5. Mendu : Pementasan

Attayaya Butang Emas on 2010-02-22

Pementasan

Dahulunya pertunjukkan Mendu dimulai dengan suatu upacara mistis yang senantiasa ditentang oleh golongan tua (ulama). Upacara yang kononnya menurunkan dewa-dewa itu sudah hampir tidak dikenal lagi sekarang ini. Upacara ini dimulai tepat setelah beduk magrib, inilah pula sebabnya "beduk peranta" diharapkan tidak disebut “beduk” tetapi dengan nama tambur saja.

Permainan dimulai dengan terdengarnya "tambur peranta" berbunyi. Pemimpin yang disebut Syeh Mendu memberi tanda, isyarat atau semboyan perintah kepada penabuh tambur. Hal yang sedemikian kurang lebih dengan gendang tambur joged pembukaan yang disebut “Buka Tanah”. Mudah dibaca, dan bunyi-bunyian memainkan Lagu Ladun.

Semua pemain keluar seorang demi seorang atau sepasang demi sepasang untuk Berladun yaitu melangkah ke depan dengan gerak tari diiringi Lagu Ladun. Lirik yang mengiringi tari Berladun dan Lagu Ladun itu dapatlah diberikan contohnya sedikit, seperti ini:

Sila(lah) ladun saudara, sila(lah) ladun
Kami ladunkan, ladun ada di tanah barat
Sila(lah) lakon, kami lakonkan
Lakon(lah) ada (hijayat) di dalam hikayat:

Mintak(lah) teribik (timah) menuang timah
Timah dituang (pelita) api pelita
Mintak(lah) tabik (semua) tuan semua
Kami uraikan (cerita) pantun dan cerita

Ladun(lah) bukan sebarang(nya) ladun
Ladun(lah) datang dari(nya) barat
Lakon(lah) bukan sebarang(nya) lakon
Ladun(lah) ada di dalam(nya) surat


Sesudah itu menurut jalan cerita, para pelakon melakukan Wayat yaitu beriwayat atau bercerita tentang raja-raja yang menggulirkan cerita, seperti:

Hilang(lah) wayat (cerita) timbul(lah) cerita
Zaman dahulu (cerita) empunya cerita
Hilanglah wayat (cerita) timbul(lah) cerita
Dahulu(lah) wayat (cerita) sekarang cerita

Ampun tuanku (ampun) beribu(lah) ampun
Patik(lah) menyembah harap(lah) diampun

Raja(lah) bernama Maharja Langkadura
Duduk(lah) memerintah di negeri Antapura

Dari(lah) jauh (menyembah) patik(lah) menyembah
Sampai(lah) dekat (duli) menjunjung duli

Sudah(lah) lama (bercinta) kami bercinta
Bercintakan tuanku (tahta) di atas tahta
Nyata(lah) rupa (menteri) hulubalang menteri
Sekarang(lah) baik (diri) menyatakan diri
…..(dan sebagainya……………)


Kemudiannya permainan Mendu memasuki cerita, berselang seling rangkaiannya, mengalir lancar, adegan demi adegan tak putus-putus, tarian-tariannya pada tempatnya yang tepat, sampai cerita itu selesai sepenggal demi sepenggal.

Sebagai penutup setiap penggal cerita dalam seni pertunjukkan Mendu, dilakukan upacara Beremas, semacam tarian bersama yang dipandang sebagai tari tolak bala. Kononnya pada waktu itulah mereka melepaskan mambang dan peri mengundurkan diri dari panggung tempat bermain.