidup tiada mengalami bersalah-salahan di atas dunia,
Tak hanya orang tua yang beradat, yang muda juga berbudaya.

Dalam situasi seperti sekarang,
ketika bertegang urat selalu dilakukan orang,
bercekau-cekau, menohok dari belakang,
tiada perduli orang terjengkang,
yang penting dirinya menang,
menggunting dalam lipatan,
dengan kasar angkat bicara sambil menantang,
seakan melupakan bahwa kita adalah masyarakat yang tenang.
Maka, bersesuaianlah kitab "Butang Emas" disusun-dikarang.
Yang kembali mengajak kepada kita untuk menata ulang.
Segala kelaku yang tidak berpatut mengikut pada yang terang.

Alangkah indah, dengan tetap menyuburkan keberagaman,
Akan haknya fi'il dan cara bertutur dengan cara yang aman,
Sebelum mencubit orang,
Rasakan sendiri pada lengan.

Akhirnya, diharap dengan kehadiran Butang Emas ini,
bermanfaat bagi masyarakat di negeri Gurindam berperi,
dan juga dapat bernaung ke merata negeri,
paling tidaknya ianya mempunyai nilai yang bestari,
dan dapat dijadikan pendiding kepada diri,
semoga niat baik kita semua untuk membangun negeri,
melalui pendekatan adat dan seni-budaya dapat terpenuhi,
mendpat ridho Allah Subhanahuata'ala Illahi Rabbi.

Cantik sungguh gadis berkebaya,
pergi ke sawah menanam padi.
Teruslah maju seni budaya,
Demi marwah dan tuah negeri