14. PENGGALAN KEEMPATBELAS :
KESENIAN - Irama Jiwa Penghalus Rasa melalui Keindahan Makna Jangkauan

Attayaya Butang Emas on 2010-01-16

14
PENGGALAN KEEMPAT BELAS
KESENIAN
Irama Jiwa Penghalus Rasa melalui Keindahan Makna Jangkauan

Syahdan di Kepulauan Riau memiliki khazanah kesenian yang beraneka ragam. Jenis-jenis kesenian itu meliputi seni pertunjukkan seperti wayang cecak, makyong, sandiwara bangsawan.

Untuk kesenian Wayang cecak setakat ini memang sudah punah, tetapi bangsawan walau boleh dikatakan telah “bernazak”, namun ianya masih dapat bernafas. Seperti di daerah Lingga, dan beberapa daerah lainnya di wilayah Kepulauan Riau ini, dan belakangan di Kota Tanjungpinang sendiri masih terlihat geliatnya walaupun tidaklah seterkenal tempo dulu. Memang seharusnya hal ini menjadi catatan khusus bagi pemerintah dan seniman daerah yang harus dapat membina dan mengembangkannya.

Sedangkan untuk Makyong masihlah beraung, masih ada di Mantang Arang dan Tanah Merah, Batam. Tetapi keadaanyapun kurang mendapatkan pembinaan, begitu juga Denang Mendu. Selain seni pertunjukkan di Kepulauan Riau berkembang pula seni tari. Beragam tarian klasik seperti serampang dua belas, patah sembilan, zapin, joget dangkong, melemang, dan lain-lain masih ada sampai kini, di samping tarian yang diperbaharui dan dikembangkan oleh para seniman di daerah Melayu Kepulauan Riau.

Seni musik juga masih berkembang dengan baik. Seni musik Melayu, antara lain, ialah gazal, dondang sayang, joget, dan lain-lain. Di antara alat musik yang digunakan untuk musik Melayu itu ialah tambut, biola, gong, rebab, marwas, gendang, rebana, kompang, gambus, arcodeon, biola, seruling dan sebagainya.

Bersamaan dengan seni musik, berkembang pula kesusastraan, tarian, seni ukir, kaligrafi Melayu dan lain sebagainya. Yang kesemuanya menunjukkan keindahan serta kehalusan dan nilai yang tinggi terhadap kesenian Melayu itu sendiri.

Ahmad Rijaluddin dalam kitabnya yang berjudul Hikayat Perintah Negeri Banggala (1810), menggambarkan tentang keindahan yang tertinggi dengan mengikuti ungkapan yang diberi nama sebagai ‘sadu perdana’ yang berarti tingkat teratas atau kelas satu dan bernilai ‘tujuh laksana’ yaitu dinilai dengan memberikan nilai tujuh bintang. Nyanyian yang ‘sadu perdana’ dan ‘tujuh laksana’ dinyatakan sebagai ‘buluh perindu’, dan tari yang ‘sadu perdana’ dan ‘tujuh laksana’ dikatakan dengan ungkapan ‘kakinya tak jejak di lantai’.

Apakah yang disebut cantik?

Karya tersebut juga menerangkan makna kata cantik sebagai ‘sesuatu sifat sama ada pada manusia atau lainnya yang memberi indah kepada mata yang tiada cacat pada pemandangan manusia’. Seterusnya, dapat pula digali takrif kata-kata molek, cantik, indah, elok dan sebagainya sebagai ‘sifat yang indah pada pemandangan mata atau pada titik hati yang memberi indah pada pemandangan keduanya itu’ sebagai lawan dari kata (h)odoh.

“suatu benda yang indah ialah keriahan yang abadi”, kata seorang penyair Inggeris. A thing of beauty is a joy forever. Tanpa mengurangi naluri kritik yang sedia ada dalam diri manusia, tentulah banyak orang yang berkecenderungan meng-iakan kesimpulan itu; barangkali Cuma segelintir orang sakit yang menolaknya dengan berdegil. Maka tak heranlah kalau ada seorang penyair seperti Theophile Gautier (1811-1872) yang mengatakan, “O keindahan, kami Cuma diciptakan untuk mencintai dikau dan memuja dikau sambil berlutut!” atau O beaute, nous ne sommes crees que pourt’aimer et t’adorer a genoux.

Berbagai bidang seni sejak semula jadi memang bersifat saling mengisi dan memperngaruhi. Misalnya, seni menyusun dan kemudian berkembang menjadi bentuk pantun dalam kesusastraan yang diandalkan sebagai memiliki bentuk sempurna simetris baik pada sosok maupun bunyi, alun, dan gema suara. Jika khusus membicarakan makna keindahan dalam bidang sastra, maka baik acuan ataupun isi bancuhannya lebih rumit, tetapi bahannya lebih banyak tersebar. Jadi, suaru karya seni manurut cita rasa keindahan Melayu yang ‘sadu perdana’ dan mendapat ‘tujuh laksana’ yaitu yang derajatnya sangat tinggi serta nilai tujuh bintangnya hendaklah bersifat bagaikan bancuhan sebati antara ‘seri gunung’ dan ‘seri pantai’ yaitu molek dilihat dari jauh dan molek pula dilihat dari dekat, serta elok pada pemandangan mata dan elok pula pada hati.

Sebagai suatu hasil kebudayaan, karya kesenian yang diberi cap sesuai dengan kebudayaan Melayu yang mendukungnya, hendaklah seperti paduan seri gunung dan seri pantai yaiut molek dilihat dari jauh dan molek pula dipandang dari dekat, indah menurut pemandangan mata dan hati, mengandung keindahan duniawiyah dan ilahiyah dengan menuju rupa maha sempurna yaitu karya yang membangkitkan rasa tkjub sehingga pikiran hati memerintahkan lidah mengucapkan puji kepada Sang Maha Pencipta, dibuat dengan baik dan mempunyai arti sehingga tidaklah merupakan sekadar karya seni yang kosong tiada isi.

Seni pertunjukkan

Bentuk-bentuk seni pertunjukkan dalam lingkungan teater yang hendak diangkat dalam tulisan selanjutnya adalah sebagai berikut:
- Boria
- Wayang Cecak
- Berzanji
- Mak Yong
- Mendu
- Bangsawan

Selain itu juga akan diketengahkan tentang Tarian, Musik (nyanyian), Kesusastraan, Seni Ukir dan Kaligrafi Melayu. Maka kemudian hendaklah diangkat yang pertama adalah Boria.