4.9. Lu Lu Cina Buta

Attayaya Butang Emas on 2008-09-26

Menurut keterangan orang-orang tua bahwa permainan ini sudah ditemui, tumbuh serta berkembang dalam masyarakat lama sekali. Kapan lahirnya permainan itu, tak seorangpun dapat menjelaskan. Ada yang menjelaskan bahwa sejak peristiwa Kratakau meletus, permainan tersebut sudah ada.

Ada dua penafsiran orang-orang Melayu tentang perkataan ”Cina Buta” tersebut yaitu : Cina Buta dalam arti sebenarnya adalah seorang orang Cina yang buta matanya, dan adapula Cina Buta dalam arti kiasan bagi seorang yang menjadi penebus “kawin” sementara bagi orang yang telah bercerai “talak tiga” yang ingin rujuk kembali; konon, tersebutlah kisah seorang Cina yang buta matanya masuk Melayu (Islam) yang lazim disebut “Muallaf”. Kemudian ia dijadikan “Nuja” (pesuruh) mesjid. Saat itu pula ada sepasang suami istri yang bercerai dengan talak tiga. Tetapi kemudiannya ingin rujuk kembali. Menurut hukum Islam, orang yang telah bercerai dengan talak tiga, mestilah sang isteri melaksanakan perkawinan dengan laki-laki lain (sifatnya sementara). Setelah bercerai dengan suami sementara itu, barulah syah rujuk kembali dengan suaminya yang pertama.

Entah kenapa, biasanya tak seorang laki-laki pun yang mau menjadi suami sementara itu, konon, walau diupah sekalipun. Syahdan si lelaku Cina yang masuk Islam yang menjadi Muallaf itu pula yang mau menjadi suami sementara. Ianya tiada peduli dengan cerita orang sekampung. Itulah sebabnya cerita itu menjadi tersebar kemana-mana dan menjadi lelucon masyarakat. Akhirnya menjadi sebuah nyanyian oleh masyarakat terutama oleh anak-anak.

Begitu terkenalnya nyanyian tersebut sehingga oleh anak-anak dimainkan dengan sebuah lagu yang menggambarkan perangai Cina Buta yang berjalan teraba-raba, tertuang dalam sebuah permainan.

4.9.a. Waktu dan tempat permainan
Lu Lu Cina Buta bagi masyarakat pendukungnya adalah semata-mata merupakan permainan anak-anak untuk mengisi waktu senggang, permainan tersebut dimainkan sebagai hiburan pelepas lelah saja, terlepas dari ikatan suatu peristiwa sosial tertentu.

Anak-anak memainkan pada sore dan malam hari terang bulan selama 2 sampai 3 jam di pekarangan-pekarangan rumah, ataupun pagi hari di sekolah-sekolah selama 15 sampai 20 menit sebagai pengisi waktu, permainan ini selain mengasyikkan para pelakunya, dapat pula menghibur para penonton yang juga terdiri dari anak-anak.

Yang mengasyikkan para penonton menyaksikan permainan Lu Lu Cina Buta itu disebabkan para penonton bisa berhubungan dengan para pelakunya saat mereka sedang menyanyikan lagu permainan tersebut, ialah “Lu Lu Cina Buta” yang agak lucu dan gembira.

4.9.b. Peralatan/perlengkapan permainan
Permainan Lu Lu Cina Buta diselenggarakan oleh anak-anak dari segala tingkat sosial masyarakat, dengan tidak membeda-bedakan apakah mereka anak orang kaya atau juga anak orang miskin: anak turunan bangsawan atau anak orang kebanyakan semuanya dipandang sama saja. Mereka bermain dalam satu kesatuan hakekat. Yakni bermain bersama-sama untuk menghibur diri, dan bergembira bersama-sama pula. Sedangkan alat yang dipergunakan hanyalah sebuah lapangan dengan ukuran 6 x 5 depa. Kemudian secarik atau selembar sapu tangan yang akan dipergunakan untuk menutup mata yang menjadi Cina Buta.

Permainan ini biasanya diiringi dengan lagu Lu Lu Cina Buta yang dinyanyikan tanpa musik pengiring, kata-katanya antara lain sebagai berikut :
Lu Lu Cina Buta
Lu banyak taik mata
Lu jalan teraba-raba
Lu terantuk janda tua


Dalam hal ini kata-kata Janda Tua selalu diganti pula dengan kata-kata lain, apakah “Kuda”, “Nyonya”, dan lain sebagainya.

4.9.c. Jalannya permainan
Anak-anak yang ikut bermain biasanya lebih dari lima orang dan memang tiada batasan, tapi sebaiknya tidak melebihi dari sepuluh orang anak. Pertamakali sebelum permainan dimulai dilakukan “sut” terlebih dahulu untuk mencari siapa yang jadi Cina Buta.
  • Sut seorang lawan seorang, yang kalah terus sut lagi dengan yang berikutnya, berturut-turut hingga tinggal seorang yang kalah saja untuk menjadi Cina Buta.
  • Sut dengan mempergunakan jari tangan, yaitu Ibu Jari (jempol), Jari Telunjuk dan Jari Kelingking.
  • Kelingking menang lawan Ibu Jari (jempol), tapi kalah dengan Jari Telunjuk. Jari Telunjuk menang lawan Kelingking, tapi kalah dengan Ibu Jari (jempol). Sedangkan Ibu Jari menang lawan Telunjuk, tapi kalah lawan Kelingking.
  • Kemudian yang kalah menjadi Cina Buta, muka ditutup dengan sapu tangan. Lalu berdiri di tengah-tengah para pemain dalam keadaan mata tertutup oleh sapu tangan.
  • Yang menang beramai-ramai membuat lingkaran dengan cara berpegangan tangan, dan berjalan mengelilingi si Cina Buta sambil bernyanyi bersama-sama Lu Lu Cina Buta.
  • Selesai menyanyi semua pemain yang mengelilingi serentak duduk mencangkung dalam keadaan menghadap pusat lingkaran.
  • Setelah pemain selesai bernyanyi, Cina Buta berjalan meraba-raba para pemain dan menerka anak tersebut.
  • Bila terkaannya tepat, maka yang diterka itu pula yang menjadi Cina Buta.
  • Bila terkaannya salah, maka ia terus menjadi Cina Buta dan permainan diteruskan.
  • Permainan dilakukan terus menerus berulang kali, hingga kira-kira cukup waktunya untuk bermain.

Peraturan permainan :
  • Semua pemain harus ikut bernyanyi, kecuali yang menjadi Cina Buta. Yang tidak mau ikut bernyanyi maka ia dihukum menjadi Cina Buta.
  • Permainan tak boleh keluar dari lingkaran atau menghindari diri dari rabaan si Cina Buta. Barang siapa melanggar peraturan tersebut, maka ia dihukum menjadi Cina Buta.
  • Cina Buta meraba-raba wajah, bahu dan rambut pemain. Dilarang meraba tempat lain terutama di bagian bawah. Jika melanggar, penerkaannya batal, dan ianya dihukum kembali menjadi Cina Buta.
  • Pemain boleh mengatakan “cup” bila ianya ada keperluan mendadak.
  • Bila sekiranya sampai 3 kali putar si Cina Buta gagal menebak, maka permainan diulang semula dari sut, kemudian mulai main lagi.