Bismillahirrahmaanirrahimi

Attayaya Butang Emas on 2008-07-10



Bismillahirrahmaanirrahimi
Alhamdu li 'llahi 'lladzila syarika lahu fi mulkihi wa la hakima lihikumihi lahu'lmulku wa lahulhukmu wa huwa biahkami'lhakimina. Kama qala fi kitabihi 'lqadimi. Quli'llahumma malika'lmulki tu'tilmulka man tasyaau wa tanzi'ulmulka mimman tasyaa'u watu'izzu mantasyaa'u wa tudhillu man tasyaa'u bi yadika 'lkhairu innaka 'ala kulli syaiinqadirun. Tuuliju'llaila fi'nnahari wa tuuliju'nnahara fi'llaili wa tukhriju 'lkhayya mina 'lmayyiti wa tukhriju 'lmayyita mina 'lhayyi wa tanzaqu man tasyaa'u bi ghairi hisabin

Segala puji bagi Allah juga yang tiada ada dalam kerajaan-Nya itu sekutu bagi-Nya dan tiada ada yang menghukumkan bagi hukum-Nya itu. Ia juga empunya kerajaan dan Ia jua empunya hukum, sedang Ia-lah yang telebih bijak daripada sekalian hakim, seperti berkata Ia dalam kitab-Nya yang qadim : "Katakanlah olehmu, wahai, Allah, Engkau jua Raja yang empunya Kerajaan, akan memberi kerajaan itu pada barang siapa yang Kau kehendaki dan mengambil kerajaan itu daripada barang siapa yang Kau kehendaki, dan memuliakan barang siapa yang Kau kehendaki dan menghinakan barang siapa yang Kau kehendaki; pada tangan qodratmu jua segala kebajikan. Bahwa sesungguhnya Engkau jualah yang memasukkan malam dalam siang dan yang memasukkan siang dalam malam, dan yang mengeluarkan yang mati daripada hidup, dan memberi rezki akan barang siapa yang Kau kehendaki dengan tiada hisabnya itu.

Kemudian daripada itu, disampaikan salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kehadirat nabi kita Muhammad SAW. Keluarganya yang thahirin thayibin dan sahabat-sahabatnya yang shalihin muttaqin.

Pada seketika ini hendaklah diperbuat atau hendak menyusun untuk memberitahukan seluruh pelosok negeri dan seluruh pelosok bumi tentang adat resam Melayu yang mungkin sebenarnya sudah banyak diperbuat orang akan dia. Yakni, berkaitan dengan berbagai hal hidup dan kehidupan Orang Melayu dengan segala kelaku-perangainya dan lagak ragam yang kemudiannya melahirkan kepada kebiasaan, adat-istiadat dan seni budayanya.
Apa-apa yang telah sedia ada, atau berita-berita, atau kitab-kitab yang dikarang sebelum atau mungkin bersamaan dengan ini bahkan mungkin kepada yang sesudahnya kelak, patutlah diberikan laluan dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Karena daripadanya diperdapat berbagai pengetahuan, penambah seri dan harumnya di dalam majelis kehidupan dengan bermacam ragam bunga rampai. Selain itu, kitab-kitab yang telah dikarang ataupun disusun tersebut dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, tetaplah ianya mempunyai maksud yang terkandung untuk memberikan yang terbaik bagi hidup dan kehidupan ini. Pada intinya hendak memberikan sesuatu yang berfaedah dan kemaslahatan kepada orang banyak. Lebih-lebih kitab yang sebelumnya diperbuat oleh para cerdik pandai, budayawan dan ilmuwan dengan segala pengetahuannya dan disampaikan pula dengan bahasa yang sangatlah baiknya. Sehinggakan menambah tingginya nilai-nilai yang terkandung dalam kitab tersebut. Maka tiadalah mengherankan jika kesemuanya itu menjadi bahan penambah sekaliannya melengkapkan sehingga ianya dapat terlihat seperti sekarang ini.
Sememangnyalah diakui, bahwasanya banyak ataupun paling sedikit tetap ada, di antara adat resam ataupun kebiasaan-kebiasaan yang sudah dianggap mentradisi pada dahulunya itu, kemudiannya sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman; tiadalah diikuti lagi atau dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam acara-acara tertentu. Sebab-sebab daripada tiada diikuti dan dilaksanakan, kemungkinan dikarenakan tidak bersesuaian lagi dengan alam dan zamannya (termasuk kepada anggapan), atau mungkin juga di antara dari adat resam itu dianggap lebih banyak kepada mengeluarkan ongkos atau biaya yang besar dan dianggap sebagai kerja yang mengade-ade dan hanya sebagai pemubaziran. Malahan ada pula yang lebih teruk dan menceme'eh kepada orang yang masih mengikut kepada adat resam itu, dikatakan adalah kerje merapek, kerje tak masuk akal, dan masih banyak lagi perkataan yang dilontarkan.

Akan halnya yang sedemikian itu tiadalah pula boleh dipersalah-salahkan. Karena terkadang terdapatlah beberapa pemahaman dan pemikiran yang berbeda antara satu kepada lainnya terhadap adat resam yang telah sedia ada itu. Apatah lagi di zaman seperti sekarang ini (tulisan ini diposting tahun 2008), ketika semuanya serba maju dan canggih yang sebenarnya mempunyai pengaruh terhadap pikiran dan jiwa seseorang, yang bukan tidak mungkin, sesuatu terpinggirkan dan tidak diindahkan lagi. Walaupun begitu, dianya jangan mematahkan semangat. Sebab, adat resam, adat istiadat yang kesemuanya bermuara kepada "Budaya" budidayanya Orang Melayu, adalah sesuatu yang sangat tinggi, mempunyai nilai-nilai hakiki dari kehidupan itu sendiri, sehingga kita bersepakat dan berkeyakinan bahwa semaju-majunya orang, selahi ianya manusia, dirinya tidak akan pernah terlepas dengan namanya adat istiadat ataupun budayanya.

Adapun masa atau waktu yang dipergunakan sememangnyalah sangat lama untuk menyusun kitab "butang emas" ini yakni sejak awal tahun 1990. Hal ini lebih dikarenakan tingkat kesulitan yang dihadapi dari segi data ataupun bahan-bahan yang diperlukan. Apatah lagi wilayah Kepulauan Riau secara geografis yang terdiri dari pulau-pulau dan perairan yang luas, sehingga banyak memakan masa, disamping itu juga mencari bahan sampai ke wilyah lainnya di Indonesia, seperti di beberapa kabupaten lain di Propinsi Riau, Medan (Teja), Jambi dan Pontianak (Amir). Kemudian juga mencari bahan-bahan yang diperlukan sampai ke negeri jiran seperti Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand, paling tidaknya sebagai pembanding.

Mengingat tenggat waktu yang begitu lama, barulah kitab ini dapat disusun dan diterbitkan, banyaklah di antaranya orang-orang tua yang menjadi sandaran tempat bertanya dan meminta ilmu telah berpulang ke rahmatullah, seperti Allahyarham Ayahanda R. Rajak, Ayahanda/Kekanda Mochtar Zam, Kekanda R. Hamzah Yunus, Tok Muhammadin Awang dan Kekanda Drs. Imran Nuh; Innalillahi wainna ilaihi roji'un. Maka sehingga tiada berkesempatan untuk menyaksikan sampai kepada selesainya pekerjaan menyusun kitab ini. Orang-orang tua ini yang dahulunya menjadi sandaran tempat bertanya, meminta ilmu, mengumpulkan bahan-bahan dengan wawancara ataupun perbualan mengenai adat resam Melayu.

Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa menyusun kitab ini sebenarnya telah direncanakan cukuplah lama (gagasan untuk menyusun kitab ini oleh MOCHTAR ZAM), yakni pada awal-awal tahun '90 (hingga tanpa disadari telah terbit pula kitab-kitab yang hampir sama, tetapi tidaklah melemahkan semangat, melainkan sangat berterima kasih karena dengan terbitnya kitab-kitab tersebut dapat menambah pengetahuan penyusun) yang telah melakukan pengumpulan dan penelitian walaupun ianya dilakukan tidak secara berurutan, kemudian kebetulan pula pada tahun 1995 saudara Amiruddin bersama bapak Goris Kraf mengadakan penelitian dan pemetaan bahasa. Kesempatan itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk mengadakan wawancara dengan berbagai masyarakat dan kalangan lainnya. Bersamaan dengan itu hampirlah kepada kami saudara Teha Al-Habd dengan keinginan yang sama untuk ikut bersebati dalam penyusunan kitab ini dengan muatan ungkapan tradisi dan pengetahuannya. Akan tetapi setelah sekian lama, barulah kata keinginan terkota dalam meluahkan apa-apa yang telah terpendam sekian lama di dalam kitab ini, alhamdulillah.

Syahdan, itulah mutiara pemikiran yang hendak disampaikan sebagai pembuka kata sekaliannya mengkota kata hingga terkota kitab ini yang kami namakan "BUTANG EMAS" WARISAN BUDAYA MELAYU KEPULAUAN RIAU.
Selain daripada itu dengan sangat sukanya dan hati yang ikhlas mengucapkan sekalung budi terimakasih yang tiada terhingga kepada Ayahanda R. Rajak, Ayahanda/Kekanda Mochtar Zam, demikian juga halnya dengan Kekanda R. Hamzah Yunus, Tok Muhammadin Awang dan Kekanda Drs. Imran Nuh yang kesemuanya pada masa penyusunan kitab ini telah berpulang ke rahmatullah, akan tetapi sebelumnya ketika semasa hidupnya telah banyak memberikan butir-butir pengetahuan dan pengalamannya memberikan tunjuk ajar mengenai adat resam yang berlaku bagi orang Melayu. Kemudian daripada itu juga diicapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Daud Kadir (saat blog ini ditulis, beliau telah berpulang ke rahmatullah di bulan Juni 2008; Innalillahi wainna ilaihi roji'un), Bapak Abdul Razak sebagai tokoh masyarakat dan budayawan, kemudian kepada Tok Keling dan Bunda R. Chatijah; semogalah apa-apa yang telah menjadi manikam atau butang emas kepada alam dan keturunan, mendapat pahala dan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada semua sahabat antara lain R. Malik, R.M. Yamin, dan beberapa kalangan yang sayangnya tiada dapat disebutkan satu-persatu, juga kepada Musium Kandil Riau (dahulunya), Kepada Kantor Jarahnitra Tanjungpinang serta kepada Balai Maklumat Riau di Pulau Penyengat. Kemudian terkhusus kepada Kekanda (Mas) Machzumi Dawood yang dengan telaga ilmu dan jiwanya terus mengaliri di ladang-ladang hatiku. Juga kepada anaknda Mukhtar yang telah bersusah payah membantu untuk membuatkan ilustrasi dan reka bentuk di dakam kitab ini, juga kepada Mbak Dwi Stiati dan Evawarni yang dengan kesabaran serta penuh dedikasi memberikan/mencarikan bahan-bahan yang diperlukan sebagai bahan untuk kitab ini. Segalanya dan semuanya, hanya Allah SWT jua yang akan membalas kebaikan tersebut.
Amin!